Selain menjadi tombak awal, memperhatikan dengan seksama juga dapat menjadi tombak akhir dalam merumuskan suatu permasalahan atau pesan yang disampaikan oleh seseorang yang sedang berbicara dari awal hingga akhir. Kemudian, jika orang yang mendengar atau lawan bicaranya nantinya jika memperhatikan dengan seksama maka akan dapat merangkum pembicaraan yang sedang berlangsung, sehingga melalui hal ini akan menjadikan salah satu teknik utama yang penting untuk diperhatikan dalam mendengarkan secara aktif yang akan berdampak secara positif dalam menjaga hubungan komunikasi interpersonal tersebut.
2. Kontak mata yang pas
Secara non verbal, kontak mata menjadi salah satu cara untuk menunjukkan adanya perhatian yang sungguh-sungguh kepada lawan budaya, dimana kontak mata merupakan sesuatu yang penting dalam komunikasi. Kontak mata biasanya digunakan untuk meyakinkan kepada lawan bicara karena jika di kala situasi seperti seseorang yang sedang berbicara tetapi dari orang yang mendengarkan tidak melihat mata orang yang sedang berbicara tersebut, hal ini akan muncul pemikiran seperti bahwa orang yang diajak untuk berbicara tidak mendengarkan hal yang sedang disampaikan.
Kontak mata tidak dapat sama diartikan dengan sebuah tahapan yang tertuju pada satu penjuru secara terus-menerus, tidak memperhatikan jarak dekat dan lamanya waktu kontak mata. Jika kontak mata terjadi seperti itu, maka orang yang diajak berbicara pun dapat dikhawatirkan memunculkan perasaan seperti tertekan dan terlalu berlebihan dalam hal kontak mata. Karena lawan bicara jika dipandang secara terus menerus akan menganggap bahwa orang yang mendengarkan tersebut juga dapat dikhawatirkan malah melamun. Jika seseorang yang sedang diajak berbicara merasa suka dan ikhlas terhadap sesuatu yang sedang dibicarakan maka akan tercipta suatu hubungan yang harmonis pula dalam suatu komunikasi interpersonal yang efektif.
3. Postur tubuh yang sesuai
Secara non verbal, postur tubuh juga menjadi salah satu hal yang perlu untuk diperhatikan dalam komunikasi interpersonal. Postur tubuh yang dimaksud adalah dimana posisi badan antara pembicara dan pendengar ketika berhadapan dapat memberikan suatu kenyamanan dalam situasi komunikasi interpersonal yang sedang berlangsung. Contohnya dalam dunia bimbingan dan konseling ketika ketika ada seorang konselor yang duduk dengan tubuh yang sedikit agak condong ke depan dan secara rileks.
Tidak hanya posisi badan saja, namun penampilan fisik pembicara juga memiliki kesan tertentu pada pendengar. Contohnya lagi dalam dunia bimbingan dan konseling, ketika konselor yang memiliki penampilan fisik yang sehat dan tidak terkesan tegang atau lemas akan menimbulkan respons yang baik pula bagi konseli yang saat itu sedang berada di situasi yang sedang dalam mengungkapkan permasalahannya. Sehingga, rasa tegang yang dialami oleh konseli tersebut juga akan dapat terkendali pula jika seorang konselornya dari awal sudah tidak merasa tegang.
4. Ekspresi wajah yang mendukungÂ
Secara non verbal pula, dalam berkomunikasi ekspresi wajah penting untuk menggambarkan situasi yang sedang dialami oleh pembicara yang akan ditunjukkan oleh pendengar. Ekspresi wajah juga penting untuk menggambarkan suasana yang sedang berlangsung, dimana ketika ada pembicara yang merasa bahwa dirinya sedang menyampaikan berita duka, maka suasana tersebut juga seolah-olah menjadi duka pula.
Ekspresi wajah menjadi bahan tambahan dalam memberikan rangsangan kepada pendengar agar dapat mendengarkan secara aktif dan ikut merasakan sesuatu yang sedang dirasakan oleh pembicara tersebut. Sehingga, komunikasi interpersonal yang terjadi juga dapat terjalin dengan pas dengan memperhatikan ekspresi wajah tersebut sebagai tambahannya.
5. Gerak tubuh yang memperjelas