darah tinggi yang sedang mengkonsumsi Amlodipin, sekaligus memiliki kadar kolesterol tinggi dan mengkonsumsi Simvastatin secara rutin, sebaiknya waspada dengan risiko yang bisa mengancam jiwa akibat kesalahan minum obat-obat tersebut.Â
Jika anda penderita tekananHipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, merupakan salah satu penyakit yang kejadiannya cukup banyak di Indonesia.Â
Penyakit ini timbul akibat dari gaya hidup yang kurang baik serta faktor genetik dari orang tua yang memiliki riwayat hipertensi. Ketika diagnosa Hipertensi sudah ditegakkan oleh Dokter, sesuai dengan algoritma pengobatan Hipertensi, maka penderita Hipertensi wajib minum obat darah tinggi ini seumur hidup, agar tekanan darah bisa terjaga dan stabil di range amannya.Â
Keadaan ini diperparah dengan gaya hidup yang kurang baik oleh penderitanya, sehingga bisa meningkatkan risiko komplikasi dari Hipertensi tersebut.Â
Salah satu penyebab Hipertensi menurut Fujikawa dkk dalam salah satu jurnalnya, menyebutkan bahwa kolesterol menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan Hipertensi. Kolesterol salah satu faktor resiko yang dapat dirubah dari hipertensi, semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan semakin tinggi kemungkinan terjadinya Hipertensi.Â
Teori lain juga mengatakan kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menganggu peredaran darah, sehingga memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah Hipertensi.Â
Bagaimana jika keadaan ini terjadi jika bersamaan?
Biasanya, apabila seorang pasien mengalami Hipertensi dengan keadaan kolesterol total dalam darah tinggi juga (Hiperkolesterolemia), maka sesuai dengan penatalaksanaannya harus diberikan dua macam obat, yaitu obat antihipertensi dan obat antikolesterol.Â
Obat antihipertensi dan obat antikolesterol banyak macamnya, namun yang akan saya bahas kali ini adalah obat antihipertensi yang sering dijumpai dan sering dikonsumsi oleh banyak orang, yaitu Amlodipin. Pun dengan obat antikolesterol yang akan saya bahas kali ini adalah Simvastatin yang kebetulan memiliki interaksi dengan Amlodipin.Â
Dalam praktik sehari-hari, Saya sering menjumpai "duet" obat ini, yang digunakan oleh pasien penderita Hipertensi dengan Hiperkolesterolemia. Perlu diketahui, interaksi obat adalah perubahan aksi atau efek samping obat yang disebabkan oleh pemberian bersamaan dengan makanan, minuman, suplemen, atau obat lain.Â
Sebelum menjawab keamanan obat-obat tersebut apabila diminum bersamaan, kita harus pahami dulu klasifikasi interkasi obat menurut tingkat keparahannya.Â
Interaksi Obat Minor
Interaksi obat termasuk ke dalam kategori minor apabila efek yang ditimbulkan ringan dan tidak menyebabkan perubahan terapi
Interaksi Obat Moderat
Interaksi obat termasuk kategori moderat apabila efek yang ditimbulkan dapat menyebabkan perubahan dari kondisi klinis pasien dan dapat memerlukan perubahan terapi.
Interaksi Obat Mayor
Interaksi obat termasuk kategori mayor apabila efek potensial membahayakan jiwa dan membutuhkan intervensi medis untuk meminimalisir atau mencegah efek yang tidak diinginkan.
Sebetulnya interaksi obat itu tidak melulu menjadi sesuatu yang merugikan, karena ada beberapa obat juga yang memiliki interaksi justru menguntungkan terhadap efek terapi obat. Tapi kali ini akan dibahas interaksi yang merugikan berkenaan penggunaan Amlodipin dan Simvastatin secara bersamaan.
Amlodipin + Simvastatin, amankah?
Jawabannya: TIDAK AMAN
Menurut literatur dan referensi (Saya biasa menggunakan Drugs.com dan Medscape.com untuk cek interaksi obat), kombinasi obat amlodipin dan Simvastatin ini memiliki kategori interaksi obat MAYOR. Artinya, jika diminum bersamaan dapat membahayakan jiwa konsumennya dan harus diberikan intervensi untuk mencegah efek yang tidak diinginkan.Â
Efek yang ditimbulkan jika diminum bersamaan adalah Rhabdomyolysis, yaitu suatu kondisi yang terjadi saat otot mengalami kerusakan. Kerusakan ini melepaskan pigmen mioglobin dari otot ke dalam darah.Â
Dalam kondisi normal, ginjal biasanya menyaring pigmen dari darah. Namun zat dari kerusakan otot dapat membahayakan ginjal karena menghalangi struktur penyaringan mereka. Terjadilah gagal ginjal, sehingga ginjal mengeluarkan produk limbah beracun ke dalam darah. Pada kasus yang parah, Rhabdomyolysis bisa memicu komplikasi yang serius, seperti gagal ginjal akut, kejang, hingga kematian.Â
Bagaimana Rhabdomyolysis bisa terjadi?
Banyak faktor tercetusnya keadaan Rhabdomyolysis, dapat disebabkan oleh beragam kondisi, mulai dari cedera, zat beracun, hingga infeksi. Konsumsi Amlodipin + Simvastatin secara bersamaan berperan signifikan dalam tercetusnya kondisi ini.
Mekanismenya adalah penghambatan enzim CYP450, yaitu suatu enzim yang bertugas untuk memecah/mengurai obat menjadi bentuk tidak aktif, Amlodipin dan Simvastatin adalah obat yang diuraikan oleh enzim ini.Â
Jika interaksi terjadi ketika obat ini dikonsumsi secara bersamaan, maka salah satu obat akan dihambat penguraiannya oleh obat yang lain, dalam hal ini Amlodipin menghambat penguraian Simvastatin oleh enzim CYP450. Apabila penguraian Simvastatin dihambat, akan terjadi peningkatan kadar Simvastatin beserta metabolitnya dalam darah, sehingga meningkatkan risiko keracunan Simvastatin.Â
Keadaan inilah yang memicu terjadinya Rhabdomyolysis tadi. Karena Rhabdomyolysis "menyerang" otot rangka, maka gejala awal yang dirasakan biasanya seperti pegal-pegal, nyeri otot, kelemahan otot, dan warna urine yang gelap seperti teh. Gejala yang lebih spesifik dapat berupa bengkak, kram, kekakuan otot, dan kehilangan fungsi otot. Pada kasus yang parah, Rhabdomyolysis bisa memicu komplikasi yang serius, seperti gagal ginjal akut, kejang, hingga kematian.Â
Tidak semua orang mengalami keadaan Rhabdomiolysis apabila konsumsi Amlodipin dan Simvastatin secara bersamaan, faktor ini biasanya dipengaruhi oleh usia, dosis obat dan interval penggunaan obat. Orang yang memiliki genetik lambat dalam metabolisme obat, cenderung memiliki risiko yang tinggi mengalami keadaan Rhabdomyolysis ini.Â
Selain itu, dosis berperan signifikan dalam kejadian ini. Menurut literatur, dosis yang aman dalam penggunaan kombinasi obat ini yaitu : Amlodipin dengan dosis maksimal 10 mg per hari dan Simvastatin dengan dosis maksimal 10 mg per hari.Â
Ada literatur juga yang menyebutkan dosis Simvastatin maksimal 20 mg per hari apabila dikombinasikan dengan Amlodipin, namun pada lansia sangat harus diperhatikan dalam penggunaan kombinasi obat ini, karena pada lansia fungsi ginjalnya sudah menurun, klirens/pengeluaran obat dalam tubuh lambat dan berisiko meningkatkan kadar obat dalam darah sehingga meningkatkan toksisitas/keracunan obat.Â
Bagaimana sebaiknya jika mendapatkan kombinasi kedua obat ini?
Menurut referensi, sebaiknya penggunaan kombinasi kedua obat ini harus dihindari apabila melebihi dosis yang telah ditentukan, namun jika pemberian dosisnya dalam rentang yang aman, harus dimonitor dengan seksama. Dosis simvastatin tidak boleh melebihi 20 mg setiap hari bila digunakan dalam kombinasi dengan amlodipin.Â
Manfaat dari kombinasi ini harus dipertimbangkan secara hati-hati terhadap potensi peningkatan risiko rhabdomyolysis. Fluvastatin, pravastatin, dan rosuvastatin merupakan alternatif yang lebih aman pada pasien yang menerima amlodipin, karena tidak dimetabolisme oleh enzim CYP450.Â
Semua pasien yang menerima terapi kombinasi Amlodipin dan Simvastatin harus disarankan untuk segera melaporkan nyeri otot yang tidak dapat dijelaskan, nyeri tekan atau kelemahan, terutama jika disertai demam dan urin berwarna gelap. Terapi harus dihentikan jika kadar kreatin kinase dalam meningkat secara nyata tanpa olahraga berat atau jika diduga atau didiagnosis Rhabdomiolysis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H