Mohon tunggu...
Risa Ananda pratiwi
Risa Ananda pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis and blog pribadi

Time is precious, waste it wisely.✨ Waktu adalah segalanya di masa ide kreatif mu muncul di benahmu⌚🧠

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengalaman Tak Terduga (Part 3)

5 November 2021   18:41 Diperbarui: 5 November 2021   20:09 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Awalnya raini (gadis) yang merasakan bahwa nenek itu seakan marah pada dirinya dan anak kecil yang bersama nya saat ini. Raini sangat kaget atas ucapan nenek itu dan pada saat itu juga. Nenek tersebut langsung menutup pintu toko dan menutup jendela agar raini dan anak kecil yang bernama jio pergi!! Meninggalkan nenek tersebut. Jio mengukapkan isi hati tulusnya kepada raini. 

"Begitulah kak, aku belajar dari nenek tadi.. Bahwa aku sebagai kakak dari Adik-adik ku. Harus menyayangi nya dan tidak boleh meninggalkan mereka sendirian kelaparan. "

"Jio..." Ucap raini dengan wajah sendu. 

Jio pun pergi meninggalkan raini... Kemudian raini duduk di tempat toko nenek tersebut dan menuliskan surat yaitu; "Nek, mohon maaf mengganggumu. Kami hanya ingin menemani nenek dan bertanya tentang nama anak nenek dan cucumu. Agar kami bisa membantu mu nek. "

Setelah itu raini menyelipkan kertas di jendela toko milik si nenek. Dan bergegas pergi dari tempat tersebut. 

Sepulang dari toko nenek. Raini melihat ibu sudah ada di depan halaman sedang menikmati teh hangat dengan biskuit yang nampak lezat. Hingga saat menyeruput teh ibu melihat raini anaknya dengan wajah datar seakan pikiran dirinya diselemuti penuh beban.. 

"Hay anakku mengapa kamu lesu, hari ini? "

"Emm. Ibu, aku ingin cerita. "

"Tentang apa nak? ".

" Aku selama dua hari ini, setelah pulang dari tempat kerja bertemu sama jio anak jalanan mah?. 

"Lalu?. "

"Pas itu, aku dan jio anak jalanan yang ku temui di taman. Ia mengajak kakak ke toko serba guna di pinggir jalan. "

"Kamu kesana. Mengapa kamu kesana sih kak?."

" Ehh, emangnya kenapa? Ibu tahu toko itu sebelumnya. "

"Iya, toko itu menjadi tempat ibu istirahat selepas ibu pulang kerja. "

"Berarti ibu tahu nenek yang tinggal disana dong. "

"Nenek itu masih ada kak?. "

Raini menganggukkan kepala 3 kali dan mangambil biskuit di piring ibu nya. 

"Antarkan ibu kesana nak.? 

" Kenapa bu. "

"Ibu ingin bertemu nenek itu, ibu mohon nak. "

"Baik bu. Besok aku kuantar ibu ketemu nenek. "

Keesokan harinya.. Raini menyiapkan alat-alat pribadi ke tas kerja dan memanggil ibu untuk bersiap-siap pergi ke toko nenek yang pernah ia temui. Raini melihat ibu, yang sedang membawa sarapan pagi dan tumbler, setelah itu ibu melihat ke arah diriku.. 

"Ibu sudah siap, ayo kita kesana kak? "

"Tapi, bu. Selepas aku dari toko nenek. Aku mau pergi kerja. "

Bahasa yang sebenarnya itu pernah di ucapkan namun, ibu merasa panik jadi mengulang ucapan raini dengan singkat. 

"Dahlah kamu antar saja ibu. Kalau sudah baru boleh pergi. '

Raini hanya bisa mengiyakan ucapan ibu. 

Kami membaca doa keluar rumah, mengunci rumah dan bergegas pergi ke sebrang jalan mencari angkutan umum datang. 

Setelah itu suara klakson mengagetkan kami yang sedang menunggu angkutan umum itu datang. 

Satu pijakan kaki kanan menaiki angkutan umum dengan perlahan-lahan dan sopir memulai perjalanan dengan hati-hati. Kemudian sampailah di suatu perhentian taman yang pernah di temui oleh raini bersama jio. 

"Pak, sampai sini saja. Berapa pak harganya. "

"Ouh 4 ribu satu orang. "

"Nih pak, 8 ribu, sama ibu saya. "

"Oke neng terimakasih. " Angkutan umum itu pergi dengan cepat hingga tidak mendengar balasan raini.

"Sama-sama Pak. "

Ibu mulai kebingungan dengan anaknya raini. 

"Kak! Kok ke taman sih. "

"Ibu, dari taman ini, dekat kok dari toko nenek itu. "

"Ouh gitu. "

Raini dan ibu jalan-jalan mencari keberadaan toko yang ingin dijumpai oleh mereka berdua. 

Beberapa menit kemudian suasana mulai sendu air mata keluar dari kelopak mata ibu melihat nenek tua yang sedang duduk termenung memegang gelang kecil mungil. 

Ibu menghampiri nya dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. Raini merasakan ada hal yang aneh kepada ibu sendiri.

"Bun, maafkan saya, ini aku yuni, anakmu bun."

Raini kaget, wajah yang kebingungan berubah menjadi amarah yang di pendam. 

"Yun, yuni. Benarkah itu kamu nak. Gelang ini.."

"Iya, bun. Ini gelang yuni, sini yuni pakai."

Ibu mengambil gelang yang di tangan nenek dan Nenek itu melihat orang yang di depannya yang sedang memakai gelang itu. 

"Iya kan, nek walaupun tidak muat lagi tapi yuni akan menjaga bunda. Ayo bunda kita pulang. "

Nenek itu melihat wajah ibu dan membalas dengan ucapan tegas. 

"Kamu mengapa meninggalkan saya. Kenapa!! 

Semenjak kamu kerja, kamu hanya memberikan toko ini dan meninggalkan saya sendirian kenapa!!. " Ucap nenek yang tegas namun mengeluarkan air mata. 

Suasana berbalut dengan rasa kehangatan mereka berdua dilihat dari sang anak (Ibu) dengan cara ibu memeluk nenek itu kembali, nenek tersebut memeluk putri nya juga walaupun masih merasa kecewa terhadap anaknya. 

Akhirnya sudah sekian lama tak bertemu sang pemilik gelang sudah ada di depan nya saat ini. Raini tak bisa berucap lagi, melihat tingkah laku ibu dan nenek yang sedang berpelukan. 

"Hanya dirinya dan dirimu yang tahu dibalik kejadian sebenarnya. Obrolan kemarin pasti ucapan palsu yang sengaja agar aku tidak mengikuti jejakmu. " Ucap raini.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun