Mohon tunggu...
Risky Arbangi Nopi
Risky Arbangi Nopi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - suka nulis cem macem

kalau otak lagi gremed gremed ya nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ujung Tombak (Cerpen)

24 Desember 2020   07:38 Diperbarui: 24 Desember 2020   07:44 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrator: Setya Widadi

Yang sebentar lagi mendarat:

Jogja berhiasan rona senja

Besi, beton, dan cahaya

Tumbuh di mana-mana.

...

(Joko Pinurbo "Dari jendela Pesawat")

Sang penyair menulis bait puisi ini, buku yang baru saja kubeli dan baru sempat ku buka. Jogja adalah tempat pemberhentianku. Menjemput kekasihku yang sekarang jadi keparat. Kadang, pertemuan tidak seindah film drama korea yang menjanjikan Happy End. Rasanya, ini seperti epilog dalam novel yang menyedihkan. 

Seperti penyair yang saban hari gagal atas karyanya yang diterbitkan. Seperti lagu yang di putar itu-itu melulu. Hari ini aku ingin membunuh kekasihku yang sekarang menjadi asing seperti warga asing. Sayangnya aku lupa membawa senjata Heckler & Kock. Atau aku masih punya peri kemanusiaan atas dasar pancasila. Yang jelas aku ingin bertemu denganmu.

Lampu kota, yang saban hari kita hitung seperti bulan yang beranak pinang. Taman yang baru setengah jadi lalu dibiarkan terbengkalai oleh rumput liar. Teriakan pengemis yang menuntut atas hak isi perutnya. Aku tidak peduli, kecuali menemukan kekasihku hari ini. Taman itu menyembunyikan kekasihku yang sekarang jadi keparat, menyembunyikan di balik bangku yang mulai rapuh terkikis hujan yang menangisi kisah kau dan aku. 

Aku melihatmu di antara pukul sembilan malam lewat jam tangan yang aku kenakan. Jam tangan pemberianmu atas ulang tahunku minggu lalu. Dari atas sampai bawah, aku menggunakan pakaian terbaikku yang kau idam-idamkan saat kencan pertama. Menyisir rambut dengan rapi. Bau tubuhku hilang di telan oleh wewangian aroma coklat kesukaanmu. Pokoknya terlihat rapi dan keren, seperti model-model bergaya gay dan sedikit berotot.

Langkahku menjemputkekasihku yang sekarang manjadi asing. Mempertemukan atas pertanyaan cinta yang marah. Padahal aku selalu menjadi pelindung untukmu, kau bagaikan tanah yang kututupi dengan mulsa untuk melindungi dari pengaruh hujan yang deras. Dan alhasil kau tumbuh dengan ganas. Seperti jalanan berlubang memakan korban jiwa atas perjalanan yang tak berdosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun