“Apa salah saya, mbak? Seandainya ada norma hukum, moral, kesopanan atau agama yang saya langgar, mohon beritahu. Baru saya akan mundur…"
“Yang kamu langgar adalah norma kelaziman, Vito. Terlalu aneh bagi masyarakat kita yang terbiasa menganggap laki-laki selayaknya jadi pihak yang “lebih tinggi” dari perempuan dalam hal apapun.”
“Tapi saya mencintai mbak Raya dan Akbar. Untuk apa menyenangkan hati semua orang dengan mengorbankan kebahagiaan diri sendiri? Apa mereka peduli pada perasaan kami?”
“Bagaima dengan keluargamu? Orangtuamu mungkin tak siap…”
“Saya akan bantu mereka memahami. Bukan hal yang sulit bagi seorang muslim untuk menerima sebuah takdir, meskipun awalnya sedikit kaget kan."
“Pernah coba bersimulasi dan membayangkan seandainya kamu ada pada posisi Raya? Karena dia nanti yang akan lebih banyak menerima tatapan sinis orang-orang..”
“Seandainya memang ada, mbak Raya boleh melimpahkan semua pendapat negatif itu pada saya. Saya bisa menanggung bagiannya dan bagian saya sendiri juga. Toh tak akan lama, karena semua prasangka yang salah akan segera terpatahkan.”
“Padahal ada banyak teman perempuan yang seusia denganmu, boleh tau apa alasanmu memilih Raya yang jauh lebih tua?”
“Saya tidak merasa memilih. Mbak Raya dan Akbar seperti sudah ada dalam jalur takdir saya. Saya hanya dengan tulus bersedia berjuang mengikuti alirannya..”