Mohon tunggu...
Risma Indah L
Risma Indah L Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan penikmat hobi

Menulis mencoba menginspirasi Mendidik mencoba memberdayakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sudahkah Kita Memberikan yang Terbaik, Sebelum Kita Tiada?

21 Desember 2019   00:44 Diperbarui: 22 Desember 2019   06:46 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai disini saya jadi tergelitik untuk browsing mengenai membicarakan soal kematian diantara orang sehat yang masih hidup. Saya menemukan beberapa artikel menarik yang serupa. 

Terutama tentang sebuah survei mengenai dampak membicarakan soal kematian di antara orang yang masih hidup. Hasilnya ternyata tidak menutup adanya dampak negatif dan positif . 

Perlu digaris bawahi dampak positifnya. Bahwa membicarakan kematian bukanlah hal yang tabu. Justru hal itu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan realita tentang kematian dan kehidupan itu sendiri. Harapannya membantu orang untuk hidup lebih maksimal.  

Menurut survei yang diadakan, kegiatan ini pun tidak terlepas dari menimbulkan perilaku negatif. Misalnya orang jadi semakin ekstrem memandang kehidupan, mendorongnya jadi perfeksionis, atau berambisi mempertahankan keabadian. 

Tetapi dampak negatif ini justru dikembalikan lagi kepada pemikiran bahwa hal-hal negatif ini justru muncul karena kita terlalu takut, tabu, dan tak terbiasa untuk membicarakan soal kematian secara santai, dalam sebuah diskusi tukar pikiran, yang justru mengarahkan dan mendorong kita memperbaiki kualitas hidup. 

Kembali kepada kisah Adam Godfrey, mendekati akhir cerita muncullah tokoh Steve Burris yang akhirnya tidak jadi mati (karena Adam tertukar identitas dengan laki-laki ini). 

Sosok Steve seolah ingin bicara tentang mendapat kesempatan kedua dalam kehidupan dan betapa kehidupan ini terlalu berharga untuk disia-siakan. 

Bagaimana awalnya sebuah kisah tentang kematian memunculkan sebuah ide tentang kehidupan yang menyadarkan kita akan mengutamakan kehidupan yang berkualitas. 

Pertanyaan mengenai, "Apakah kita sudah memberikan yang terbaik, sebelum kita tiada?", bukan ingin berfokus pada kata tiada, melainkan justru ingin mengajak fokus pada mengisi kehidupan.  

Bagaimana cara mengisi hidup bukan soal kuantitas atau berapa lama saya hidup, melainkan apa saja yang telah diberikan terutama bagi orang terkasih yang seharusnya menjadi prioritas dalam kehidupan kita.

Apakah hidup sudah menjadi manfaat bagi orang lain, selama rentang waktu yang tersedia ? Panjang atau pendek itu relatif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun