Perlahan Ranny menghampiri kamarnya, untung saja adiknya tidak berisik.Â
Deg ..!! jantung Ranny seakan berhenti, nafasnya sesak, darahnya seakan membeku, ia melihat Afry dan Siska sedang dalam satu kamar, saling bercumbu.Â
"Kakak ..." suara Merlyn membuat Afry menengok dan terkejut Ranny sedang berdiri di depan pintu kamarnya.
**
Ranny hancur, kepercayaannya hilang pada pria, ia membenci pria, ia menganggap bahwa pria tidak bisa setia. Kedua laki-lakinya berkhianat.
**Â
Satu tahun berlalu, Mama juga belum kembali ke rumah. Merlyn selalu ia bawa ketika beraktifitas dikampus baik saat sedang kelas mau pun rapat organisasi. Ia mulai bisa beradaptasi dengan keadaan.Â
"Aulia,nitip Merlyn ya. Gue ada urusan" pintanya pada teman dekatnya dan Aulia mengiyakan permintaan tersebut. Ranny berdiri di pinggir jalan raya, tepat depan kampusnya.Â
"Pak Dani dimana?, aku sudah tunggu dijalan ya" tanyanya pada seseorang ditelepon.Â
Tak lama sebuah mobil hitam menghampirinya dan ia pun masuk ke dalam mobil tersebut.Â
"Halo sayang," sahut si laki-laki dan mencium pipi Ranny.Â
"Sudah antar isterimu Pak?," tanya Ranny.Â