Mohon tunggu...
Risma Indah L
Risma Indah L Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan penikmat hobi

Menulis mencoba menginspirasi Mendidik mencoba memberdayakan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Rengkuh Pikirnya, Sentuh Hatinya, dan Hentikan Kekerasan

16 Februari 2020   15:31 Diperbarui: 18 Februari 2020   03:41 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ibu dan anak. (sumber: shutterstock)

Boleh saja terlibat secara emosi dalam menangani siswa. Ada rasa sayang, khawatir, prihatin, jengkel, marah atau kecewa. Tetapi tentunya bukan emosional alias perasaan yang berlebihan.

Biar bagaimanapun kita mencoba mendidik siswa di sekolah, masih ada orang tua, masih ada masyarakat. Artinya janganlah  Guru menjadi frustrasi dan akhirnya  emosional ketika perilaku siswanya tidak sesuai harapan

Ketika belum berhasil mendidik siswa jadi lebih baik, anggaplah siswa tersebut masih akan berproses panjang. Setiap orang menjalani proses kehidupan yang berbeda-beda kan?

Dalam konseling pun secara pribadi seorang Guru BK atau konselor dilarang terlibat secara hubungan pribadi dan emosional dengan klien atau siswanya. Begitupun semustinya sikap profesional seorang pendidik.

Ada kalimat yang sering saya dengar dari para Guru dan teman Guru, "Yah, untuk apa sih repot-repot ngurusin. Toh anaknya orang!" Saya pun pernah mengucapkan itu akibat lumayan jengkel saat menangani siswa yang nakalnya bukan main. 

Tetapi saya percaya kata-kata itu tidak diucapkan sungguh-sungguh dari hati. Hanya sekedar ungkapan rasa "lelah" saja. Karena sebagai pendidik yang baik, pastinya mendidik dengan hati. Karena itu kepada siswa, baiknya seorang Guru tak hanya ingin merengkuh pikirnya tetapi juga ingin menyentuh hatinya.

Lah, di sekolah kalau bukan ngurusin anak orang, memangnya kita mau ngurusin anak apa? Hehehe

Salam selamat Hari Minggu!
Bacaan : satu, dua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun