Mohon tunggu...
Risang Rimbatmaja
Risang Rimbatmaja Mohon Tunggu... Freelancer - Teman kucing-kucing

Full time part timer | Fasilitator kampung | Sedang terus belajar bergaul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agar Program Makan Gratis Tidak Sia-Sia

2 Juni 2024   08:02 Diperbarui: 2 Juni 2024   08:07 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makanan yang diterima mesti jadi pembelajaran dan sekaligus pembiasaan makanan yang bagus. Harapannya, kalau di sekolah diberi makan telur, sayur, buah, dan nasi, maka nanti di rumah anak akan makan makanan yang sama. Kalau selama ini fanatik dengan roti dengan susu palsu penuh gula (SKM), maka dia akan mau makan makanan yang bergizi seimbang.

Tetapi, bagaimana caranya agar program makanan tambahan begitu menjadi pembelajaran?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, khususnya dari poin 2 dan 3, maka jawabannya selain merancang makanannya, pengelola program juga mesti merancang edukasi untuk perubahan perilakunya.

Kalau formula makanan mesti dirancang hati-hati dengan sederet ujicoba, baik di lab maupun di lapangan, maka rancangan edukasi untuk perubahan perilakunya pun mesti melalui proses yang sama seriusnya.

Idealnya begitu. Moga-moga begitu. Meski, dalam kebanyakan program elemen edukasi biasanya diabaikan dan baru diperhatikan saat muncul masalah.

Lavande, 2 Juni 2024 - RR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun