Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... Perawat - A Nurse

wanita muslim, senang menulis, seorang perawat, Pejuang Nusantara Sehat Batch 2 Kemenkes RI. Punya banyak mimpi. twitter: @rintawulandari Karya yang pernah di terbitkan: - Tahun 2011 menulis buku bersama empat orang teman SMA berjudul “Buku Penting SMA” (Pustaka GoodIdea Indonesia), menulis cerita anak berjudul “Pelajaran Buat Kiki” (Lampung Post), cerita anak “Hantu Toilet” ( Lampung Post )- Tahun 2013 menulis antologi kumpulan cerpen berjudul “Dakwah dan Cinta” (Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerita anak berjudul “Pelangi untuk Ananda” ( Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerpen horor berjudul “The Haunted Night” (Meta Kata), antologi kumpulan cerpen horor komedi berjudul “Hantu Koplak in Action” (Publishing Meta Kata), cerpen yang berjudul “Jiwa Yang Luka” menjadi nominasi cerpen Favorite oleh event LMCR Rayakultura Rohto, cerpen berjudul “Cerita Lain pada Pantai Itu” diterbitkan dikoran Dinamika News, antologi kumpulan cerpen "Ruang(tak bernyawa)" oleh Az-Zahra Publisher. Tahun 2014; Cerita Anak Kode Rahasia Dika (Lampung Post), juara 3 even Phobia (Cerpen: Darah? No!)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nusantara Sehat, Jelajah Sebatik Tengah, dimulai!

4 Januari 2016   22:10 Diperbarui: 4 Januari 2016   22:58 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dok.pribadi. salah satu percontohan taman desa di kantor kepala Desa. Desa Aji Kuning"][/caption]

Rabu, 16 Desember 2015

 [caption caption="dok.pribadi. formuliiiir surveei :")"]

[/caption]

Hari ini agenda kami adalah survei ketempat warga. Ada 3 kardus yang cukup berat dari Kementrian Kesehatan RI. Isinya profil mengenai pertanyaan kesehatan dan lingkungan bagi warga. Nah dari survei data itu kita dapat mengetahui, masalah apa yang sedang terjadi di Masyarakat. Pagi ini seperti biasa, kami menjalankan kewajiban yaitu Apel pagi seperti biasa. Pagi ini kami agak tergesa-gesa, karena kami agak terlambat ke puskesmas. Padahal jarak rumah dengan puskesnas tidak jauh, hanya berjarak 2 rumah saja. Kami tidurnya kemalaman, dan bangun kesiangan nih. Hehe, mungkin karena semalam kami terlalu lama rapat kelompok yah.. hehe.

[caption caption="dok.pribadi. Surat Izin mendata warga"]

[/caption]

Kami izin dahulu ke rumah pak Kepala Desa Aji Kuning. Semua harus berizinkan?hehe. Disana aku melihat kantor kepala desa Aji Kuning yang tertata rapi. Ada percontohan tanaman biopori, contoh taman desa, dan lainnya. Di temboknya berbagai poster atau banner tentang Desa Aji Kuning. Mengenai berbagai hal tentnag desa ini. ternyata pak Kepala Desa sedang tidak ada di kantor. Sedang ada dinas luar katanya. Jadilah kami hanya pamit dengan sekretaris desa saja.

[caption caption="dok.pribadi"]

[/caption]

[caption caption="dok.pribadi"]

[/caption]

Kami menggunakan seragam loreng-loreng dari Rindam Jaya. Kami siap ke lapangan, tentunya kami izin dulu kepada kepala Puskesmas kami yang sangat baik, ia mengizinkan kami sejak pagi untuk survei rumah. Kepala puskesmas mengizinkan, malah membuatkan kami surat perintah tugas, agar kami bisa izin kepada ketua RT. Awalnya kami menuju kepala Desa Aji Kuning, selaku desa terdekat dari rumah, dan terdekat dari puskesmas Aji Kuning. Kantor Desa terlihat ada beberapa pegawai desa yang sedang mengerjakan sesuatu. Ternyata kepala Desa sedang tidak di kantor. Akhirnya kami izin dengan perwakilannya saja. kantor Desa menjadi wilayah percontohan warga, disana ada taman desa kecil, tempat penanaman biopori, dan penanaman unik untuk menghemat lahan dan air.

[caption caption="dok.pribadi. biopori di kantor Desa"]

[/caption]

Setelah pamit, kami menuju rumah RT 1. Pamit dengan ketua RT nya, kami berpencar. Ohya, wilayah aji kuning itu perbukitan, jauh jarak dari RT ke RT, oleh karenanya puskesmas kami memberikan layanan transportasi mengantar kami menuju rumah warga. Kami mulai melakukan wawancara kepada ibu yang ada di rumah RT 1. Ohya, teman kami yang lain menyebar ke RT lainnya, sama survei juga.. ternyata dalam rumah yang bentuknya pangung-panggung ini rata-rata memiliki kepala keluarga yang lebih dari 1, karena tiap rumah bisa saja ditempati 2-3 kepala keluarga. Maka cukup ramai, dan rumah tak terlalu luas. Salah satu rumah yang pernah kami kunjungi tadi adalah, rumahnya tak terlalu besar, namun kaca jendela tak dibuka, di dalamnya banyak gantungan cucian dan baju-baju, dibawahnya ada anak kecil yang menonton TV.

[caption caption="dok.pribadi. aku dan Tim (Rinta (perawat), kiki (bidan), Ceha (Kesehatan Masyarakat), Roi (Analis kesehatan), Yolla (Kesehatan Lingkungan). dengan baju loreng RINDAM JAYA"]

[/caption]

Tak heran jika ada virus flu, mereka semua akan terkena virusnya.. akhirnya kami memberi sedikit penyuluhan dan arahan. Agar jendela rumah dibuka, agar masuk snar matahari, lalu bilang pada keluarga agar menegur keluarga yang merokok di dalam rumah. Serta lainnya.. hari ini cukup menyenangkan, akhirnya kami berkumpul di tapal batas Indonesia-Malaysia. Disana ada banyak TNI yang berjaga. Dan sore ini kami kembali keliling dengan baju loreng melakukan survei pada warga. Semangaat :)

***

Sore ini kami melanjutkan perjuangan.. kami menyebar lagi ke RT Sebelah, dan sebelah sana, agar kami berlima dapat target yang suda kami tentukan, agar segera merekap data. Kali ini aku dan Ceha memasuki RT 04 Desa Aji Kuning, disana bangunan banyak yang panggung, ada juga yang sudah bata. Sebagian juga memiliki taman bunga yang sederhana namun indah, lalu pemandangan yang sudah sangat biasa adalah adanya dua tower (profil) tampungan air hujan disetiap samping rumah. Kami memasuki beberapa rumah, rumah lagi-lagi ditempati lebih dari 1 KK (Kepala Keluarga), kebetulan keluarga ini memang memiliki anak usia dibawah remaja dan bayi yang berusia 2 bulan, ternyata si ibu tidak berikan ASI Eksklusive pada anaknya, namun hanya 1 bulan saja memberikan ASI, lalu pakai susu formula. Alasannya ASI sudah tak keluar lagi. Anaknya memang lebih gemuk dari anak yang berusia 2 bulan lainnya. Namun lagi-lagi kami edukasi si ibu, agar tetap usahakan memberikan puting susunya pada si bayi, mungkin ASI akan keluar lagi.

[caption caption="dok.pribadi. dalam foto itu, aku.. dalam segala ke Asrian alam pulau Sebatik, Desa Aji Kuning"]

[/caption]

[caption caption="dok.pribadi. jelang makan siang, kami kumpul kembali di gardu perbatasan indonesia-Malaysia. bersama bapak-bapak TNI :)"]

[/caption]

[caption caption="dok.pribadi. sampai di gardu lintas batas milik Indonesia :)"]

[/caption]

Kami mendengarkan berbagai keluh kesah warga, tak terpatok pada form kuesioner yang kami bawa, kebanyakan mereka malah cerita hal yang lebih luas dari apa yang kami tanyakan. Sehingga tak heran kalau satu rumah bisa 1-2 jam waktu yang diperlukan. Kami harus melihat waktu kami yang terbatas, karena waktu akan semakin sore. Kanan-kiri kami adalah kebun coklat dan kebun sawit. Beberapa pohon coklat terlihat sudah kematangan lalu membusuk. Kami heran, kenapa buah coklatnya tidak di ambil?malah dibiarkan busuk begitu saja di atas pohon. Lalu karena penasaran, kami tanya saja kepada seorang bapak yang kebetulan lewat dengan sepeda motornya. Si ‘Pakcik berhenti karena kami minta stop sebentar (dikiranya di tahan tentara cewe kali yah, haha) “Pak kenapa ini buah coklat ndak di ambil, Pak? Sudah kematangan ni, hampir busuk” tanyaku.

[caption caption="dok.pribadi. Survei perdanaa di rumah warga perdana nih"]

[/caption]

[caption caption="dok.pribadi. berbaur seru dengan warga, dibawah rumah panggung"]

[/caption]

“Iya.. memang senagaja itu.. karena buah coklatnya ndak bagus. Ndak enak buahnya..” ujar si Pakcik.

“Boleh kami minta satu kah pak? Kami mau coba coklat kalimantan. Kami jauh dari Jakarta ni..” Ucap Ceha.

“Iya.. ambik.. ambik saja... yang punya kebun temanku..” ucap si Bapak. Dasaar kami penasaran kan. Akhirnya kami ambil saja itu buah coklat yang bewarna kemerahan.

Sudah hampir Magrib, ada rumah terakhir yang kami kunjungi. Rumah warga biasanya ditempati 2-3 KK (Kepala Keluarga), beda dengan rumah ini. rumah panggung dengan dua profil air di bagian depan, khas masyarakat pada umumnya. Kami memasuki rumah.. ada dua orang suami istri yang terlihat sudah lansia. Mempersilahkan kami ramah. Kami masuk kedalam rumah panggung yang luas.. rumah terlihat sepi. “Satu rumah ada berapa orang makcik?”

“Kami ini saja... ada 3 orang, Nak..” ucapnya. “Kita habis keliling darimana tadi? Rumah kita dimana?” tanya si ibu.

[caption caption="dok.pribadi. salah satu rumah warga yang ditempati 1 KK saja, beda dengan rumah lainnya yang bisa ditempati 2 sampai 3 KK"]

[/caption]

[caption caption="dok.pribadi. rumah Makcik dan Pakcik.. pasangan lansia yang senantiasa bersahaja"]

[/caption]

Beberapa saat kami ‘loading’ sejenak. “Kita”? haha kemudian kami langsung paham. ‘kita’ dalam bahasa bugis artinya kamu atau saya dengan bahasa halus. Ah langsung saja kami jawab.. “Oo kami dari jakarta makcik.. tim kesehatan. Kalau saya asalnya dari Lampung, kalau dia ni asalnya dari Jakarta.. kami tim Nusantara Sehat dari Kementrian Kesehatan RI, makcik.. kami tinggal di puskesmas Aji Kuning. Ituu sebelah rumahnya bu Jannah..” Ucapku pada makcik dan pakcik yang ada disana.

Kemudian datang seorang anak kedua lansia ini.. Rahman anamanya, usianya 30 tahun. Pakcik, Ayah Rahman mengatakan anaknya ini dulu mengalami kejang saat bayi.. “Itu dia suka melotot matanya keatas, badannya keras, panas betul badannya masih kecil dulu. Dirawat hospital di Nunukan sudah.. tapi tak sembuh jugak. Sudah kami bawa balik ja si Rahman.. jadibya begitu sekarang.. cacat sudah tangannya, kakinya, matanya..” ucap ayah Rahman bersemangat.

Pakcik mengatakan kalau ia punya dua anak yang tinggal di Tawau (Malaysia) dan dua anak yang sedang sekolah di Tarakan. “Kalau hari Raye, ramai ini rumah..” ucap pakcik bersemangat. Pakcik mengatakan juga dulu ia adalah pekerja di Tawau (Malayisia) semuanya di jamin, makan, kesehatan. Tapi ketika sudah tua.. kami disuruh balik ke Indonesia, ndak boleh kerja disana lagi. Obrolan kami nyaris makin melebar dan memanjang. Akhirnya kami memutuskan untuk pamit, karena hari sudah hampir magrib. Intinya aku mencerna berbagai pelajaran dari dua orang lansia yang tetap semangat ini. mereka tetap berjuang mandiri, tak mau merepotkan anak-anaknya yang sudah berkeluarga. Lalu dua orangtua ini juga masih berjuang dan semangat merawat anak bujangnya yang terbatas pergerakkannya. Semoga sehat selalu yaa Makcik dan Pakcik : )

 [caption caption="dok.pribadi. hari ini dapat buah coklat, dapat krupuk 'peyek' dari tetangga dan camilan lainnya. Alhamdulillah hehe"]

[/caption]

Salam Sehat dari tim Nusantara Sehat wilayah Sebatik Tengah, Puskesmas Aj Kuning, kabupaten Nunukan-Kalimantan Utara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun