Mohon tunggu...
Rinto Namang
Rinto Namang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menyukai rujak dan gado-gado

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Praedica Verbum Opportune Importune

23 November 2023   20:13 Diperbarui: 23 November 2023   20:17 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah situasi politik yang minus etika kepemimpinan dalam urusan publik, rasa-rasanya kita sungguh-sungguh kehilangan sosok gembala moral. Tentu saja ini bukan berarti para pemimpin kita tidak bermoral, sebaliknya momen berpulangnya Bapa Uskup Sensi ini harus menjadi kesempatan untuk kembali merenungkan apa-apa yang perlu kita benahi. 

Tentu saja orang bisa berbeda pandangan dengan seruan moral-politik Bapa Uskup Sensi, tetapi itulah tugas kegembalaan yang diemban oleh beliau untuk senantiasa mewartakan firman baik atau tidak baik waktunya, menegor dan memberi nasihat kepada para dombanya. 

Kata Romo John Podhi ketika kami ngobrol sesaat setelah jenazah Bapa Uskup Sensi tiba di Katedral Jakarta: "Bapa Uskup mmempunyai visi jauh ke depan untuk umat dan itu memang sulit dipahami oleh mereka yang terbatas jarak pandang." 

Satu keteladanan yang bisa menjadi pegangan kita selama sede vacante (kekosongan tahta) di Keuskupan Agung Ende adalah keteladanan kasih yang selalu Bapa Uskup Sensi gelorakan selama hidupnya. Pemimpin adalah manifestasi kasih  yang memihak kepada manusia terutama mereka yang paling miskin dan terpinggirkan. 

Kepemimpinan politik tanpa kasih hanyalah jalan ninja untuk memperkaya diri dan mempertahankan kekuasaan secara membabi buta. Kepemimpinan spiritual tanpa kasih yang memancarkan peristiwa Yesus adalah bentuk lain dari narsisme yang egois. 

Bapa Uskup Sensi telah memperlihatkan keteladanan kasih. Banyak orang mengantar kepergian beliau mulai dari Jakarta, Kupang, dan lautan manusia menyambutnya di tanah kelahirannya di Ende. Inilah ekspresi cinta orang-orang  yang dikasihi. 

"Jika cinta datang dari kedalaman jiwa, maka orang tuli pun dapat mendengarkan."

Selamat jalan kekasih kami, Yang Mulia Bapa Uskup Keuskupan Agung Ende Mgr. Vincentius Sensi Potokota

Penulis adalah Pengurus Pusat PMKRI 2018-2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun