Mohon tunggu...
Risky Arbangi Nopi
Risky Arbangi Nopi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - suka nulis cem macem

kalau otak lagi gremed gremed ya nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ujung Tombak (Cerpen)

24 Desember 2020   07:38 Diperbarui: 24 Desember 2020   07:44 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrator: Setya Widadi

Adapun ia yang laknat bernama duka.

Ia keranda candaan dan bunga-bunga sutra ungu

Adapun ia yang manis bernama duka.

Ia tinggal lelucon stelah ciuman panjang

Adapun ia yang malang bernama duka.

(Rendra "Lagu Duka")

Sebelum aksi duka menyelimuti hatiku. Aku ingat rencana-renca yang kita cita-citakan bersama. Aku ingat saat senja masih begitu bening untuk diminum bersama kau dan aku. Melupakan kekeruhan petani yang berisik memanggil irigasi yang tersumbat. Aku ingat kau tersenyum hangat kepadaku. Tak ada kesedihan lagi, seperti pendemo yang menuntut iuran semsester di turunkan. Mengelilingi jalanan yang sempit dan penuh lumpur sehabis hujan. 

Bukan masalah bagiku dan kau. Kita sedang tenggelam dengan cerita-cerita Romeo dan Juliet, bahkan seperti lolita, serta Layla Majnun. Aku hanya menemukan keresahanmu sesekali lewat telepon genggam kala malam mengetuk kau dan aku agar lekas tertidur. Lewat mimpi kita diresahkan kota betawi yang tak lagi asri. Betawi, Ibu kota Hindia yang dibangun  Gubernur Jenderal Jan Pieterz. Sisanya kau dan aku hanyalah korban perasaan. Jauh seperti korban enam puluh pribumi atas kerja paksanya.

Hatiku hancur berkeping-keping, seperti ginjal yang terlepas demi mendaptkan ambisinya. Rencana mempersunting kau setelah sidang skripsi selesai. Yang hanya adalah sisa-sisa wacana. Kau ingat wajahmu masih ada di dinding kamarku.Bersama lukisan Raden Saleh SjarifBoetaman, pelukis mahir pribumi. Hanya dengan memilih kaum ningrat, kau meninggalakanku sebagai proletar. Pikiranku modern layaknya tokoh Minke dalam empat tetralogi roman empat serial karya Pram. Cinta kita seperti cerita tabu, tahayul, tidak masuk akal.

***

Dari jendela pesawat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun