Ulos dalam budaya Batak fungsinya memang sangat sentral di dalam budaya Batak. Yang awalnya untuk menghangatkan badan berubah menjadi alat kebudayaan di dalam segala aspek kehidupan adat Batak.
Seperti yang dilansir oleh Kompas.com (7/8/2021) total ada 14 jenis ulos Batak Toba. Mulai dari Ulos Ragi Hotang yang diberikan kepada pengantin baru, ragi hidup ulos kepada orang tua yang Saur mata sampai kepada ulos antak-antak yang dipakai saat melayat orang yang meninggal.Â
Memang jika dilihat dari fungsinya tentu akan sulit memodernisasi apa yang sudah menjadi baku di dalam kebudayaan tersebut. Tapi bukan berarti tidak mungkin melakukan inovasi di dalamnya, dan tentu segala inovasi yang dilakukan berharap bisa dapat masukan dari para ahli adat supaya tidak terjadi konflik atau bahkan mungkin penolakan.Â
Persis seperti yang disampaikan oleh Bang Athan Siahaan yakni tidak meniru seratus persen pembuatan corak dari ulos tersebut sehingga tidak menyalahi aturan tradisi yang ada.
Pemanfaatannya bisa dijadikan menjadi kemeja, rok, dan segala model fashion lainnya. Dengan pemakaian ulos ke berbagai produk fashion yang ada tentu akan semakin membuat pesona Toba menjadi luar biasa.Â
Perubahan Kemasan Musik Toba
Dalam hal bidang musik, lagu-lagunya boleh dibilang sangat banyak dan beragam. Bahkan musik Toba dan musik karo serta beberapa musik Batak lainnya sangat bervariasi. Tapi tak sedikit produksi dari lagu-lagu tersebut masih belum menjual banyak kepada ragam orang di Indonesia bahkan dunia.Â
Hal tersebut disampaikan oleh Bang Viky Sianipar, dengan aransemen ulang lagu-lagu tersebut, seperti lagu Piso Surit di mana produksi lamanya total pendengarnya boleh dibilang mencapai angka 500 ribuan.Â
Sementara, ketika sudah diaransemen kembali oleh Bang Viky, total pendengarnya pun melonjak hingga ratusan juta pendengarnya.Â
Bayangkan jika lagu-lagu Toba dan beberapa daerah lainnya diubah bentuk kemasannya, bukankah akan lebih banyak menjangkau orang-orang di dunia? Dengan lagu yang terkenal bukan tak berdampak akan mendorong orang-orang yang di perantauan akan rindu kembali ke tanah kelahirannya.
Sebab, anak-anaknya secara tak sadar menunjukkan ketertarikannya kembali belajar budaya dari Bapaknya sendiri. Tanpa harus capek-capek lagi mengajar kan budaya Batak yang dimiliki orangtua mereka.