Mohon tunggu...
Riska Falensia
Riska Falensia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa pendidikan non formal, universitas negeri padang

suka membaca bukuu

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pencegahan Stunting Melalui Pengabdian Masyarakat oleh Gugus Muhammad Yamin dalam Kegiatan Bakti Sosial Mahasiswa dan Keakraban Departemen (BSMKD) PNF

18 Agustus 2024   09:44 Diperbarui: 18 Agustus 2024   09:49 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

 Pencegahan Stunting Melalui Pengabdian Masyarakat Oleh Gugus Muhammad Yamin Dalam Kegiatan Bakti Sosial Mahasiswa dan Keakraban Departemen (BSMKD) PNF UNP di Nagari Koto Batu, Korong Tungka Panyalai, Kec, Padang Sago, Kab. Padang Pariaman

1. Zean Avetra, 2.Riska Falensia, 3.Amelia Okta Fiana, 4.Rafika Hayati, 5.Putri Aliya Natasya, 6.Syakdia Apria Ningsih, 7.Najwa Filza Ramadhani

email:  Zeanavetra02@gmail.com, Riskafalen0202@gmail.com, Ameliaoktafiana059@gmail.com, Hayatirafika1@gmail.com, Paliya237@gmail.com, Syakdiaaprianingsih01@gmail.com, Najwafilza2210@gmail.com 

 Departemen Pendidikan Non Formal FIP UNP

Abstrak 

Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan banyaknya kasus gizi kurang. Malnutrisi merupakan suatu dampak keadaan status gizi. Stunting adalah salah satu keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi yang bersifat kronis. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%) dan menduduki peringkat kelima dunia. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Pencegahan stunting dapat dilakukan antara lain dengan cara 1. Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. 2. ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. 3. Memantau pertumbuhan balita di posyandu. 4. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. Kegiatan ini dilakukan untuk pencegahan Stunting yang terjadi di Nagari Koto Baru, Korong Tungka Panyalai, Kec. Padang Sago, Kab. Padang Pariaman dengan tujuan mengedukasi masyarakat tentang bahaya akan stunting. Kata Kunci : Stunting, Gizi, Balita 

Abstract 

Indonesia has severe nutritional problems characterized by the number of malnutrition cases. Malnutrition is an impact of the state of nutritional status. Stunting is one of the state of malnutrition associated with past nutritional insufficiency that is included in chronic nutritional problems. The prevalence of stunting in Indonesia is higher than other countries in Southeast Asia, such as Myanmar (35%), Vietnam (23%), and Thailand (16%) and ranked fifth in the world. Stunting is caused by multi-dimensional factors and not only caused by malnutrition factors experienced by pregnant women and children under five. The most decisive intervention to reduce stunting pervalence should therefore be done on the first 1,000 days of life (HPK) of children under five. Prevention of stunting can be done, among others, by 1. Fulfillment of nutritional needs for pregnant women. 2. ASI exclusive until the age of 6 months and after the age of 6 months are given complementary foods ASI (MPASI) is quite the amount and quality. 3. Monitor the growth of children under five in posyandu. 4. Increase access to clean water and sanitation facilities, and maintain environmental cleanliness. This activity was carried out to prevent stunting that occurred in Nagari Koto Baru, Korong Tungka Panyalai, Kec. Padang Sago, Kab. Padang Pariaman with the aim of educating the public about the dangers of stunting. Keywords : Stunting, Nutrition, Toddler 

PENDAHULUAN 

Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan banyaknya kasus gizi kurang pada anak balita, usia masuk sekolah baik pada laki-laki dan perempuan. Masalah gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan rendahnya kualiatas tingkat pendidikan, tingginya angka absensi dan tingginya angka putus sekolah. Malnutrisi merupakan suatu dampak keadaan status gizi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu menjadi salah satu fokus pada target perbaikan gizi di dunia sampai tahun 2025. Stunting atau perawakan pendek (shortness). suatu keadaan tinggi badan (TB) seseorang yang tidak sesuai dengan umur, yang penentuannya dilakukan dengan menghitung skor Z-indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Seseorang dikatakan stunting bila skor Z-indeks TB/Unya di bawah -2 SD (standar deviasi). Kejadian stunting merupakan dampak dari asupan gizi yang kurang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, tingginya kesakitan, atau merupakan kombinasi dari keduanya. Kondisi tersebut sering dijumpai di negara dengan kondisi ekonomi kurang. Status ekonomi keluarga akan berpengaruh pada status gizi dalam keluarganya. Hal ini berkaitan dengan jumlah pasokan makanan yang ada dalam rumah tangga. Balita dengan keadaan rumah yang memiliki status ekonomi rendah akan lebih berisiko terjadi stuting (Bhiswakarma,2011). Tinggi badan orang tua merupakan salah satu gen yang dapat diturunkan kepada anak. Anak yang dilahirkan dari orang tua yang pendek baik dari salah satunya maupun kedua orang tuanya akan lebih berisiko memiliki tubuh yang pendek juga dibanding dengan orang tua yang tinggi badannya normal. Kelainan dari gen didalam suatu kromosom yang menyebabkan tubuh pendek kemungkinan akan menurunkan sifat pendek kepada anaknya. Akan tetapi jika pendek karena faktor nutrisi maupun patologis, maka sifat pendek tersebut tidak akan dituunkan (Kusuma & Nuryanto, 2013). Di Indonesia dalam 10 tahun terakhir penurunan stunting masih belum menunjukan angka yang signifikan. Kejadian stunting dari tahun 2007 ke tahun 2013 meningkat 0,4% dan dari tahun 2013 ke 2018 mengalami penurunan 6,4%. (Ministry of Health Republik Indonesia, 2018). Menurut WHO jika prevalensi stunting lebih dari 20% maka termasuk dalam masalah kesehatan masyarakat, sementara di Indonesia pada tahun 2018 prevalensi stunting sebesar 30,8% sehingga perlu adanya perhatian lebih dari semua pihak untuk menangani masalah ini (Kementerian Republik Indonesia, 2016). Di Jawa Timur angka angka stunting menunjukkan persentase sebesar 26,2% (Kementerian Republik Indonesia, 2016). Menurut WHO Stunting adalah apabila tinggi badan menurut umur kurang dari -2 SD. Stunting mulai tampak pada saat anak berusia dua tahun dan dimulai pada saat janin masih dalam kandungan terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas serta masalah perkembangan anak merupakan dampak yang ditimbulkan dari kejadian stunting. Anak yang stunting akan bisa mengalami gangguan pada tingkat kecerdasanannya, kerentanan terhadap penyakit, produktifitas yang menurun dan pertumbuhan ekonomi yang terhambat yang berdampak pada kemiskinan (Satriawan, 2018) 

METODE PELAKSANAAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun