Mohon tunggu...
Riska Amalia
Riska Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar SMAN 1 PADALARANG

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kun Fayakun

3 Februari 2020   08:43 Diperbarui: 3 Februari 2020   20:21 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hanya karena kamu lebih baik daripada aku, semua orang hanya terpaku padamu! Aku muak mendengar semuanya! Apa aku tidak berhak sukses juga!"

"Kamu juga tahu kan, aku hanya punya ibu. Aku tidak punya apa-apa lagi, sementara kamu hidup berkecukupan. Jika kamu tidak mendapat beasiswa itu masih ada kesempatan lain untukmu." Aku sengaja berbicara seperti itu untuk memancingnya agar bercerita malah membuat isak tangisnya semakin keras.

"Keluargaku sudah bangkrut satu tahun lalu, selama ini aku hidup dengan harta yang tersisa. Setiap hari aku ke sekolah dengan berjalan kaki, aku juga tidak pernah membawa uang saku. Selama ini aku berbohohong kepada semua karena aku takut orang-orang akan menghina dan meremehkanku. Aku juga takut teman-temanku akan menjauhiku karena aku miskin." Dia bercerita sambil menangis tersedu-sedu. Aku tak kuasa menahan tangisku. Banyak hal sulit yang telah ia hadapi. Dia sangat apik menyembunyikan penderitaannya.

"Sekarang aku tidak punya apa-apa. Setelah bangkrut, ayahku jatuh sakit. Hanya aku lah satu-satunya harapan keluarga. Beasiswa itu menjadi tujuanku. Makanya aku berusaha belajar bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Tetapi malah kamu yang dapat. Pihak sekolah tidak melihat usahaku selama ini. Selalu saja Putri dan Putri! Lebih baik aku pergi, tidak ada gunanya aku hidup." Dia berjalan semakin mendekat ke ujung atap.

Gedebukkk!!! Aku memberanikan diriku untuk menariknya.

"Lu tolong jangan bertindak senekad itu lagi! Pikirkan juga keluargamu. Kamu bilang hanya kamu satu-satunya harapan mereka. Jika kamu tiada, bagaimana nasib keluargamu?" Aku menangis sambil memeluknya. Dia membalas pelukanku dengan erat.

"Aku telah memutuskan semuanya. Beasiswa itu memang sepantasnya untukmu. Aku akan berbicara kepada bu Kiranti dia pasti akan menyetujuinya."

"Terimakasih banyak Put, lalu bagaimana denganmu?" Tanya lulu

"Aku yakin, Allah telah menyiapkan rencana lain untukku. Doakan aku saja ya!"

"Iya put pasti, maafkan aku selama ini aku sering berbuat jahat. Dugaanku tentangmu selama ini ternyata salah. Kamu berhati malaikat put!"

Aku menceritakan semua yang terjadi hari ini kepada ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun