Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Curang... Curang!

29 Februari 2024   15:58 Diperbarui: 29 Februari 2024   16:45 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pngtree.com

Di Kelurahan Nusa Antara diadakan pertandingan sepakbola. Ini bukan pertandingan sepakbola biasa, ini pertandingan sepakbola untuk memperebutkan posisi sebagai lurah dan wakil lurah. Aneh memang, tapi yah, demikianlah adanya. Pertandingan ini diadakan setiap lima tahun sekali, dan selalu ramai serta penuh dinamika. Tapi pertandingan kali ini sedikit berbeda, begini ceritanya.

Bagian Satu : Awal Masalah

Pada mulanya, tidak ada persoalan yang berarti, menjelang pertandingan lima tahunan ini, para sponsor mulai membentuk kesebelasan masing-masing. Berusaha mencari kapten dan wakil kapten yang diprediksi akan  membawa kemenangan bagi kesebelasannya. Kapten dan wakil kapten kesebelasan yang menang, akan menjadi lurah dan wakil lurah Nusa Antara untuk lima tahun ke depan.

Singkat cerita, terbentuklah dua kesebelasan. Kesebelasan pertama, Aman dan Indah, disingkat kesebelasan Amin dan kesebelasan kedua bernama Gagah Mantap, dijuluki kesebelasan Gama. Kesebelasan Amin disponsori oleh seorang pemilik percetakan iklan bernama Suta Salo, sementara kesebelasan Gama dibesut oleh Eyang Putri Mejah, pemilik peternakan kerbau. Sampai di sini tidak ada masalah. Kesebelasan Amin dan kesebelasan Gama secara sukses mendaftar di Kantor Panitia Umum, sebuah kantor yang bertugas menyelenggarakan pertandingan.

Persoalan mulai muncul saat Pak Lurah sekarang ingin anak sulungnya ikut bertanding dan harus jadi wakil kapten. Sayangnya, aturan pertandingan menyebutkan, bahwa peserta pertandingan harus  berusia minimal 14 tahun, sementara Gi'an, anak sulung Pak Lurah, umurnya baru 13 tahun.

"Hmm, pasti ada caranya". Batin Pak Lurah.

Entah dari mana, tiba-tiba seorang pemuda karang taruna datang ke kantor Musyawarah Kelurahan, meminta agar aturan batas umur 14 tahun diubah. Nah, sampai di sini, persoalan mulai perlahan jadi runyam. Desas-desus beredar di antara warga kelurahan Nusa Antara, ini adalah cara Pak Lurah supaya anaknya Gi'an bisa ikut pertandingan dan menjadi wakil kapten. Apalagi ketua Musyawarah Kelurahan adalah adik ipar dari Pak Lurah, alias paman dari Gi'an.

Dan benar saja, Musyawarah Kelurahan memutuskan peraturan pertandingan diubah, aturan batas umur bisa diabaikan, jika peserta pertandingan pernah atau sedang menjabat ketua panitia pada salah satu acara di kelurahan. Gi'an yang saat itu memang sedang jadi ketua panitia acara lomba menggambar, otomatis bisa ikut bertanding.

Lalu terbentuklah kesebelasan Paling Gagah, disingkat PG, yang dilatih khusus oleh Pak Lurah, dengan Prakonco, kepala bagian keamanan kelurahan sebagai kapten dan Gi'an sebagai wakil kapten. Kantor Panitia Umum pun harus menerima pendaftaran kesebelasan ini, karena apa-apa yang telah diputuskan oleh kantor Musyawarah Kelurahan bersifat wajib dilaksanakan dan tidak bisa dibantah.

"Ah, cuma anak kecil, biarkan saja, mana bisa main?" , kata Eyang Putri Mejah dalam hati. "Biarin aja, entar juga kapok!"

Suta Salo sambil mengelus janggutnya bergumam: "Ada-ada saja Pak Lurah ini, wakil kapten kok bocah ingusan? Kesebelasan Amin bakal menang mudah ini "

Bang Acim, Kepala Kantor Panitia Umum menyampaikan ke warga kelurahan: "Sudah ada tiga kesebelasan yang memenuhi syarat ikut pertandingan, dan silahkan kepada semua kesebelasan untuk melakukan pertandingan uji coba ke seluruh pelosok kelurahan. Waktu yang diberikan adalah mulai dari hari ini, sampai tiga hari sebelum pertandingan. Pertandingan agar dilakukan secara aman dan damai!"

Wakil dari masing-masing kesebelasan, termasuk Eyang Putri Mejah, Suta Salo, Pak Lurah dan seluruh pendukung masing-masing kesebelasan mengangguk kepala, tanda setuju. Semua yakin kesebelasannya akan menang.

"Kita damai ya Pak Salo, Pak Lurah", ujar Eyang Putri Mejah.

"Aman!", sahut Suta Salo. Pak Lurah juga tersenyum simpul tanda setuju.

Bagian Dua: Komentar Pengamat yang Mengejutkan

Asto, sekretaris peternakan kerbau milik Eyang Putri Mejah berjalan tergesa-gesa, dengan muka merah.

"Hmm", dengusnya saat disapa penjaga peternakan. "Eyang Putri ada di ruangan?", tanya Asto ke penjaga.

"A..ada Pak, si..silahkan ...", sahut penjaga gugup. Dia sudah hafal, kalau Asto sudah bersikap demikian, berarti ada sesuatu yang penting dan gawat, yang harus segera disampaikan ke Eyang Putri Mejah.

Asto mengetuk pintu ruangan Eyang Putri Mejah dan langsung membuka pintu. Eyang Putri Mejah yang sedang berdandan kaget, "Ada apa Asto?"

"Gawat Eyang, gawat!", kata Asto.  "Para pengamat sepakbola di kelurahan menyatakan kesebelasan PG akan menang telak! Kesebelasan kita, kesebelasan Gama pasti kalah!", lanjutnya panik.

"Lho piye toh, itu Gi'an apa bisa main?" tanya Eyang Putri Mejah

Asto menjawab: " Seluruh pengamat sepakbola yang mumpuni di kelurahan kita, menyatakan, dari hasil pertandingan uji coba dan persahabatan, kesebelasan PG sangat hebat. Mereka diperkirakan akan menang".

Di kelurahan Nusa Antara memang ada 7 sampai 8 pengamat sepakbola yang selama ini terbukti keandalannya. Selama ini, hasil pengamatan mereka tidak jauh meleset dari kenyataan.

"Iya, ini kan masih ada beberapa bulan, tenang saja, coba latih dengan baik lagi kesebelasan Gama", Eyang Putri Mejah berusaha menutupi kegelisahannya dengan bijak. "Kita lihat lagi perkembangannya dalam satu-dua bulan ini", lanjutnya.

"Baik, Eyang Putri, saya permisi", jawab Asto dengan takzim sambil membungkuk, membalikkan badan dan meninggalkan ruangan Eyang Putri Mejah.

Eyang Putri Mejah mengarahkan pandangannya ke jendela, ke arah lapangan rumput hijau dan ke bangunan-bangunan merah di luar. Bangunan-bangunan merah itu adalah kandang-kandang kerbau miliknya.

"Hm..., kamu lupa diri Jaka! Kamu dulu adalah petugas peternakanku, aku angkat kamu jadi ketua panitia lomba menggambar, aku juga yang mengangkat kamu jadi ketua panitia pembersihan gorong-gorong, hingga menjadi lurah. Tapi sekarang kau membalas dengan cara begini?", batinnya.

Jaka, Ayah Gi'an,  lurah Nusa Antara saat ini dulu memang adalah pekerja di peternakan kerbau Eyang Putri Mejah.

Pandangan Eyang Putri Mejah makin menerawang jauh, pikirannya berkecamuk, muka tuanya berkerut-kerut, entah apa lagi yang ada di dalam pikirannya saat itu.

Di tempat lain, di sebuah kantor bertingkat di pusat kelurahan, Suta Salo tersenyum dan mengelus janggut saat menerima laporan dari Hamis, kapten kesebelasan Amin.

"Ya ndak apa-apa Mis, kalau kata pengamat kamu nanti kalah, yang penting kamu usaha keras kembalikan hutang, ya? Lama ndak apa-apa, cicil, saya ini pengusaha, pengusaha anti kehilangan uang! Mengerti Mis?"

"Baik Pak Salo", jawab Hamis sambil berlalu.

Sebulan sebelum pertandingan.

"Apa ini? Mana mungkin! Ini tidak boleh terjadi Asto!"  Eyang Putri Mejah murka, sambil melempar kertas-kertas yang berisi hasil prediksi pengamat sepakbola.

Sebulan terakhir sebelum pertandingan, para pengamat sepakbola di kelurahan Nusa Antara semua kompak menyatakan kesebelasan PG akan menang telak. Waktu tinggal sebulan, tentu hasil ini membuat Eyang Putri Mejah murka.

"Kamu cari cara Asto! Bagaimana agar pertandingan ini batal!"

"Tidak bisa Eyang, kita sudah setuju ikut bertanding, kita awalnya terlalu meremehkan kesebelasan PG karena si Gi'an kita anggap sebagai titik lemah, nggak tahunya jadi begini", jawab Asto.

"Tidak..., pokoknya cari cara! Walaupun nanti mereka menang, kita pengaruhi seluruh warga kelurahan, bahwa pertandingan ini curang! Kan memang tidak selayaknya Gi'an ikut bertanding, dia tidak memenuhi syarat umur. Ini dipaksakan dengan semena-mena melalui keputusan Musyawarah Kelurahan yang diketuai pamannya. Ini tidak benar Asto!" Hardik Eyang Putri Mejah.

"Memang ada masalah etika dan moral, tapi bukankah Keputusan Musyawarah Kelurahan bersifat final dan mengikat, Eyang? Lagi pula kita juga setuju dan ikut bertanding Eyang?", jawab Asto sambil menunduk.

"Saya tidak mau tahu Asto, cari jalan!", bentak Eyang Putri Mejah.   "Ini semua ulah Pak Lurah petugas peternakan, bandrek susu atau bansus dia bagi-bagikan sebagai doping para pemain kesebelasan PG! Padahal bansus itu dibeli pakai kas kelurahan. Itu curang! itu penyebab utamanya, Asto!", lanjutnya lagi.

"Tapi, Eyang.., bukankah bansus juga dinikmati para pemain kesebelasan kita dan kesebelasan Amin, bagaimana menjelaskannya ke warga kelurahan, agar percaya Pak Lurah telah memanfaatkan kas kelurahan untuk kesebelasan PG saja?", Asto kebingungan.

"Saya tidak mau tahu Asto, itu tugasmu sebagai sekretaris peternakan!", jawab Eyang Putri Mejah. "Kamu segera kerahkan semua sumber daya agar warga kelurahan tahu kalau ini curang. Mengerti Asto?"

"Baik, baik Eyang", jawab Asto.

Sejak itu warga kelurahan mulai terpecah, sebagian yakin pertandingan sepakbola lima tahunan yang akan segera digelar sudah curang dari awal, sebagian tidak percaya.

Bagian Ketiga : Jalannya Pertandingan

"Tidak disangka, tidak diduga, Gi'an mengocek bola, melewati satu, dua pemain belakang kesebelasan lawan, umpan silang, disambut dengan tendangan volley oleh Prakonco.., dan gol....!", suara penyiar radio kelurahan Nusa Antara mengelegar menyampaikan laporan pandangan mata jalannya pertandingan.

"Kalau begini jalannya pertandingan, saya prediksi skor 60-25 untuk kesebelasan PG", kata seorang pengamat.

Pengamat lain menyatakan: "Pertandingan antara PG dan Gama akan dimenangkan PG dengan skor telak 58-17"

Burhan Mantap, seorang pengamat mumpuni menyatakan kesebelasan PG akan menang dalam satu putaran sekaligus dalam pertandingan simultan dengan kesebelasan Amin dan Gama.

"Ini curang, pengamat semua bayaran! Ini semua sudah curang dari awal! Sejak pendaftaran. Kesebelasan PG harus didiskualifikasi!", ujar seorang ahli hukum tata sepakbola.

"Pendukung kesebelasan Amin dan Gama ayo gabung, kita tolak hasil pertandingan!", seru seorang guru sekolah.

"Lho, pertandingan masih berjalan, ini belum selesai, kita sedang rekap hasil pertandingan.", kata Bang Acim Kepala Kantor Panitia Umum.

"Ah rekapanmu ngaco, kamu memihak Pak Lurah!", kata seorang warga kelurahan.

"Ayo turun ke jalan", ajak Repi Harum, orang yang diyakini sebagai orang pintar di kelurahan Nusa Antara.

Kapten kesebelasan Gama, sambil terengah-engah kelelahan berkata : "Kamu percaya skor pertandingannya segitu?. Ini curang, kita harus pakai hak pelet"

Bagian Akhir : Tersadar

Lalu ada demonstrasi besar, suasana makin kacau, orang-orang berdesakan, saya terdorong ke kanan dan ke kiri, tiba-tiba tangan kiri saya ditepuk-tepuk seseorang.

"Pak.., Pak.., sudah sampai", kata Pak Joko supir taksi online dengan ramah. Saya terbangun dari mimpi saya. "Hmm.., mimpi yang mengerikan" batin saya.

"Terimakasih, ya Pak" Kata saya ke Pak Joko yang sedang tersenyum ramah.

Saya mengambil tas, membuka pintu mobil dan segera naik ke lantai 5 sebuah rukan di bilangan Jakarta Utara. Saya sempat melirik ke handphone, pukul 9.32, tanggal 4 Desember 2024. "Terlambat sedikit", batin saya.

Saya masuk ke ruangan rapat, beberapa orang telah ada di sana. "Selamat pagi, mohon maaf saya terlambat", sapa saya. Dan di dinding ruangan rapat saya lihat foto Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Terpilih. Bapak Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Dalam hati saya memberi hormat dan berucap:" Selamat Pak Prabowo dan Gibran, saya tidak memilih Anda kemarin tanggal 14 Februari 2024, tapi karena lebih dari separuh saudara-saudara saya yang lain telah menetapkan pilihan ke Anda, saya menghormati pilihan saudara-saudara saya itu. Semoga Bapak-Bapak mampu membawa kehidupan yang lebih baik di negeri tercinta".

Sambil tersenyum, lalu saya berkata: "Yuk, kita mulai meeting kita, hari ini!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun