Lama. Lama sekali tidak memulai kata-kata dalam setiap jentikkan jari-jari yang kupunya. Kelu rasanya, bahkan tidak bisa berpikir dengan baik. Kaku, tidak terbiasa lagi dengan deretan kata yang seharusnya bergelayutan dalam imajinasi. Aku tidak merasa baik. Seketika aku terdiam, lari dari kenyataan dan memaksakan diri untuk masuk kedalam dunia imaji.Â
Aku terkadang lelah dengan semua perputaran yang ada dalam kenyataan, kembali adalah kisah akhir yang kupilih. Kembali kepada tempat yang semulanya, aku merasa aman dan nyaman untuk terdiam.
Sepertinya Novemberku telah tiba dengan tepat waktu. Hujanpun begitu tanpa keterlambatan untuk menghilangkan semua jejak kaki yang mungkin melekat di jalan setapak. Tidak perlu berlarut-larut, semua memoriku terungkap dengan cepat tanpa terduga. Mengulang semua kisahnya, kata-kata yang tertulis ketika musim 'hujan' datang. Tiada yang mengerti, mengapa hal ini bisa terjadi. Begitu puitiskah hujan hingga berani-beraninya memasuki setiap alur ceritaku. Ataukah aku harus memberikan pujian atas hadirnya, begitu baik karena sudah mengingatkanku kembali.
Kala itu..
"Jangan lupa bawa payung, nanti kamu terjebak dan tidak bisa pulang,"
"Kalau hujan, berhenti dahulu di sebuah tempat. Setelah reda, baru lanjutkan perjalanan,"
"Baju basahmu langsung letakkan ke pakaian kotor,"
"Rambut harus dibilas, air hujan bisa buat kepala kamu pusing,"
"Ganti bajumu dengan segera,"
"Cepat makan itu ada nasi hangat dan sayurnya di lemari makan,"
"Hangatkan perutmu terlebih dahulu dengan secangkir teh hangat Nak,"