Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menyeru Damai

22 November 2018   13:23 Diperbarui: 22 November 2018   13:59 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.express.co.uk/life-style/top10facts/1020685/ten-facts-trivia-about-peace

Seperti kata seorang teman,

sajak-sajak perdamaian hilang perlahan

digilas kebencian; dilumat umpatan

bulat-bulat warta; tanpa dikunyah langsung ditelan

lalu muntah amarah, berserak-serak berantakan

pun yang lain buas menelan muntahan, rupa orang hilang ingatan

kalaulah mata jeli menerawang, ini bukan hasil sepekan

benih benci ini telah lama mereka tanam, menyasar tunas-tunas taman

hari ini adalah tuaian panen dari puluhan tahun  garapan lahan

maka beranak-pinak jutaan beku nurani juga otak

mengangkat kapak, membelah negeri, menebar onak

bagaimana hati yang bebas tak akan terhentak dalam katup geligi mengeretak?

Oh...., tidak teman, kita tak boleh diam dan sungkan

sajak-sajak perdamaian harus bergelora dalam semua sudut ruangan

negeri ini terlalu elok untuk jadi taruhan, jangan biarkan mereka hitamkan

Jakarta, 22 November 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun