Ketika orang tua maupun guru TK Â menemukan anak yang berusia dibawah 6 tahun tetapi ia masih belum bisa berjalan, berbicara, atau melakukan hal lain seperti anak-anak sebayanya, apa yang harus dilakukan ? Apakah tepat untuk menjustifikasi anak yang tumbuh kembangnya terlambat secara instan ?
Berbicara tentang tumbuh kembang apalagi pada masa-masa awal kehidupan bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi pada masa ini merupakan masa yang menentukan pembentukan karakter dan kemampuan intelektualnya. Â
Dalam mendampingi anak pada masa kritis ini diperlukan adanya diagnostik atau pendeteksian terhadap tumbuh kembang anak untuk mengetahui adanya permasalahan yang terjadi. Â
Tidak hanya dengan melihat dan menduga tetapi harus melalui tahapan tertentu untuk dapat mendeteksi adanya permasalahan. Pada tulisan ini penulis ingin memberikan informasi mengenai tahapan yang perlu dilakukan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak usia dini.Â
Mengenali Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Tahapan perkembangan pada usia ini memiliki keunikan yang hanya terjadi sekali dalam hidupnya. Sebelum orang tua dan guru mengenali tumbuh kembang anak sebaiknya memahami terlebih dahulu ciri-ciri khusus tersebut
1. Setiap anak usia dini itu unik
Semua anak itu unik dan mereka berbeda satu dengan yang lainnya. Anak terlahir dengan bawaannya masing-masing baik itu minat, bakat, kemampuan, dan latar belakangnya.Â
Untuk itu kita tidak dapat membandingkan satu anak dengan yang lainnya. Jika ada perbedaan di antara mereka itu adalah seuatu hal yang wajar dan merupakan keunikan dari dirinya.Â
2. Masa yang potensial
Tidak kita sadari bahwa anak usia dini bukanlah manusia yang lemah dan tidak tahu apa-apa. Mereka justru memiliki potensi yang luar biasa dibandingkan orang dewasa.Â
Mereka cepat meniru aktivitas yang dilakukan oleh orang dewasa, memori mereka sangat kuat, dan cepat menyerap pengalaman baru yang ia lihat, dengar, dan rasakan dari lingkungannya.
Hal ini disebabkan perkembangan otaknya sangat pesat dan siap untuk menerima stimulasi. Masa potensial ini disebut sebagai masa emas atau golden age.Â
3. Bersifat egosentris
Egosentris adalah suatu sikap dimiliki oleh setiap anak usia dini. Mereka akan cenderung melihat dan memahami suatu hal haya berdasarkan sudut pandang dan kepentingannya sendiri, tidak dengan orang lain.Â
Karakteristik ini juga merupakan keunikan dari anak usia dini yang harus dipahami oleh orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Tidak lantas menyalahkan mengapa anak selalu ingin dituruti keinginannya tanpa melihat keadaan di luar dari dirinya, karena mereka tida bisa dituntut untuk memahamai selain daripada dirinya.Â
 4. Aktif dan energik
Tidak mengherankan bila kita melihat anak usia dini senang bermain kejar-kejaran, memanjat meja, dan aktivitas yang penuh energi lainnya. Hal tesebut berkaitan dengan energi yang berlebih pada dirinya yang membuatnya selalu aktif hingga lupa waktu.Â
Mereka akan senang melakukan aktivitas yang penuh petualangan dan bukan itu  merupakan suatu hal yang salah justru baik untuk masa perkembangannya.
5. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.Â
Pada masa-masa emas anak usia dini akan mengeksplorasi secara mandiri lingkungannya. Mereka akan cenderung memperhatikan lalu mempertanyakan berbagai hal baru yang dilihatnya atau didengarnya.Â
5. Eksploratif dan berjiwa petualang
Adanya rasa ingin tahu yang tinggi membuat anak semakin ingin mengeksplorasi banyak hal. Jiwa petualang mereka tidak dapat dibendung. Orang tua tidak seharusnya membatasi tetapi memfasilitasi masak petualangan ini.Â
6. Spontan
Anak usia dini cenderung bersikap spontan tentang apa yang ia inginkan dan rasakan. Saat mereka sedang marah mereka akan langsung menunjukkannya dengan menangis atau berteriak tanpa memikirkan sekitarnya. Ketika ia merasa senang ia pun secara spontan akan merespon perasaannya tanpa harus ditutup-tutupi. Â
7. Senang berimajinasi
 anak usia dini senang dengan dunia fantasi. Imajinasi mereka sangat tinggi dan sulit ditebak. Mereka biasanya akan berbicara sendiri dengan mainnanya seolah itu hidup. Mereka juga bisa membuat sebuah simulasi dari benda atau mainannya tentag suatu kejadian yang pernah ia lihat.
8. Mudah frustasi
Anak usia dini mudah menangis dan marah. Terkadang sikap mereka yang demikian sering membuat orangtua melabelinya dengan anak cengeng. Sikap mudah frustasi pada anak adalah hal yang wajar dan hanya perlu diarahkan dengan baik dan bijak.
9. Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu
Anak usia dini belum memiliki kemampuan untuk berpikir matang sebelum melakukan sesuatu. Mereka terkadang dapat membahayakan dirinya sendiri dan orang sekitar atas apa yang mereka lakukan.Â
10. Daya perhatian yang pendek
Ketika bermain anak usia dini cenderung cepat bosan dan pindah dari satu permainan ke permainan lain. Begitu juga di kelas saat guru menerangkan sesuatu belum tentu mereka akan bertahan untuk fokus.Â
Hal itu karena mereka memiliki daya perhatian yang pendek kecuali terhadap hal-hal yang menurutnya menarik serta menyenangkan. aitu anak lazimnya memiliki daya perhatian yang pendek, kecuali terhadap hal-hal yang secara intrinsik menarik dan menyenangkan.
Mengenali bagaimana anak berkembang Â
Setelah mengenali ciri-ciri anak usia dini yang selanjutnya adalah kita harus mengenali terlebih dahulu tahapan perkembangan anak agar dapat mengetahui adakah masalah yang timbul. Â Tahapan perkembangan anak usia dini dimulai sejak ia dalam kandungan yakni 0 hingga 6 tahun.Â
Pada usia tersebut anak usia dini berkembang dengan segala aspek yaitu nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan seni.Â
Keseluruhan aspek perkembangan memiliki tahapan-tahapan berdasarkan teori yang dikembangkan oleh para ahli. Adapun standar pencapaian perkembangan pada anak usia dini di Indonesia telah ditetapkan dalam peraturan kemendikbud No. 137 tahun 2014 yang kemudian disebut STPPA ( Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak).Â
STTPA biasanya digunakan dalam pengembangan kurikulum PAUD namun standar ini juga dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana tingka perkembangan anak dari usia 0-6 tahun.
Perkembangan anak usia dini memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tahapannya. Â Menurut Havighurst (1961) tugas-tugas oerkembangan merupakan tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya.
Tugas perkmbangan anak usia dini menurut Hurlock (1993) adalah sebagai berikut:
1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
2. Membina sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai seorang individu yang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri dan kemampuan diri
3. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berkembang di masyarakat
4. Belajar memainkan peran sesuai dengan jenis kelamin
5. Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis dan menghitung
6. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
7. Mengembangkan sikap objektif baik positif dan negatif terhadap kelompok dan masyarakat
8. Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi diri sendiri, mandiri dan bertanggung jawab.
Melakukan deteksi dini dengan memperhatikan prinsip-prinsip
Setelah memahami bagaimana karakter dan tugas perkembangan anak usia dini, maka deteksi dini dapat dilakukan. menurut Widyastuti (2019) deteksi dini adalah kegiatan untuk menemukan secara dini adanya potensi dan hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.Â
Deteksi dini sangat dibutuhkan untuk melihat bagaimana tumbuh kembang anak serta mengantisipasi apabila ada gangguan yang menghambat tumbuh kembangnya.Â
Deteksi dini dapat dilakukan oleh orangtua di rumah dan guru di sekolah dengan mengikuti pedoman yang telah ditetapkan. Dalam melakukan deteksi dini pihak-pihak yang bersangkutan harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Deteksi dini harus dilakukan oleh pihak yang berkompeten
Artinya, deteksi dini tidak dapat dilakukan oleh orang awam yang tidak mengerti konsep anak usia dini beserta aspek perkembangannya. Dalam hal ini yang disebut pihak berkompeten adalah guru, psikolog, dan ahli kesehatan anak.
2. Kerjasama yang baik dari semua pihak
Semua pihak yang berkompeten dalam menangani deteksi dini  tumbuh kembang anak harus menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik. Setiap pihak tidak dapat bekerja sendiri tetapi saling membutuhkan satu sama lain. Guru tidak dapat melakukan deteksi dini tanpa bantuan dari tenaga ahli.
3. Menggunakan alat ukur baku
Pada saat melakukan deteksi pertumbuhan anak, guru maupun tenaga kesehatan harus menggunakan alat ukur yang baku yang ditetapkan oleh standar nasional atau internasional.
4. Assessment harus dilakukan dengan teliti dan rinci
Deteksi dini harus dilakukan secara bertahap dan dengan pengukuran yang tepat. Diperlukan ketelitian dalam mendiagnostik permasalahan anak.
5. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentuÂ
Karena pertumbuhan dan perkembangan terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu maka deteksi dini harus dilakukan secara berkala dan konsisten dalam waktu tertentu.Â
Demikian tahapan yang perlu diperhatikan dalam melakukan deteksi dini. Yang pertama adalah dengan mengenali karakteristik anak usia dini, kemudian memahami bagaimana anak usia dini berkembang, dan melakukan deteksi dini dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang telah dijelaskan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H