Mohon tunggu...
Risma Indah L
Risma Indah L Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan penikmat hobi

Menulis mencoba menginspirasi Mendidik mencoba memberdayakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sudahkah Kita Memberikan yang Terbaik, Sebelum Kita Tiada?

21 Desember 2019   00:44 Diperbarui: 22 Desember 2019   06:46 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
A man in a cemetery in winter. Nicholas McComber/E+/Getty Images

Adam memang seorang penulis hebat dengan buku karyanya yang best seller, tetapi gagal menjadi seorang ayah yang baik. 

Keegoisan membuat dia hanya memikirkan dirinya sendiri dan menjauh dari istri dan anak yang semestinya mendapat kasih sayang penuh dari dirinya. Demi ketenangan dan mengejar deadline menulis ia memilih hidup menyendiri di sebuah kabin tua sampai lama kelamaan lupa pulang kepada keluarganya. 

Anaknya berbicara tentang kepedihan hatinya bahwa ia tidak pernah merasakan kehadiran seorang ayah di dalam kehidupannya. Bagi sang anak tidak begitu penting sebenarnya apakah Adam hidup atau sudah mati. Situasinya akan sama saja.

Kisah berakhir happy ending. Status kematiannya yang "tertukar" terselesaikan. Begitupun istri dan anaknya yang "sedikit" mulai mengakui kematiannya. 

Sehingga biasanya orang yang hidup akan mulai lapang dada menerima kekeliruan ataupun kesalahan orang-orang yang sudah meninggal. Adam pun menemukan cahaya dan beristirahat dengan tenang.

Kisah seorang Adam Godfrey sangat mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Seringkali karena setumpuk kesibukan, ambisi akan karier atau jabatan, menjauhkan kita dari orang-orang yang yang seharusnya mendapat prioritas dalam kehidupan kita. 

Begitu asyiknya kita dengan diri sendiri. Tanpa disangka "waktu telah habis". Kita gagal meninggalkan cinta yang seharusnya.

Teringat juga saya akan materi kuliah Dinamika Kelompok puluhan tahun yang lalu. Dosen kami memberi simulasi sebuah kegiatan terstruktur. Kegiatan membuat konsep ini diawali pertanyaan yang agak ngeri-ngeri sedap yakni, Apa kata-kata sambutan tentang diri Anda, yang Anda inginkan diucapkan oleh orang lain pada saat pemakaman Anda ?  

Waduh kok belum -belum sudah ngomongin mati lagi?

Sekali lagi saya berpikir tidaklah perlu kita alergi mendengar kata ini. Sebenanya ini adalah sebentuk cara berefleksi mengenai manfaat apa yang ingin saya berikan bagi orang lain selama rentang waktu kehidupan saya. 

Ketika diri ini telah tiada, orang lain akan mengenang saya yang seperti apa? Pribadi yang banyak meninggalkan manfaat atau sebaliknya meninggalkan kesusahan atau bahkan penderitaan yang dirasakan banyak orang? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun