Konsep tentang Penderitaan
Salah satu akibat dari keburukan adalah penderitaan. Penderitaan merupakan situasi batas di mana manusia tidak dapat memeneuhi cita-cita hidupnya yang sudah dialami dan yang dianggap sebagai hak dan kewajibannya. Penderitaan hanya dialami oleh makhluk yang merasa sakit terutama manusia. Dengan kata lain penderitaan hanya dialami oleh ciptaan sedangkan pencipta bebas dari penderitaan. Penderitaan merupakan bukti keterbatasan manusia sebagai makhluk yang berbadan dan ber-roh.
Penderitaan adalah apa yang dialami subyek karena adanya malum. Kemampuan menderitaan semakin meningkat dalam perjalanan evolusi kehidupan dan organisme, bersamaan dengan kian bertambahnya kompleksitas struktur syaraf. Banyak manusia dan hewan yang menderita secara fisik. Pada manusia dan sejumlah hewan, kesanggupan menderita mencakupi wilayah pengalaman yang lebih luasa. Mereka tidak hanya menderita karena kekurangan tertentu, melainkan karena perasaan lain yang lebih kompleks, seperti ketakutan, kepanikan, kesedihan. Selain itu juga penderitaan yang dialami manusia karena direndahkan, rasa malu, kejengkelan, keputusasaan, ketiadaan pegangan hidup, penghinaan moral, kesalahan, dan juga ketakutan akan kematian.
Selain itu juga penderitaan dapat terjadi karena ketidakadilan, tekanan, kekerasan, atau karena kehilangan sesuatu yang berarti misalnya: kesehatan, harta benda, harga diri, manuisa lain atau orang dekat. Kita sering secara spontan bertanya: bagaimana Allah dapat mengizinkan sesuatu seperti itu terjadi? Misalnya terjadi gempa, tsunami dan tanah longsor yang merenggut nyawa ribuan orang, termasuk di dalamnya sahabat, kenalan dan keluarga dekat kita.
Leibniz menekankan bahwa adanya penderitaan di dunia karena manusia menyalahgunakan kebebasanya, tidak semuanya benar. Sebab ada kejahatan metafisik, di luar kontrol manusia. Misalnya tsunami dan gempa bumi atau juga letusan gunung berapi. Kenyataannya bahwa bencana alam di atas seringkali mendatangkan penderitaan bagi manusia. Lalua muncul pertanyaan siapakah yang bertanggung jawab dalam hal ini? Apakah manusia yang salah di sini karena ia menyalahgunakan kebebasannya?Â
Menurut Paul Budi Kleden, dalam seminar teologi penderitaan dalam agama-agama, bahwa sebagai pencipta Allah tetap bertanggung jawab dalam penderitaan manusia yang diakibatkan bencana alam seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi serta tsunami. Allah mempunyai caranya sendiri untuk menyelamatkan manusia. Seperti memberi kemampuan kepada manusia untuk mendeteksi terjadinya bencana tersebut.
Kesimpulan
Tuhan itu maha sempurna. Tuhan selalu bertindak baik. Segala hal yang berasal dari Tuhan sesuai dengan kebaikan, keadilan, dan kesucian. Tuhan merupakan dasar akhir dari segala sesuatu. Segala sesuatu yang ada sesuai dengan kebaikan, keadilan, dan kesucian Tuhan. Semua penderitaan dan dosa adalah tidak baik. Karena itu seharusnya tidak ada.
Kalau dipikirkan secara mendalam Allah tidak menghendaki manusia menderita. Allah justeru sangat mencintai manusia, bahkan Ia juga rela menderita sebagaimana yang terwujud dalam diri Yesus. Allah menderita bukan untuk melegitimasi penderitaan manusia tetapi agar manusia sadar bahwa di balik penderitaan ada kebahagiaan, agar manusia berusaha mengatasi penderitaannya bersama dengan Tuhan yang menderita.
Referensi
Ceufin, Frans. Sejarah Pemikiran Modern. Maumere: Ledalero, 2004