“Justru itu yang menjadi sumber kebingunganganku paling besar, Win. Ngebayang nggak sih, kalau sampai ada pemuda baik-baik dan masa depannya cerah, kemudian tiba-tiba hidupnya jadi ‘berantakan’ dalam penilaian semua orang, cuma gara-gara dia bertemu, jatuh cinta dan kemudian nekad menikah dengan perempuan yang ‘salah’? Aku akan jadi seperti kutukan mimpi buruk dong…”
Wina tersenyum santai menanggapi. “Ya nggak gitu juga sih, tergantung kamu menilai dirimu sendiri seperti apa. Apa ada niat dan usahamu untuk ‘menjerumuskan’ dia dalam kesulitan?”
“Ya nggaklah! Sejujurnya aku juga surprise bisa merasa nyaman dan cocok bergaul dekat dengan anak semuda Vito. Awalnya aku bahkan nggak tau kalau umurnya baru 26, akhir tahun ini. Aku pikir setidaknya dia sudah sedikit diatas 30an, mengingat gaya dan cara berpikirnya yang cukup matang...”
“Itulah. Dan aku yakin dia juga pasti kaget setengah mati dong saat tau usiamu ternyata jauh lebih dewasa? Sudah punya jagoan umur 10 tahun pula! Tapi apa kemudian dia jadi menarik diri dan memilih menjauh? Di matanya, kamu tetap perempuan menarik yang ia sukai, tak peduli berapapun usiamu. Baginya, kamu cerdas tapi nggak pernah berkesan menggurui. Dewasa tapi nggak suka ngatur. Dan tampangmu itu lho, siapa juga sih yang sanggup menyangka kalau usiamu sudah 40 tahun?” Wina sedikit menggoda.
“Dan itu aneh sekali kan Win? Setelah tau keadaanku, kenapa dia malah justru semakin serius menginginkan kami, aku dan Akbar? Apa sih maunya anak itu?”
“Kalau kamu nggak keberatan aku bicara apa adanya, terus terang awalnya aku juga terheran-heran, sedikit kesal malah. Nggak sudi dong lihat temanku yang mapan ini jadi target brondong nggak jelas…” Wina tertawa kecil. “Tapi kenyataannya Vito bukan tipe anak muda yang punya niat buruk di belakang manis sikapnya. Pernah dia berusaha mengambil keuntungan materi darimu?”
“Vito nggak pernah meminta materi apapun. Pernah sekali aku tes dengan menawarkan sesuatu, tapi dia justru tersinggung. Nggak perlu katanya, karena dia sudah punya lebih dari cukup. Bingung aku, Win. Atau mungkin dia punya kecenderungan suka pada wanita yang jauh lebih tua?”
“I don’t know… maybe. Or maybe not. Tapi kalaupun iya atau enggak, memangnya kenapa?”
“Hmmm.. anyway, bantu bicara padanya supaya dia mau menjauhi kami ya Win? Meskipun aku dan Akbar juga sangat menyayanginya, tapi rasanya kami wajib menolak…”