Pendidikan Inklusi: Mengharmonisaikan Perbedaan dan Menghargai Perbedaan Dengan Kesempatan Yang Sama
Pendahuluan
Pendidikan inklusi adalah sebuah wadah dalam dunia pendidikan yang membuka peluang bagi setiap anak, terlepas dari perbedaan fisik, mental, atau emosional yang mungkin mereka miliki. Melalui pendidikan inklusi, anak-anak dengan kebutuhan khusus bisa belajar berdampingan dengan teman sebaya mereka, mendapatkan pengalaman yang sama, dan, yang paling penting, merasakan bahwa mereka juga bagian dari komunitas sekolah.
Namun, penerapan pendidikan inklusi bukanlah sekadar formalitas. Dibutuhkan kesadaran, dukungan, dan penanganan yang tepat agar tujuan inklusi benar-benar tercapai. Dalam artikel ini, kita akan melihat lebih dalam tentang apa itu pendidikan inklusi, bagaimana mengenali anak-anak yang membutuhkan perhatian khusus, metode yang bisa digunakan di sekolah, serta pentingnya peran masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang inklusif.
A. Memahami Apa Itu Pendidikan Inklusi Â
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujud- kan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Kata "inklusif" berasal dari bahasa Inggris "inclusive" yang artinya termasuk dan memasukkan (Marthan, 2007). Pendidikan inklusif diartikan secara sederhana sebagai memasukkan anak berkebutuhan khusus ke dalam sekolah reguler bersama dengan anak normal lainnya. Oleh karena itu, semua anak, terlepas dari kemampuan dan ketidakmampuannya, jenis kelamin, status sosial ekonomi, suku, latar belakang budaya, bahasa, dan agama, menyatu dalam komunitas sekolah yang sama. Penafsiran tentang pendidikan inklusif cukup beragam menurut sudut pandang pengkaji di dalam menguraikan makna substansial pendidikan inklusif. Keragaman penafsiran menjadi cermin keterbukaan pendidikan bagi seluruh kalangan tanpa terkecuali, baik karena perbedaan latar belakang kehidupan maupun perbedaan fisik yang tidak normal.
Oleh karena itu, anak berkebutuhan khusus perlu diberikan kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.
Pendidikan inklusif merupakan salah satu kebijakan nasional dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar. Pendidikan inklusif diselenggarakan pada jalur formal, jalur nonformal, dan jalur informal. Jalur formal meliputi TK/RA/TKLB, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK atau sederajat. Jalur nonformal meliputi PAUD, Paket A, Paket B, dan Paket C. Jalur informal hanya meliputi homeschooling. Pen- didikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan yang meng- ikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya.
Pendidikan inklusif bertujuan memberikan kesempatan bagi seluruh peserta didik berkebutuhan khusus atau yang berbakat seluas-luasnya untuk mendapatkan kesempatan pendidikan ber kualitas dan bermakna serta mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif. Pendidikan inklusif tidak hanya bermanfaat bagi peserta. didik berkebutuhan khusus, tetapi juga memberikan kontribusi positif untuk pengembangan karakter peserta didik yang tidak berkebutuhan khusus. Mereka dapat belajar berempati, bertoleransi, serta menghargai perbedaan di dunia. Artinya, anak-anak dengan kebutuhan khusus atau gangguan belajar tertentu tidak ditempatkan dalam program yang terpisah, melainkan diberi kesempatan yang sama dalam kelas umum.
B. Prinsip dasar pendidikan inklusi mencakup beberapa hal:
- Kesetaraan dalam Pendidikan: Memberikan setiap anak kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar tanpa perbedaan.
- Adaptasi dan Dukungan Khusus : Menyediakan penyesuaian baik dalam kurikulum, metode belajar, maupun fasilitas agar setiap anak dapat belajar dengan nyaman.
- Lingkungan Belajar yang Terbuka : Anak dengan kebutuhan khusus tidak hanya diikutsertakan secara formal, tetapi benar-benar didukung untuk berkembang dalam lingkungan yang positif.
Intinya, pendidikan inklusi menempatkan anak di posisi yang setara, namun tetap mempertimbangkan kebutuhan khusus mereka.
C. Apa itu Anak Berkebutuhan Khusus
Banyak istilah yang dapat digunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti impairment, disability, dan handicap. Me- nurut World Health Organization (WHO), definisi dari masing- masing istilah tersebut sebagai berikut:
- Impairment, yaitu kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur anatomi atau fungsinya, yang biasanya digunakan pada tingkat organ..
- Disability, yaitu keterbatasan atau kurangnya kemampuan. (yang dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal yang biasanya digunakan pada tingkat individu.
- Handicap, yaitu ketidakberuntungan individu yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.
Anak berkebutuhan khusus atau anak berkelainan adalah anak yang karena sesuatu hal mengalami kondisi apa saja yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan normal anak, yang menyimpang (membuat tidak normal atau kelainan) pertumbuhan dan perkembangan normal anak, serta kondisi apa saja yang mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan. dan perkembangan atau penyesuaian hidup normal anak.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 Pasal 3 ayat (1) dijelaskan bahwa peserta didik berkebutuhan khusus dibahasakan sebagai peserta didik yang memiliki kelainan. Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah lain untuk menggantikan istilah "Anak Luar Biasa (ALB)" yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara satu dan yang lainnya. Menurut Chalidah (2015), anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa dapat dikelompokkan menjadi lima golongan sebagai berikut:
1. Kelainan mental, yang meliputi anak-anak dengan kapasitas intelektual luar biasa tinggi (intellectually superior) dan lam- bat dalam belajar (mentally retarded).
2. Kelainan sensoris, yang meliputi anak-anak yang mengalami kerusakan visual (visual impairments) dan kerusakan pende- ngaran (auditory impairments).
3. Â Gangguan komunikasi, yang meliputi anak-anak dengan. gangguan saat berbicara dan berbahasa serta berkesulitan belajar (learning disability).
4. Gangguan perilaku, yang meliputi anak-anak dengan gang- guan emosional dan ketidaksesuaian perilaku sosial atau tu nalaras.
5. Cacat berat atau tunaganda, yang meliputi anak-anak de- ngan beraneka macam kombinasi kecacatan seperti tunagra- hita atau tunanetra dengan tunagrahita.
D. Mengidentifikasi Jenis Anak dengan Kebutuhan Khusus
Anak dengan kebutuhan khusus dapat dikenali melalui beberapa tanda. Mengenali tanda-tanda ini sejak dini sangatlah penting agar penanganan dan dukungan bisa dilakukan secara efektif.
Beberapa tanda yang mungkin muncul pada anak dengan kebutuhan khusus, ada 12 klasifikasi anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kondisi yang dimilikinya. Berikut ini adalah jenis dan ciri-ciri dari anak berkebutuhan khusus.
1. Anak Disabilitas Penglihatan (Tunanetra)
Anak disabilitas penglihatan atau tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh (total) atau sebagian (low vision).Â
a.) Ciri-ciri atau tanda-tanda anak buta total contohnya seperti ; Tidak mampu melihat cahaya,Kerusakan nyata pada kedua bola mata, Sering meraba-raba bila mencari sesuatu benda dan jika berjalan sering menabrak dan tersandung, Bagian bola mata tampak jernih tetapi tidak bisa melihat cahaya maupun benda, Sering menekan bola mata dengan jari.
b.) Ciri-ciri atau tanda-tanda anak low vision: Mata tampak merah, Bola mata tampak keruh (putih-putih ditengah), dan kadang-kadang seperti mata kucing (bersinar), Bola mata bergerak sangat cepat, Penglihatan hanya mampu merespon terhadap cahaya, benda ukuran besar dengan warna mencolok, Memicingkan mata pada saat terkena sinar matahari, Melihat obyek, menonton televisi, membaca buku atau melihat gambar di buku sangat dekat, Menonton televisi sangat dekat, Bila berjalan ditempat yang belum dikenal sering tersandung dan menabrak, Pada saat matahari tenggelam tidak bisa melihat jelas (rabun senja), Sering membentur-benturkan kepala ke tembok dam sebagainya.
2. Anak Disabilitas Pendengaran (Tunarungu)
Anak disabilitas pendengaran atau tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran, baik sebagian ataupun menyeluruh, dan biasanya memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara. Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan disabilitas pendengaran: Tidak menunjukkan reaksi terkejut terhadap bunyi-bunyian atau tepukan tangan yang keras pada jarak satu meter, Tidak bisa dibuat tenang dengan suara ibunya atau pengasuh, Tidak bereaksi bila dipanggil namanya atau acuh tak acuh terhadap suara sekitarnya, Tidak mampu menangkap maksud orang saat berbicara bila tidak bertatap muka, Tidak mampu mengetahui arah bunyi, Kemampuan bicara tidak berkembang, Perbendaharaan kata tidak berkembang, Sering mengalami infeksi di telinga, Kalau bicara sukar dimengerti, Tidak bisa memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu tertentu, Kelihatan seperti anak yang kurang menurut atau pembangkang, Kelihatan seperti lamban atau sukar mengerti dan sebagainya.
3. Anak Disabilitas Intelektual (Tunagrahita)
Anak disabilitas intelektual atau tunagrahita adalah anak yang memiliki inteligensia yang signifikan berada dibawah rata-rata anak seusianya dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam
masa perkembangan. Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan disabilitas intelektual: Ada tiga jenis anak dengan disabilitas intelektual yaitu ringan (mampu didik), sedang (mampu latih), dan berat (mampu rawat), Wajah ceper, jarak kedua mata jauh, hidung pesek, mulut terbuka, lidah besar, Kepala kecil/besar/datar, Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usianya atau semua harus dibantu orang lain, Perkembangan bicara/bahasa terlambat atau tidak dapat bicara, Kurang atau tidak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan, Sering keluar ludah (cairan) dari mulut dan sebagainya.
4. Anak Disabilitas Fisik (Tunadaksa)
Anak disabilitas fisik atau tunadaksa adalah anak yang mengalami gangguan gerak akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk dan fungsi tubuh atau anggota gerak. Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan disabilitas fisik contohnya seperti; Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh, Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali), Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa, Terdapat cacat pada alat gerak, Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam, Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal.
5. Anak Disabilitas Sosial (Tunalaras)
Anak disabilitas sosial atau tunalaras adalah anak yang memiliki masalah atau hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta berperilaku menyimpang. Ciri-ciri atau tanda anak tunalaras antara lain: Bersikap membangkang dan suka berbohong, Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah, Sering melakukan tindakan agresif, merusak, dan mengganggu, Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/norma hukum, Kurang/tidak mampu menjalin hubungan dengan orang lain, Mempunyai perasaan yang tertekan dan selalu merasa tidak bahagia.
6. Anak dengan GPPH/ADHD
Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai dengan sekumpulan masalah berupa ganggguan pengendalian diri, sulit fokus atau memperhatikan, masalah rentang atensi atau perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas, yang menyebabkan kesulitan berperilaku, berfikir, dan mengendalikan emosi. Ciri-ciri anak berkebutuhan khusus ini dapat ditandai dengan tidak bisa duduk diam di kelas, kesulitan belajar, suka mondar-mandir, atau terus berbicara. Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif:
a.) Inatensi atau kesulitan memusatkan perhatian, seperti tidak mau mendengar, gagal menuntaskan tugas-tugas, sering menghilangkan benda-benda, tidak dapat berkonsentrasi, perhatiannya mudah terganggu, suka melamun, pendiam, harus diingatkan dan diarahkan terus-menerus.
b.) Impulsif atau kesulitan menahan keinginan, seperti terburu-buru saat mendekati sesuatu, tidak teliti, berani mengambil risiko, mengambil kesempatan tanpa pikir panjang, sering mengalami celaka atau luka, tidak sabar, dan suka interupsi.
c.) Hiperaktif atau kesulitan mengendalikan gerakan, seperti sangat sulit istirahat, tidak dapat duduk lama, bicara berlebihan, menggerakkan jari-jari tak bertujuan (usil), selalu bergerak ingin pergi atau meninggalkan tempat, mudah terpancing, dan banyak berganti-ganti posisi/gerakan.
7. Autisme
Anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repetitif dan stereotipi. Gangguan ini bisa membuat anak seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan gangguan spektrum autisma: Usia 0--2 tahun: anak jarang menangis atau sering menangis tanpa sebab (iritable), sulit bila digendong karena gerakan tangan dan kaki berlebihan, tidak ada kontak mata, tidak ditemukan senyum sosial (merespon/membalas senyum orang lain disekitarnya), terkadang ada fase perkembangan motorik yang terlewati seperti anak tidak melewati fase merangkak tapi langsung berdiri/lari, menggigit tangan dan anggota orang lain secara berlebihan. Usia 2--3 tahun: anak tidak tertarik bersosialisasi dengan anak lain, melihat orang sebagai benda, kontak mata terbatas, tertarik pada benda tertentu, tidak menyukai sentuhan/dipeluk, marah bila rutinitas yang biasa dikerjakan diubah, menyakiti diri sendiri, dan agresif. Anak sangat lambat bicara atau tidak bisa sama sekali , mengeluarkan suara yang aneh tanpa makna, mengulang-ulang ucapan lawan bicara, berbicara tapi tidak untuk berkomunikasi. Ditanya tidak bisa menjawab, bahkan mengulang pertanyaannya, Tidak bisa berkomunikasi dua arah dan tidak menatap mata lawan bicaranya. Kalau dipanggil tidak mau menengok, Merasa tidak nyaman dalam keramaian, misalnya pesta ulang tahun, perkawinan, dan lain sebagainya, Merasa lebih nyaman bila main sendiri, Berperilaku aneh seperti jalan berjinjit-jinjit, berputar-putar, lompat-lompat, mondar-mandir tak bertujuan, Sering melihat dengan mata yang miring, Kelekatan dengan benda tertentu, sehingga kemana-mana harus membawa benda tersebut, Mengamuk hebat kalau tidak mendapatkan keinginannya, Tertawa/menangis/marah tanpa sebab yang jelas, Tidak ada rasa empati, Ada kebutuhan untuk mencium-cium sesuatu dan memasukan segala benda yang dipegangnya ke dalam mulut atau digigit-gigit.
Ciri atau tanda anak spektrum autis bervariasi yang meliputi 3 bidang yaitu: gangguan komunikasi/wicara, interaksi sosial, dan gerakan berulang-ulang (stereotipi) dengan derajat ringan sampai berat.
8. Anak dengan Gangguan Ganda
Anak dengan gangguan ganda adalah anak yang memiliki dua atau lebih gangguan sehingga diperlukan pendampingan, layanan, pendidikan khusus, dan alat bantu belajar yang khusus. Dalam kondisi ini, anak memiliki dua atau lebih gangguan yang mempengaruhi perkembangannya. Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan gangguan ganda: Memiliki perpaduan dua hambatan atau lebih, misalnya disabilitas penglihatan dengan gangguan spektrum autisma, disabilitas penglihatan dengan disabilitas pendengaran, down syndrome/disabilitas intelektual dengan disabilitas pendengaran, dan lain sebagainya, Memiliki hambatan dalam berinteraksi sosial, Memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam mengekspresikan atau mengerti orang lain, Pada umumnya mengalami keterlambatan perkembangan fisik dan motorik, Sering berperilaku aneh dan tidak bertujuan, misalnya menggosokgosokan jarinya ke wajah, melukai diri (membenturkan kepala), mencabuti rambut, dan sebagainya, Seringkali tidak mampu mengurus kebutuhan dasar mereka sendiri seperti makan, berpakaian, buang air kecil, dan lain sebagainya, Jarang berperilaku dan berinteraksi secara konstruktif, Dibalik keterbatasan-keterbatasan di atas, anak tunaganda mempunyai ciri-ciri positif seperti ramah, hangat, punya rasa humor, keras hati dan berketetapan hati.
9. Anak Lamban Belajar
Anak lamban belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik. Ciri-ciri atau tanda-tanda anak lamban belajar: Fungsi pada kemampuan dibawah rata-rata kelas, Rata-rata prestasi belajar selalu rendah, Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya, Daya tangkap terhadap pelajaran lambat, Butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik dan non akademik, Lebih suka berteman dengan anak yang berusia signifikan di bawahnya.
10. Anak dengan Kesulitan Belajar Khusus
Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning disabilities adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan pada satu atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung.
Ada tiga jenis anak dengan kesulitan belajar khusus, yaitu:
- Â Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca (disleksia). Ciri-ciri atau tanda-tandanya sebagai berikut; Perkembangan kemampuan membaca lambat dan sering terjadi
kesalahan dalam membaca, Kemampuan memahami isi bacaan rendah, Dalam menulis sering terjadi huruf yang hilang dalam satu kata pada awal, tengah atau akhir kata, atau sulit membedakan bentuk huruf atau angka yang hampir sama seperti menulis huruf d menjadi b, begitu sebaliknya, Tidak mengindahkan tanda baca. - Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia). Ciri-ciri atau tanda-tandanya sebagai berikut: jika menyalin tulisan sering terlambat selesai, Sering salah menulis huruf b dengan p, v dengan u, p dengan q, angka 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya, Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca, Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang, Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
- Â Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia). Ciri-ciri atau tanda-tandanya sebagai berikut; Sulit membedakan tanda-tanda +, -, x, :, =, <, >, Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan, Sering salah membilang dengan urut, Sering salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya, Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
11. Anak dengan Gangguan kemampuan komunikasi
Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara, suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh faktor fisik, psikologis dan lingkungan, baik reseptif maupun ekspresif. Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan gangguan komunikasi/wicara: Anak tidak langsung menangis sesaat setelah dilahirkan, Tidak bereaksi ketika mendengar bunyi yang terjadi di sekitarnya, Tidak pernah atau sangat jarang menangis, Tidak suka menatap wajah atau membalas tatapan ibunya ketika disusui, Kesulitan dalam mengisap, mengunyah, dan menelan saat makan dan minum, Belum mulai berbicara di usia sekitar 12 bulan, Perbendaharaan kata atau kalimat minim, Tidak mampu menyusun kalimat sederhana dan terkadang hanya menyebutkan suku kata akhirnya saja, Ada kelainan organ wicara, misalnya celah pada bibir atau sumbing, dan kelainan bentuk lidah, Suka menyendiri atau tidak bergaul, Bicaranya sulit dimengerti, Menujukkan gejala terpaku pada sesuatu yang sulit untuk dialihkan (perseverasi).
12. Anak dengan Potensi Kecerdasan (Gifted)
Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah anak yang memiliki skor inteligensi yang tinggi (gifted), atau mereka yang unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti musik, seni, olah raga, dan kepemimpinan. Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa: Memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata, kreatif, dan berkomitmen terhadap tugas sangat tinggi, Memiliki kepekaan yang tinggi, Suka mendapat jawaban dari pertanyaan "bagaimana" dan "mengapa" tentang suatu hal, Mampu bekerja mandiri sejak kecil, Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan, Mempunyai minat yang luas, bervariasi, dan mendalam, Mempunyai daya ingat yang kuat dan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu hal, Mempunyai energi yang tinggi dalam berhubungan dan memberi respon baik terhadap orangtua, guru, dan orang dewasa, Suka berteman dengan anak yang berusia diatasnya, Suka mempelajari sesuatu yang baru dan mengerjakan tugas-tugas dengan baik dan efisien, Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan, dan cepat mengaitkan satu hal dengan hal yang lain, Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap
tugas atau bidang yang diminati.
Setelah tanda-tanda ini teridentifikasi, evaluasi lebih lanjut bersama tenaga profesional seperti psikolog atau konselor pendidikan dapat membantu menentukan cara terbaik dalam memberikan dukungan.
E. Cara Menangani Anak Inklusi di Sekolah
Untuk memastikan pendidikan inklusi berjalan efektif, sekolah bisa menerapkan beberapa metode berikut:
- Penyesuaian dalam Kurikulum: Kurikulum harus disesuaikan agar fleksibel terhadap kebutuhan belajar anak. Metode pembelajaran bisa diubah agar lebih adaptif sesuai kondisi masing-masing anak.
- Pendampingan Khusus : Anak dengan kebutuhan khusus mungkin membutuhkan pendamping untuk membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan belajar.
- Kolaborasi dengan Teman Sebaya: Membentuk kelompok belajar yang melibatkan semua anak tanpa terkecuali bisa membantu anak-anak inklusi merasa diterima.
- Pelatihan untuk Guru dan Staf: Guru harus dilatih agar dapat memahami kebutuhan anak inklusi dan cara-cara efektif dalam mengajar mereka.
Dengan pendekatan yang tepat, anak dengan kebutuhan khusus dapat belajar lebih nyaman, dan lingkungan sekolah menjadi lebih inklusif. Karena berbeda dari umumnya, maka anak-anak kebutuhan khusus tentunya membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang lebih spesifik. Untuk itu, berikut cara menangani anak berkebutuhan khusus yang bisa diterapkan, baik itu oleh orangtua, keluarga, maupun masyarakat.
F. Penanganan ABK Secara Umum
1. Anak berkebutuhan khusus adalah amanah Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus dijaga, dirawat, dan dipenuhi haknya. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu menerima keberadaan anak tersebut dengan ikhlas. Hindarkan dari perasaan cemas, kecewa, khawatir, marah, menyalahkan diri sendiri dan orang lain, serta putus asa yang berlarut larut.
2. Menelantarkan anak berkebutuhan khusus merupakan perilaku yang melanggar Hak Asasi Manusia. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat tidak diperbolehkan menyembunyikan atau menelantarkan anak tersebut.
3. Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama dengan anak lain dan dapat hidup mandiri, berprestasi sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat wajib bertanggungjawab memenuhi hak-hak anak dalam segala aspek kehidupan, seperti bersosialisasi di lingkungan, berekreasi, dan berkegiatan lain yang bertujuan memperkenalkan anak berkebutuhan khusus dengan kehidupan di luar rumah.
4. Anak berkebutuhan khusus bukan penyakit dan tidak menular. Oleh karena itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu menyebarluaskan informasi tentang hal dimaksud, termasuk informasi mengenai prestasi atau kesuksesan yang didapat oleh anak berkebutuhan khusus.
5. Orangtua, keluarga, dan masyarakat wajib memberikan pendampingan di bidang agama masing-masing, pendidikan, kesehatan dan kehidupan sosial.
6. Orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu mempunyai keterampilan dalam merawat dan mengasuh anak yang berkebutuhan khusus melalui pelatihan-pelatihan.
7. Orangtua, keluarga perlu konsisten dan bersikap terbuka terhadap lingkungan sekitar dalam menangani anak berkebutuhan khusus.
8. Orangtua, keluarga harus mempunyai kemampuan teknis dan menstimulasi sedini mungkin perkembangan anak berkebutuhan khusus di rumah dan lingkungannya.
G. Penanganan ABK Secara Khusus
Penanganan ABK secara khusus dilakukan sesuai dengan jenis atau karakteristik yang dialami oleh anak tersebut. Beriku tindakan atau hal-hal yang harus dilakukan untuk oleh orangtua mauun keluarga.
1. Peran Masyarakat dalam Mendukung Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi tidak akan berjalan optimal tanpa dukungan masyarakat. Dukungan ini penting untuk menghilangkan stigma dan membangun lingkungan yang lebih positif. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan masyarakat:
2. Peningkatan Kesadaran
Mengadakan seminar atau diskusi publik bisa membantu masyarakat memahami pentingnya pendidikan inklusi.
3. Mendorong Toleransi dan Empati
Sikap toleransi terhadap perbedaan adalah landasan bagi terciptanya lingkungan inklusif. Dengan empati, masyarakat dapat memberikan ruang bagi anak-anak inklusi untuk berkembang.
4. Komunitas Pendukung
Komunitas yang mendukung pendidikan inklusi akan sangat membantu, terutama dalam berbagi pengalaman atau sumber daya yang bermanfaat bagi keluarga dengan anak inklusi.
5. Peran Sekolah dan Masyarakat dalam Mendukung Pendidikan Inklusi
Menurut Wijaya, manajemen sekolah berperan penting dalam menciptakan komunitas belajar yang inklusif. Dengan memberikan pelatihan kepada guru, sekolah bisa lebih siap dalam memenuhi kebutuhan beragam siswa inklusi. Dukungan dari masyarakat melalui penyuluhan juga membantu meningkatkan empati dan sikap positif terhadap pendidikan inklusi.
Pendidikan inklusi bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi usaha kolektif untuk menciptakan lingkungan yang menghargai keberagaman. Setiap langkah yang kita ambil untuk mendukung dan menerima anak berkebutuhan khusus merupakan fondasi bagi masyarakat yang lebih terbuka dan ramah. Mari kita lihat perbedaan sebagai kekuatan dan berikan kesempatan bagi semua anak untuk mencapai potensi mereka.
Kesimpulan
Pendidikan inklusi bukan hanya soal memberi ruang, tetapi bagaimana menciptakan lingkungan yang benar-benar mendukung keberagaman dan menghargai setiap anak. Setiap langkah kecil yang kita lakukan dalam memahami dan mendukung anak-anak inklusi akan memberi dampak besar bagi mereka. Tidak ada satu pun anak yang boleh merasa terkucil atau terbatas hanya karena perbedaan.
Jadi, mari kita buka hati, hilangkan stigma, dan sambutlah perbedaan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh bersama. Anak-anak dengan kebutuhan khusus bukanlah beban mereka adalah bagian dari kita, dan setiap dari mereka memiliki potensi untuk berkontribusi pada masyarakat yang lebih inklusif.
Referensi
Wijaya, D. (2020). Manajemen Pendidikan Inklusif Sekolah Dasar. Prenada Media.
Hegarty, S., & Alur, M. (2002). Education and Children with Special Needs: From Segregation to Inclusion. SAGE Publications.
Utomo, B. (2021). Pendidikan Inklusi di Indonesia: Tantangan dan Strategi Implementasi. Prenada Media.
Heward, W. L. (2021). Exceptional Children: An Introduction to Special Education. Pearson.
Mumpuniarti, M., & Wardani, R. (2023). Manajemen Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar. Deepublish.
Dyson, A., & Gallannaugh, F. (2019). Policy, Context and Schooling: Inclusive Education in the 21st Century. Dalam S. J. Peters (Ed.), Inclusive Education: Achieving Education for All by Including Those with Disabilities and Special Education Needs. Springer.
Florian, L., & Walton, E. (2020). Inclusive Pedagogy in Action: Educating All Learners. Journal of Educational Change, 21(3), 423-437.
Loreman, T., Deppeler, J., & Harvey, D. (2021). Inclusive Education: Supporting Diversity in the Classroom. Cambridge University Press.
Slee, R. (2022). Defining the Scope of Inclusive Education: A Global Perspective. International Journal of Inclusive Education, 26(1), 1-15.
Waitoller, F. R., & Kozleski, E. B. (2023). Understanding Inclusive Education as a Systemic Practice: Insights and Approaches. Journal of Special Education, 57(2), 112-129.
Widyawati, L. "Jenis dan Ciri-Ciri ABK." SLB Negeri Pembina Cakrabuana, https://slbnpcakrabuana.sch.id/jenis-dan-ciri-ciri-abk/. Diakses tanggal [28 Oktober 2024].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H