Mohon tunggu...
Risanatih Maulida Putri
Risanatih Maulida Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember

"Hiduplah dimasa sekarang dan lupakan masalalu, agar kamu dapat mematri dunia di masa depan" #risa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Filsafat Menurut Al-Farabi

12 Juni 2022   21:04 Diperbarui: 12 Juni 2022   21:21 13142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Filsafat Jiwa  

Umumnya para filosof Muslim mengikuti aliran Arsitoteles dalam hal jiwa manusia, yaitu berupa daya makan, daya indra, dan daya pikir. Al-Farabi membagi jiwa menjadi tiga bagian:

  • Jiwa tumbuh-tumbuhan, mempunyai daya makan, tumbuh, dan berkembang biak.
  • Jiwa binatang, mempunyai daya gerak, pindah dari satu tempat ke tempat lain, dan daya menangkap dengan panca indra, yang terbagi dua: (a) Indra luar, yaitu pendengaran, penglihatan, rasa, dan raba; dan (b) Indra dalam yang berada di otak dan terdiri dari: (1) Indra bersama yang menerima kesan-kesan dari pancaindra; (2) Indra penggambar yang melepaskan gambar-gambar dari materi; (3) Indra pereka yang mengatur gambar-gambar materi; (4) Indra penganggap yang menangkap arti-arti terlindung dalam gambar-gambar tersebut; dan (5) Indra pengingat yang menyimpan arti-arti.
  • Jiwa manusia, mempunyai hanya satu daya, yaitu alat berfikir (akal), yang terbagi dua: (a) Akal praktis, yaitu menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indra pengingat; dan (b) Akal teoritis, yaitu menangkap arti-arti murni yang tidak pernah ada dalam materi seperti Tuhan, roh, dan malaikat.

Al-Farabi menjelaskan bahwa manusia mempunyai lima kemampuan (daya):

  • Kemampuan untuk tumbuh yang disebut daya vegetatif ( ), memungkinkan manusia berkembang menjadi besar dan dewasa.
  • Daya mengindra ( ), memungkinkan manusia dapat menerima rangsangan, seperti panas, dingin, mampu mengecap, membau, mendengar, dan melihat warna serta objek.
  • Daya imajinasi ( ), memungkinkan manusia mempunyai kesan yang dirasakan meski objek tidak ada dalam jangkauan indra.
  • Daya berpikir ( ), membuat manusia mempunyai kesan dari apa yang dirasakan, baik suka maupun tidak suka.

Pengetahuan manusia menurut Al-Farabi diperoleh melalui tiga daya yang dimiliki, yaitu daya indra ( ), daya imajinasi ( ), dan daya pikir ( ). Masing-masing daya itu disebut sebagai indra eksternal, internal, dan intelek. Tiga macam indra ini merupakan sarana utama dalam mencapai keilmuan. Menurutnya, manusia tidak hanya merangkum potensi-potensi tumbuhan (vegetatif) dan binatang (animal), sehingga dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi-potensi nalar (rasional).

Filsafat Kenabian

Al-Farabi disebut sebagai filosof pertama yang membahas tentang filsafat kenabian secara lengkap. Al-Farabi berkesimpulan bahwa para Nabi/Rasul maupun para filosof dapat berkomunikasi dengan akal fa'al, yaitu akal ke sepuluh (malaikat). Komunikasi Nabi/Rasul

 dengan akal kesepuluh terjadi melalui perantaraan imajinasi (al-mutakhayyilah) yang sangat kuat. Sedangkan para filosof berkomunikasi melalui akal (mustafad), yaitu akal yang mempunyai kesanggupan dalam menangkap inspirasi dari akal diluar diri manusia.

Misalnya, pembahasan tentang mimpi tidaklah didominasi oleh satu bidang melainkan meluas ke berbagai bidang, seperti filsafat, psikologi, dan agama. Hal ini menandakan bahwa tema mimpi merupakan tema yang menarik dan selalu aktual untuk dijadikan bahan kajian. 

Aristoteles berpendapat bahwa proses indrawi menimbulkan berbagai pengaruh tetap pada alat indra eksternal. Kemudian pengaruh tersebut berpindah ke pusat indra bagian dalam (hati) dengan perantara darah, sehingga menyebabkan terjadinya fantasi dan mimpi.

Tasawuf Al-Farabi

Tasawuf benar-benar mempengaruhi para filosof Islam terutama Al-Farabi. Ciri khas teori tasawuf Al-Farabi berlandaskan pada asas rasional yang secara teoritis berdasarkan pada studi dan analisa. Karena tasawuf Al-Farabi bukanlah tasawuf spiritual yang hanya berlandaskan sikap menjauhi segala perbuatan buruk untuk mensucikan jiwa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun