Mohon tunggu...
Dwi Rini Endra Sari
Dwi Rini Endra Sari Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta...smp-kuliah di Jogja kembali lagi ke Jakarta untuk mengabdi kepda negara di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Balik "Badai" Pasti Berlalu di Indonesia

9 November 2018   15:35 Diperbarui: 12 November 2018   08:26 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wilayah Indonesia yang terletak di Khatulistiwa serta diantara dua benua dan lautan menyebabkan terjadinya kondisi cuaca, iklim, dan alam yang khas bagi Indonesia.Selain itu, gugusan pulau besar dan kecil membawa dampak pada fenomena meterooogi, klimaologi, dan geofisika yang tidak sama di setiap tempat.

Tak hanya itu, dengan posisi Indonesia yang dilalui oleh 3 patahan yang bergerak saling mendekati serta terdapat beberapa sesar aktif menjadikan Indonesia rentan terhadap gempa bumi dan tsunami.

Memang kita tidak bisa menghindar dari bencana alam, tetapi kita bisa meminimalisir dari resiko bencana. Terkadang timbulnya bencana seringkali dikaitkan dengan 1)ketidak pahaman masyarakat terhadap karekteristik terjadinya bencana, 2) tidak tersedianya sistem peringatan dini yang handal,3)ketidakberdayaan masyarakat dalam bencana, dan 4)semakin rentannya daya dukung alam.

Kondisi inilah yang menjadikan ketersediaan infrmasi di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika yang akurat dan berkelanjutan sangat dibutuhkan masyaraka agar dapat mendayagunakan dinamika-dinamika cuaca, iklim, dan beradaptasi terhadap kondisi yang rawan gempa untuk meningkatkan kualitas hidup, keselamatan, dan kesajahteraan masyarakat.

Menyadari akan kondisi inilah, BMKG terus beupaya meningkatkan layanan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Salah satu yang dilakukan BMKG adalah membagun pusat peringatan dini siklon tropis (Tropical Cyclone Warning Centre) yang merupakan bagian dari sistem peringatan dini cuaca (Meterological Early Warning System/MEWS).

Kita tak jarang sering mendengar pemberitaan terkait kondisi cuaca  yang ekstrim, seperti gelombang timuran, siklon tropis, gebos (squall), dan badai Guntur (thunderstorm). Melalui sistem MEWS inilah,  BMKG terus berupaya menyampaikan informasi peringatan dini cuaca sebagai langkah antisipasi terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi akibat dari cuaca ekstrim di Indonesia. 

Beruntung, Indonesia Tidak Disinggahi Siklon Tropis

Kita mengenal beberapa nama siklon tropis yang sering terjadi, seperti Magda, Lorenz, Inigo, Melor, dan Durga. Badai siklon tropis ini dalam istilah ilmiahnya disebut tropical cyclone (siklon tropis). Hujan deras disertai angin yang sangat kencang sekitar 125 km/jam dan gelombang pasang merupakan dampak dari siklon tropis.

 Sebagai informasi, siklon tropis merupakan sebuah pusat tekanan rendah yang terdapat sirkulasi angin berputar di sekitar pusat siklon dengan kecepatan diatas 34 knot atau sekitar 65 km/jam. Siklon itu sendiri terbentuk dari sebuah tekanan rendah dan "hidup" dari uap air yang berasal dari penguapan permukaan air laut hangat sekitar 270C. Hidup siklon berbeda-beda tergantung dimana siklon itu tumbuh dan ketersediaan uap air. Ada yang hidup 36 jam dan 2 minggu. Pada setiap belahan bumi terdapat pemaknaan istilah siklon tropis yang berbeda, misalnya pada belahan bumi selatan, yaitu siklon tropis, di belahan bumi utara menyebutnya  dengan taifun, dan pada Atlantik, disebut hurricane.

Pemberian nama siklon yang terjadi berbeda-beda tergantung pada lokasi tempat siklon terjadi, misalnya Lorenz yang terjadi di Benua Australia dan Anggrek yang terjadi pada januari 2010  di wilayah Indonesia.

Indonesia yang terletak di daerah ekuator hanya terkena dampak tidak langsung dari siklon karena siklon tropis menjauhi ekuator. Tetapi, Bibit-bibit siklon tropis berawal dari daerah disekitar ekuator, misalnya muncul di Laut Timor  yang kemudian tumbuh dan bergerak ke selatan menjauhi ekuator. Walaupun kita terkena dampak dari ekor siklon tropis, yaitu hujan deras disertai angin kencang, tetapi tidak sedahsyat dampak lagsung siklon tropis.

Penamaan Indonesia

Jakarta Tropical Cyclone Warning Center  Jakarta yang mulai resmi beroperasi pada tanggal 24 Maret 2008. khusus memantau kelahiran bibit-bibit calon badai maupun pergerakan badai dari wilayah lain serta melakukan monitoring, analisis serta memprakirakan intensitas dan pergerakan siklon tropis yang tumbuh di wilayah tanggung jawab dari TCWC Jakarta.

Berbeda dengan sembilan zona pembagian penamaan badai, Jakarta TCWC memberi nama badai menggunakan nama bunga, dan nama itu sudah terdaftar dan diakui WMO.

Sebelumnya, BMKG memberi nama berdasarkan nama wayang, seperti siklon tropis di perairan barat daya Bengkulu pada 22-25 April 2008 yang diberi nama siklon tropis Durga (salah satu karakter wayang Dewi Durga).

Namun, agar nama siklon tidak terlalu menakutkan, Jakarta TCWC memutuskan mengganti nama badai dengan nama bunga dan buah secara abjad.

Selama 10 tahun berdirinya TCWC Jakarta, kita sudah menamakan 5 (lima) siklon tropis yang tumbuh di wilayah tanggung jawab TCWC Jakarta, yaitu Durga, Anggrek, Bakung, dan yang terakhir Cempaka dan Dahlia, dan Flamboyan dan selain keenam siklon tropis tersebut, selama 10 tahun terakhir ini ada 13 siklon tropis yang melintasi wilayah geografis Indonesia, baik daratan maupun lautannya.

Berdasarkan urutan, setelah Angrek, Bakung, Cempaka dan Dahlia, dan flamboyan, apabila terjadi siklon tropis di wilayah tanggungjawab Indonesia ada beberapa penamaan siklon tropis , seperti Kenanga, Lili, Mangga, Seroja dan Teratai.

Untuk mengantisipasi jika ada nama yang dipensiunkan---karena siklon mematikan---maka Jakarta TCWC menyiapkan nama pengganti, seperti Anggur, Belimbing, Duku, Jambu, Lengkeng, Melati, Nangka, Pisang, Rambutan dan Sawo.

Sejarah TCWC 

Indonesia merupakan anggota Regional Association V Tropical Cyclone Committee (RA-V TCC), sebuah komite internasional di bawah Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Komite ini  dibentuk pada sidang RA V-IX tahun 1986 yang lalu, memutuskan tentang pengoperasian pusat-pusat peringatan dini siklon tropis di seluruh dunia. Pada pertemuan ini Indonesia mendapat kewajiban untuk memberikan peringatan dini siklon tropis pada daerah tanggung jawabnya, yaitu 90 - 125 BT, 0 - 10 LS.(sumber: http://meteo.bmkg.go.id/siklon/learn/09/id).

Pada sidang RA V-XII tahun 1998 diputuskan bahwa untuk sementara waktu tanggung jawab pembuatan peringatan dini siklon tropis untuk daerah tanggung jawab Indonesia diambil alih oleh Australia (interim arrangement), sampai suatu saat ketika Indonesia memiliki kemampuan yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut.

Kemudian pada sidang RA V TCC tahun 2006 diputuskan bahwa Indonesia akan mengambil alih kembali daerah tanggung jawabnya pada musim siklon 2007/2008. TCWC Jakarta mulai resmi beroperasi pada tanggal 24 Maret 2008 yang mempunyai tugas yang terbagi menjadi tiga, yaitu  monitoring, standby, dan aktif. BMKG  wajib memonitor siklon jika terjadi di sekitar wilayah kita, tetapi di luar tanggungjawab wilayah TCWC Indonesia. 

Sebaliknya, jika tidak ada siklon, TCWC Indonesia hanya bertugas stand by dan kita akan aktif  24 jam bila terjadi siklon di wilayah tanggung jawab TCWC Indonesia.Setelah dibentuknya pusat peringatan dini tropis, di wilayah tanggung jawab Indonesia terjadi badai siklon tropis DURGA pada 23 April 2008 pada posisi 9.20LS-95.10BT.

 2 tahun kemudian pada siding WMO RA V TCC ke-13 yang dilaksanakan di Bali, 26-29 April 2010, BMKG mengusul untuk memperluas wilayah tanggung jawab TCWC Jakarta hingga timur. Dengan dukungan dari seluruh peserta sidang, mulai saat itu wilayah tanggungjawab TCWC Jakarta mencakup hampir seluruh daratan dan lautan Indonesia sebelah selatan ekuator.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun