Mohon tunggu...
Riska Y. Imilda
Riska Y. Imilda Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

IG: riskayi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Laksana Surgaku

11 Mei 2017   16:01 Diperbarui: 11 Mei 2017   16:11 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://static.tumblr.com/545f33a1c09dca095a4fbfb929b41621/eoezjyu/Z0mo3255d/tumblr_static_tumblr_static_filename_640.jpg

1.Prolog

Keberhasilan papa merintis usaha membuat kami sekeluarga hidup mapan. Papa punya cabang bisnis pakaiannya dimana-mana, kenalan papapun bertambah. Papa  punya teman yang selalu membantunya. Kehidupan kami lambat laun berubah yang mana kami tidak memiliki kendaraan pribadi sampai kami memiliki 1 buah mobil pribadi dan 3 pengangkut pakaian yang menjadi usaha papa.

Begitupun mama, mama sekarang tampil lebih modis dia selalu berpakaian yang lebih bagus jauh berbeda dari masa dulu. Mama membantu papa dengan mengawasi cabang-cabang pakaian yang berada di daerah-daerah. Mama selau berpergian dan selalu sibuk dengan pekerjaan rumah digantikan seorang pembantu , itu dikarenakan mama sangat sibuk. Sampai –sampai mama kenal dengan desain muda Maya Rohali. Usaha papa dibantu dengan hasil desain-desainnya Tante Maya, begitulah sebutan tante untuk aku dan adik-adik memangggilnya.

“Hari ini kita maen kerumah tante yaaa”

“Okeeee......” teriak adik-adikku

“Kaa, cepet dong, kita uda siap nih” teriak mama dari bawa tangga kamarku.

“Iya ya bentar lagi, ini lagi ngambil jaket “ jawabku.

Aku langsung menuruni tangga satu persatu dengan cepat. Benar sekali, papa sudah siap di mobilnya dan kedua adik-adikku sudah duduk di jok depan. Hanya mama masih berdiri depan pintu mobil menunggu aku.

“Kaa, kok pake baju gitu sih, kan gak anggun jadinya,” protes mama aku pada pakaian yang aku kenakan. Seperti biasa celana jeans, baju kaos+jacket dan kerudung coklat yang simple serta sendal sepatu.

“Gak apa deh ma, kan cuma ke tempat tante Maya ini,” bela ku

“Kaa..Kaa kamu ini, mama kan uda bawain long dress bagus dari cabang Karang, tapi gak dipake,” oceh mama sambil membuka pintu mobil.

“iya deh Ma, maaf”

“kenapa sih yuk....” tanya papa sambil menyetir mobil

“ini pa, mau ada acara tempat tante Maya. Ayuk malah pake baju maen gitu ,bukan pake long dressaja”

“hahhhaha... gpp sih ma, kan tetap cantik ini,” bela papa terhadapku.

“papa ini bisa aja .....” ledekku

2. Pertemuan yang tidak terduga

Mobil pun memasuki gerbang perumahan Permai Indah dan berhenti dirumah besar bercat putih. Mobil kami disambut Om Adrian suami tante Maya, dan kami  sekeluarga turun dari mobil. Papa langsung berjabat tangan dengan Om Adrian, dibelakang berdirinya Om Adrian tante Maya  melambaikan tangan.

“heiiiiiii Alika, Dian, Sari sini sama tante,” jerit tante Maya

“iya tante May” aku berlari menuju berdirinya Tante Maya.

Tante Maya memeluk kami satu persatu, maklum Tante Maya tidak dikaruniahi anak. Mungkin salah satu mengungkapkan rasa rindunya kepada kami.

“kaa, kamu makin cantik aja “ puji tante Maya ke aku , aku orang terakhir yang dia peluk. Sudah berapa kali tante Maya mencium kedua pipiku .

“aaaaahhh tante uda dong, aku kan malu” rengekku

“kenapa malu, tante kan kangen berat tauk sama kamu “

“iya ya baru gak ketemu 1 bulan uda kaya 1 tahun tante....” ledekku

“Alika mah gitu...yaudah masuk yokkk didalam udah ada keluarga Om Herman nunggu kalian dari tadi “

Tante maya merangkul pinggangku masuk kedalam rumah, dan benar sekali sudah ada Om Herman beserta keluarga menunggu kami. Om herman teman bisnis papa yang  sangat dekat sama papa. Papa langsung menyapa mereka sekeluarga Om herman. Kami duduk di sofa , aku duduk di samping mama ,didepan sofa yang aku duduki , keluarga Om herman duduk mulai dari Kak Ratih ,Tante Neta, istri Om Herman, adik laki-laki Fajar dan satu laki- laki yang menggunakan jas hitam, aku rasa dia seumuran denganku.

“yuk salaman dan kenalan dulu dong satu persatu sama keluarga Om Herman sekeluarga, Om herman ini teman papa yang selalu papa ceritain “ jelas papa.

“iya dong kaa, itu ada yang cowok tuh “

Dengan sontak aku kaget pada saat anak laki-lak yang menggunakan jas hitam itu mengangkat kepalanya , aku kenal dia kalau tidak salah namanya itu Gio anak yang pernah suka denganku pada saat lomba PMR antar provinsi waktu lalu. Dia pernah menyampaikan rasa sukanya lewat teman satu sekolah denganku , aku tidak tau itu fakta atau isu semata yang jelas aku tau dia.

Anak laki-laki itu melihatku, aku tak tau apa yang dia pikirkan aku rasa dia sedang berpikir apa yang aku pikirkan sekarang.

“cepat kenalan dong kaa” mama menyikutku

“iya iya ma...”

Aku berdiri dengan membungkukkan badan, lalu menjabat satu persatu tangan sambil tersenyum dan aku berkenalan satu persatu dengan anak-anak Om herman. Dan fakta anak laki-laki itu Gio dia senyum kepadaku yang jelas aku membalasnya. Aku kembali duduk di sofa samping mama.

Obrolan pun dimulai....

“Alika uda gede bgt yaaah :D “ tante Neta membuka obrolan .

“kayanya seumuran deh sama Gio “ lirik Om herman ke lelaki itu.

“iya deh , Gio kelas berapa?” balas papa dengan nada bertanya

“kelas 1 SMA baru ajah pindah ke SMA 18 biar lebih dekat rumah :D” jawab Om herman.

“kelas 1 berarti lebih tua , alika dong “

Tante Maya nimbrung dengan membawa nampan berisi makanan.

“ihhh tante May, aku baru umur 15 th bulan juni nanti baru 16, temen-temen aku ajabanyak yang uda 17” bela ku

“hah, berarti tua-an kamu gii” lirik kak Ratih ke Gio

“yaaa biarin aja sih kak,,” jawab Gio jutek

Gio menjawab dengan juteknya ,dasar cowok dia pikir aku tertarik sama dia. Aku mulai bosan dengan obrolan ini selalu menyangkut pautkan aku dengan Gio. Aduhhhh.. padahal secara kekeluargaan aku baru ini ketemu dengan keluarga Om herman.

“hahhhahha Alika gak boleh pacaran dulu” papa tertawa dengan senangnya menertawakan anaknya.

Aku membuka handphone dengan mengetik kata-kata gak perlu di akun twitterku. Aku iri dengan adik-adikku yang suda pegi meninggalkan forum obrolan yang gak perlu ini. Mereka sedang main di taman dekat kolam kecil rumah tante Maya.

“bagus dong anak cewek gak boleh pacara yang sembarangan , Kak Ratih aja masih pilih-pilih loh” ledek Tante Neta

“jangankan mau punya pacar Alika mah, pake long dress aja gak mau, jadi cowok mana yang suka gayanya gitu-gitu aja pake jeans mulu” mama membuka aibku. Astaga untung aja orang tua , kalo nggak aku uda ceplosin dari tadi .

“kalian udah kenal yaaah” tanya Om adrian .

Aku dan Gio saling melirik.

“yaaa gii.. kaum uda kenal sama Alika??” tanya Kak Ratih

“eh...eh” belum sempat Gio jawab pertanyaan Kak Ratih aku sudah minta ijin untuk kedepan.

“maaa...ke depan bentar yaaah” aku minta ijin.

“hey mau kemana?? “ tanya Tante Maya .

“engggg  engg.. kedepan bentar tante “ jawabku sambil berjalan kedepan pintu .

1.Prolog

Keberhasilan papa merintis usaha membuat kami sekeluarga hidup mapan. Papa punya cabang bisnis pakaiannya dimana-mana, kenalan papapun bertambah. Papa  punya teman yang selalu membantunya. Kehidupan kami lambat laun berubah yang mana kami tidak memiliki kendaraan pribadi sampai kami memiliki 1 buah mobil pribadi dan 3 pengangkut pakaian yang menjadi usaha papa.

Begitupun mama, mama sekarang tampil lebih modis dia selalu berpakaian yang lebih bagus jauh berbeda dari masa dulu. Mama membantu papa dengan mengawasi cabang-cabang pakaian yang berada di daerah-daerah. Mama selau berpergian dan selalu sibuk dengan pekerjaan rumah digantikan seorang pembantu , itu dikarenakan mama sangat sibuk. Sampai –sampai mama kenal dengan desain muda Maya Rohali. Usaha papa dibantu dengan hasil desain-desainnya Tante Maya, begitulah sebutan tante untuk aku dan adik-adik memangggilnya.

“Hari ini kita maen kerumah tante yaaa”

“Okeeee......” teriak adik-adikku

“Kaa, cepet dong, kita uda siap nih” teriak mama dari bawa tangga kamarku.

“Iya ya bentar lagi, ini lagi ngambil jaket “ jawabku.

Aku langsung menuruni tangga satu persatu dengan cepat. Benar sekali, papa sudah siap di mobilnya dan kedua adik-adikku sudah duduk di jok depan. Hanya mama masih berdiri depan pintu mobil menunggu aku.

“Kaa, kok pake baju gitu sih, kan gak anggun jadinya,” protes mama aku pada pakaian yang aku kenakan. Seperti biasa celana jeans, baju kaos+jacket dan kerudung coklat yang simple serta sendal sepatu.

“Gak apa deh ma, kan cuma ke tempat tante Maya ini,” bela ku

“Kaa..Kaa kamu ini, mama kan uda bawain long dress bagus dari cabang Karang, tapi gak dipake,” oceh mama sambil membuka pintu mobil.

“iya deh Ma, maaf”

“kenapa sih yuk....” tanya papa sambil menyetir mobil

“ini pa, mau ada acara tempat tante Maya. Ayuk malah pake baju maen gitu ,bukan pake long dressaja”

“hahhhaha... gpp sih ma, kan tetap cantik ini,” bela papa terhadapku.

“papa ini bisa aja .....” ledekku

                                                                                                                                        ***

2. Pertemuan yang tidak terduga

Mobil pun memasuki gerbang perumahan Permai Indah dan berhenti dirumah besar bercat putih. Mobil kami disambut Om Adrian suami tante Maya, dan kami  sekeluarga turun dari mobil. Papa langsung berjabat tangan dengan Om Adrian, dibelakang berdirinya Om Adrian tante Maya  melambaikan tangan.

“heiiiiiii Alika, Dian, Sari sini sama tante,” jerit tante Maya

“iya tante May” aku berlari menuju berdirinya Tante Maya.

Tante Maya memeluk kami satu persatu, maklum Tante Maya tidak dikaruniahi anak. Mungkin salah satu mengungkapkan rasa rindunya kepada kami.

“kaa, kamu makin cantik aja “ puji tante Maya ke aku , aku orang terakhir yang dia peluk. Sudah berapa kali tante Maya mencium kedua pipiku .

“aaaaahhh tante uda dong, aku kan malu” rengekku

“kenapa malu, tante kan kangen berat tauk sama kamu “

“iya ya baru gak ketemu 1 bulan uda kaya 1 tahun tante....” ledekku

“Alika mah gitu...yaudah masuk yokkk didalam udah ada keluarga Om Herman nunggu kalian dari tadi “

Tante maya merangkul pinggangku masuk kedalam rumah, dan benar sekali sudah ada Om Herman beserta keluarga menunggu kami. Om herman teman bisnis papa yang  sangat dekat sama papa. Papa langsung menyapa mereka sekeluarga Om herman. Kami duduk di sofa , aku duduk di samping mama ,didepan sofa yang aku duduki , keluarga Om herman duduk mulai dari Kak Ratih ,Tante Neta, istri Om Herman, adik laki-laki Fajar dan satu laki- laki yang menggunakan jas hitam, aku rasa dia seumuran denganku.

“yuk salaman dan kenalan dulu dong satu persatu sama keluarga Om Herman sekeluarga, Om herman ini teman papa yang selalu papa ceritain “ jelas papa.

“iya dong kaa, itu ada yang cowok tuh “

Dengan sontak aku kaget pada saat anak laki-lak yang menggunakan jas hitam itu mengangkat kepalanya , aku kenal dia kalau tidak salah namanya itu Gio anak yang pernah suka denganku pada saat lomba PMR antar provinsi waktu lalu. Dia pernah menyampaikan rasa sukanya lewat teman satu sekolah denganku , aku tidak tau itu fakta atau isu semata yang jelas aku tau dia.

Anak laki-laki itu melihatku, aku tak tau apa yang dia pikirkan aku rasa dia sedang berpikir apa yang aku pikirkan sekarang.

“cepat kenalan dong kaa” mama menyikutku

“iya iya ma...”

Aku berdiri dengan membungkukkan badan, lalu menjabat satu persatu tangan sambil tersenyum dan aku berkenalan satu persatu dengan anak-anak Om herman. Dan fakta anak laki-laki itu Gio dia senyum kepadaku yang jelas aku membalasnya. Aku kembali duduk di sofa samping mama.

Obrolan pun dimulai....

“Alika uda gede bgt yaaah :D “ tante Neta membuka obrolan .

“kayanya seumuran deh sama Gio “ lirik Om herman ke lelaki itu.

“iya deh , Gio kelas berapa?” balas papa dengan nada bertanya

“kelas 1 SMA baru ajah pindah ke SMA 18 biar lebih dekat rumah :D” jawab Om herman.

“kelas 1 berarti lebih tua , alika dong “

Tante Maya nimbrung dengan membawa nampan berisi makanan.

“ihhh tante May, aku baru umur 15 th bulan juni nanti baru 16, temen-temen aku ajabanyak yang uda 17” bela ku

“hah, berarti tua-an kamu gii” lirik kak Ratih ke Gio

“yaaa biarin aja sih kak,,” jawab Gio jutek

Gio menjawab dengan juteknya ,dasar cowok dia pikir aku tertarik sama dia. Aku mulai bosan dengan obrolan ini selalu menyangkut pautkan aku dengan Gio. Aduhhhh.. padahal secara kekeluargaan aku baru ini ketemu dengan keluarga Om herman.

“hahhhahha Alika gak boleh pacaran dulu” papa tertawa dengan senangnya menertawakan anaknya.

Aku membuka handphone dengan mengetik kata-kata gak perlu di akun twitterku. Aku iri dengan adik-adikku yang suda pegi meninggalkan forum obrolan yang gak perlu ini. Mereka sedang main di taman dekat kolam kecil rumah tante Maya.

“bagus dong anak cewek gak boleh pacara yang sembarangan , Kak Ratih aja masih pilih-pilih loh” ledek Tante Neta

“jangankan mau punya pacar Alika mah, pake long dress aja gak mau, jadi cowok mana yang suka gayanya gitu-gitu aja pake jeans mulu” mama membuka aibku. Astaga untung aja orang tua , kalo nggak aku uda ceplosin dari tadi .

“kalian udah kenal yaaah” tanya Om adrian .

Aku dan Gio saling melirik.

“yaaa gii.. kaum uda kenal sama Alika??” tanya Kak Ratih

“eh...eh” belum sempat Gio jawab pertanyaan Kak Ratih aku sudah minta ijin untuk kedepan.

“maaa...ke depan bentar yaaah” aku minta ijin.

“hey mau kemana?? “ tanya Tante Maya .

“engggg  engg.. kedepan bentar tante “ jawabku sambil berjalan kedepan pintu .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun