Mohon tunggu...
Riska Jayanti
Riska Jayanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, content writer

Seorang penulis amatir yang ingin jadi penulis profesional dengan banyak karya. Sering kali saya suka menulis apapun termasuk edukasi konten tips trick kepenulisan, maupun sharing bisnis marketing, life style, hiburan, dan edukasi pendidikan. Find on @riskajaya25/wattpad

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Teknik Diksi dan Gaya Bahasa Novel

21 Oktober 2022   19:21 Diperbarui: 23 April 2024   18:32 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Hai, kita bahas teknik diksi dan gaya bahasa, yuk. Teknik diksi itu meliputi bagaimana cara memilih, mengelompok dan menyusun kata di dalam suatu kalimat, sehingga membentuk cerita dengan style tulisan gaya bahasa yang khas ketika dibaca. Juga varian feel dan emosi yang berbeda dengan makna pengertian berbeda pula.  Jadi, kesimpulannya, gaya bahasa itu tercipta karena adanya susunan rangkaian struktur kalimat diksi sehingga membentuk cerita.

So, bagaimana sih cara menemukan diksi baru? Sekaligus apa-apa aja syaratnya sebelum menyusun kalimat.

1. Gunakan kamus KBBI dan Tesaurus format PUEBI.
2. Bacalah cerita-cerita penulis lain. Seperti novel, cerpen, puisi, dan sajak satra lainnya, dll.

Nah, sudah ditemukan? Coba tulis menggunakan tema random. Susun 1 kalimat biasa, lalu ganti katanya lagi dengan baru. Pasti makna dan vibenya jadi berbeda.

Misal : Ana melihat Andi sedang memakan snack.

Ganti : Ana melirik Andi sedang melahap makanan ringan.

Bedakan tastenya kalo diksinya diganti.

Coba kenapa aku gunain itu? Aku lihat kata kerja dan kata bendanya. Aku ganti diksi dengan format kata sinonim yang bermakna sama.

Contohnya gini nih

Bulan =Rembulan
Matahari = Mentari
Cantik = Elok
Wanita = Dara

Atau kalian bisa ganti lagi dengan format berbeda, seperti format leksikal, yakni sbb:

1. Antonim
2. Homograf
3. Hiponim
4. Polisemi
5. Hipernim
6.Homofon
7. Antonim
8. Sinonim

Itu cara praktek dasarnya.

Jika sudah mahir dan kalian sudah pelajari semua gaya bahasa dan baca2 buku sastrawan hebat, seperti penulis Sapadardi Djoko Damono.

Oh ya, tapi guys, sebelum menulis diksi harus memenuhi ini dulu, yakni keserasian, keselarasan, ketepatan, keluwesan, dan keindahan estetika.

Itu syaratnya, jadi jangan coba2 pilih diksi yang agak gimana. Soalnya jika penulis salah memilih diksi, kalimat yang dihasilkan akan jadi kaku, bertele tele dan sulit dipahami. Apalagi, maknanya jadi ambigu dan sumbang. Jadi bikin pusingkan. Kalimatnya jadi bosan dan gak enak dibaca :)

Aku tanya deh apa penyebab banyak kesalahan diksi? Mau tau jawabannya, yakni sbb:

1. Kosakata masih rendah karena malas baca dan jarang nulis. Apalagi sekedar memperkaya kata menghapal KBBl dan Tesaurus

2. Kemampuan menyusun struktur kalimat masih belum tepat dan efektif.

3. Kurang mengerti kelompok kelas kata. Seperti mana kata kerja, kata sifat, kata benda, kata keterangan, kata ganti, kata bilangan, kata dasar, kata turunan, kata konjungsi, kata bilangan, kata ulang, kata depan preposisi, kata seru, kata sandang, kata interjeksi, kata serapan, kata baku, kata tidak baku, kata prokem (gaul), dll.

Semua itu lengkap di puebi. Baca aja:)

4. Kurang memahami makna leksikal, gramatical, konotatif dan denotatif tulisan

5. Kurangnya menyeleraskan morfologi dan ejaan kata, sesuai kaidah bahas linguistik dan panduan PUEBI.

6. Faktor dialek sih penulis dalam kehidupan bahasa komunikasinya sehari-hari.

tu penyebab dasarnya ya mengapa penulis sering salah memilih diksi.

Lalu, gimana sih cara memperbaikinya biar benar? Ada caranya. Yakni dengan format menyunting revisi dan editing naskah, jika naskah sudah selesai (tamat).

Jika belum selesai, alias mau mulai atau on going,  lagi2 penulis harus banyak baca buku lagi untuk perkaya referensi, lalu praktek dah nulis lagi secara konsisten. Harus rajin. Jangan ngoyo pengen cepat bisa dalam waktu instan. Karena semua butuh proses panjang guys biar mahir. ya gak?

Ok lanjut materi gaya bahasa.

Gaya Bahasa

Gaya bahasa erat kaitannya dengan struktur kalimat dan makna tulisan. Jangan coba2 buat gaya bahasa yang ngalur ngidul dan acak. Artinya jadi ngaco dan buat pusing huhu.

Biasanya singkat aja, gaya bahasa yang dipakai penulis besar adalah menggunakan majas khusus, seperti najas perbandingan, majas pertentangan, majas penegasan, majas sindiran.

Contoh-contohnya sebagai berikut. Aku gabung ya sesuai pilihan yang biasa dipakai penulis. Yakni sbb:

1. Majas hiperbola
2. Majas personifikasi
3. Majas metafora
4. Majas analogi
5. Majas paradoks
6. Majas ironi
7. Majas sarkesme
8. Majas repitisi
9. Majas litotes
10. Majas simile

Sepertinya itu ya. Tapi paling sering aku temuin, para penulis besar menggunain majas hiperbola, metapora, personifikasi, ironi, dan sarkasme ya. Kaya Sapardi Djoko Purnomo, Tere liye, Dee lestari, Dwitasari, Leila Chudory, Fiersa bersari, Eka Kurniawan, yang gunain majas itu.

Contohnya Tere Liye ini. Beliau gunain majas perbandingan personfikasi.

1. Satu mobilku juga hampir terguling
ditelan lembah gelap.
2. Cinta mereka kandas, memaksa Bapak pergi dan menghilang bagai ditelan bumi.
3. Bujang, waktuku hampir habis. Jika aku tidak mati dalam pertempuran memperebutkan kekuasaan, ranjang ini akan membunuhku lebih dulu.
4. Lampu-lampu yang menyala membuat  kota seperti bermandikan cahaya.
5. Angin laut bertiup, membuat nyala api unggun meliuk-liuk. Pelepah pohon nyiur berkelapakan. Tidak ada yang peduli udara dingin, semua orang berseru-seru seperti menyambut pesta.
6. Angin kencang memainkan anak rambut mereka.

Lihat, indah bukan? Huhu. Kapan ya aku bisa nulis gituan? Hiks.

Makanya dari sekian tulisan tere liye dan penulis yang aku sebut diatas, tulisan gaya bahasanya tingkat dewa dan tinggi banget.

Pokoknya mereka tuh sekelas sastrawan legenda penulis terbaik  yang mampu menciptakan feel dan bentuk tulisan yang indah dengan susunan kalimat yang agak rumit tapi tetap enak juga unik dibaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun