Kenyataannya Media sosial juga menjadi sarana hiburan bagi banyak orang lho...Bahkan sarana mengungkapkan perasaan yang sulit diungkapkan dalam kehidupan nyata (ini fakta).Â
Media sosial mengajar kita untuk melihat dinamika kehidupan yang mugkin tidak sesuai dengan pendapat, aliran, atau pemikiran kita selama ini. Justru kita  ditantang untuk bersikap bijak juga obyektif menghadapi hal ini bukannya malah baper.Â
Berhati-hatilah dengan baper karena itu dapat menjadi penyakit hati. Apalagi kalau itu dilandasi  rasa iri dan cemburu. Kalau bagi saya baper itu  sih boleh saja...asal jangan ter..la..lu (kata bang Rhoma).Â
Bagaimana jika terlalu baper alias baperan?  Baper adalah Istilah masa kini ketika seseorang berada dalam situasi yang terbawa emosi. Terlalu baper berarti kondisi emosional menjadi terlalu ekstrem,  sampai-sampai kehilangan logika berpikir atau kehilangan akal sehat. Urusan orang lain pun dapat mengganggu stabilitas emosi diri kita sendiri. Padahal sebenarnya urusan mereka sama sekali  tidak mengganggu kita sedikit pun. Jangankan ganggu, nyenggol aja nggak!
Selaras dengan  ajakan bijak bermedsos, saya setuju bahwa kita mestinya posting sesuatu yang bermanfaat dan jangan sampai kita memposting sesuatu yang membangkitkan keributan, adu domba, hoax, ujaran kebencian, dan sejenisnya. Tetapi sebaliknya,  kita juga mesti siap menerima segala konsekuensi bermedia sosial. Posting dengan bijak tetapi di lain sisi siap menerima postingan orang lain juga dengan bijak.Â
Perlu juga diingat bahwa Media sosial adalah dunia maya. Kebahagiaan kita tidaklah terletak pada banyaknya like, komentar, atau tanda love pada setiap postingan.Â
Bagi saya media sosial  adalah sarana rekreasi untuk sekedar happy-happy saja,  jangan dibawa berpikir terlalu rumit.  Apa yang kita lihat hanya tampak luarnya. Janganlah beranggapan sudah mengetahui segalanya tentang pribadi seseorang.Â
Kembali  ke Mo Salah.  Bayangkan ada orang yang tidak ingin lagi menjadi fans Mo Salah gara-gara postingan  di instagramnya tadi.Â
Lah...nge fans sama Mo Salah karena kepiawaiannya bermain sepakbola atau karena agamanya? Wong saya saja yang fans MU tidak malu-malu bilang kalau saya mengagumi permainan Mo Salah, meskipun dia bermain untuk Liverpool.(kayak gini ada aja sesama  fans MU yang mungkin baper juga, hehehe).
Lebih bijak, lebih logis, dan lebih santunlah dalam bermedsos. Jangan mudah menghakimi (Bahkan Tuhan saja tidak).
Eits....tetapi mungkin, bermesdos jadi lebih seru justru karena komen emosional nan  baperan? Entahlah!