Mohon tunggu...
Riska Y. Imilda
Riska Y. Imilda Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

IG: riskayi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kala Novemberku

8 November 2018   00:04 Diperbarui: 8 November 2018   06:51 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.pribadi Riskayi

Kala itu, teriakan-teriakan tersebutlah yang selalu mendengung ditelingaku sesaat setelah hujan. Terburu-buru, aku melepas sepatu dan menginjakkan kaki ke lantai serta menyisakan tapak kotor bekas air hujan. Tanpa berpikir panjang lagi, langsung berlari menuju meja makan dan tersenyum. Lihatlah sesederhana ini, kisah dibalik hujan kala itu. Cerita bahagiaku setelah hujan.

Secangkir teh hangat itulah ternyata yang membuatku selalu ingin kembali. Sambutan kekhawatiran nan manis itulah yang semakin membuat memori ini terkenang dan tak mungkin bisa terlupakan. Siapa yang tidak ingin kembali ke tempat ternyaman dan disambut dengan baik. Kawan, saat hujan tiba dan semua kisah didalamnya. Aku ingin kembali pada sosok yang tak pernah memintaku menjadi sempurna dihadapannya tetapi selalu berdoa untuk menyempurnakan semua kebaikan yang kulakukan. Salam rindu untuk Ibuku di kala hujan.

            Ibu yang baik hati dan sangat terpuji...

Begitu baiknya kamu, aku tidak pernah berpikir terbuat dari apakah hatimu itu. Tidak bisa aku bayangkan. Ibu ternyata benar, dunia tidak sesederhana kisah manisku kala itu. Jika kita berbicara soal waktu, semua akan berjalan dan berputar pada masa yang telah ditentukan. Pasti. Kali ini, aku menyadarinya. Begitu banyak hal-hal kecil dan begitu baik untukku.

Tetapi ibu, banyak hal yang perlu kamu ketahui juga mengenaiku. Aku tidaklah lagi memperdulikan payung yang harus masuk kedalam tasku, karena aku tahu bahwa jas hujan yang lebih dibutuhkan. Pergiku tidak lagi menempuh perkiraan jarak dari rumah dan sekolah. Jarak yang kutempuh sekarang, sudah jauh Bu. 

Ibu, aku pikir tidak perlu berhenti saat hujan turun karena waktu tidak pernah berhenti dan mengalah pada hujan. Aku bisa terlambat, jika menunggu hujan reda. Ibu, baju kotor dan rambut basah setalah hujan menjadi hal yang biasa dan tak perlu dikhawatirkan lagi. Aku sudah bisa mencuci bajuku sendiri bahkan, kalaupun aku pusing kepala, aku sudah tahu obatnya. 

Ibu tak perlu khawatir lagi. Satu hal yang kuingat setelah hujan, tidak ada lagi makanan atau secangkir teh hangat yang kunantikan Dahagaku tercukupkan dengan air putih dan seusainya, aku tertidur lelap akibat kelelahan.

Hujan mengajarkanku, tidak ada yang lebih baik dari pada kasihmu dimanapun itu aku berada dan berdiri. Begitu banyak permasalahan yang merintangi setiap perjalananku, tersungkur bahkan terbalik. Menangis kelelahan, marah dengan sumpah serapah, menyesali akan suatu hal dan seketika ingin menyerah. 

Seakan-akan tidak ada tempat yang bisa menampung lagi. Tapi melalui hujan aku ditunjukkan tempat kembali. Hujan, menyadarkanku atas semua yang terjadi. Aku hanya perlu waktu sejenak berbicara denganmu, menceritakan semua kisahku. Mendengar suaramu  dan mendengungkan namamu dalam doa.

Aku tahu, karena tempat terbaikku untuk pulang di dunia ini adalah dekapanmu. Menyentuh tangan sucimu dan memelukmu dengan hangat. Menantikan kecupan terbaik serta belaian yang tidak akan pernah tergantikan sampai akhir hayat. Salam Rindu untukmu Ibu, Hujan yang baik ini mengantarkan hatiku untuk selalu mengingatmu. Ibu, aku ingin kembali di masa itu. Terima kasih lukisan kenangan yang kamu buat didalam kanvas kehidupanku. Sehat selalu Bu dan semoga kamu tetap hangat di hujan kala November ini. Aku sayang Ibu di setiap waktunya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun