Sabang cukup dekat dengan Provinsi Aceh, titik Nol Kilometer Indonesia ada disana. Tapi karena pusat gempa dan Tsunami ada di Meulaboh, jadi Pulau Sabang hanya terkena getaran dan gelombang tsunami yang tak sedahsyat sumbernya.
Saat ibu Bang X masih berada di Sabang. Karena hari itu adalah hari minggu, ia dan teman-temannya ingin bersantai bersamateman-temannya. Saat kejadian, Bang X melihat langsung, ketika gempa besar berlalu, air laut benar-benar menjadi kering. Warga yang melihat itu menuju pinggir pulau melihat kejadiannya. Takjub. Karena air benar-benar kering.
Dan isi laut menggelepar disana, ikan, udang dan lain-lain. Saking keringnya air laut, sampai akarnya pulau itu terlihat. Persis akar pohon. Diatas melebar, kemudian akar pulau itu mengecil. Kemudian warga turun. Mengambil ikan, udang dan isi laut yang saat itu ada di depan mata. Ramai orang turun sampai penuh itu lautan yang sudah kering. Tak berapa lama. “BRASS! Air dihempaskannya lagi. Air naik lagi dengan kuat. Dan entah... yang turun tadi itulah yang banyak menjadi korban...” tutur Bang X.
Tentang Jembatan
Kisah ini di ceritakan oleh Asisten Cengah Maya. Bang Rudi namanya. Asisten yang selalu menjemput anak-anak Cengah Maya pulang Sekolah. Saat itu adalah hari terakhir aku berada di Banda Aceh. Aku ke banyak tempat. Setiap tempatnya memiliki kisah tersendiri mengenai tsunami. Saat itu kami berlima. Ada Aku, Cengah Maya, Adik Fabian, Bang Rudi dan Kak Ros. Kak Ros adalah asisten rumah tangga sekaligus yang membantu menjaga Adik Fabian.
Saat kami melewati jembatan. “Ha, sungai ini tadinya di tengahnya tu ada jembatan. Sekarang dak ada lagi. Karena tsunami waktu itu. Ha, liat tu, ada bekas jembatannya ja. Kalau malam tak hati-hati bahaya ni...” ucap Bang Rudi sambil menunjuk kearah jembatan dengan logat khasnya.
Lalu kami melewati sungai lagi. Sungai kali ini dengan jembatannya yang masih kokoh. “Jembatan itu bu, waktu tsunami banyak makan korban, karena orang-orang tu hanyut dibawah jembatan itu. Tapi sebagian besar meninggalnya karena kepalanya pecah terbentur jembatan itu. Arusnya kan kuat kali tu, jadi banyak yang usaha mau naik, tapi akhirnya meninggal karena terbentur jembatan itu...” tutur Bng Rudi pada Cengah Maya yang berada di sebelah kemudinya.
Kisah Tentang Pencuri.
Ada lagi, bang rudi berkisah tentang penjahat dan pencuri setelah tsunami. Jadi setelah tsunami selesai, mayat kan bergelimpangan. Orang Cina yang pengusaha di Aceh juga banyak, mereka memakai kalung emas, gelang, sampai cincin emas. Orang Aceh pun ada yang mengenakan perhiasan. Nah saat itulah, ada saja orang yang mencuri. Jadi orang ini mencuri banyak perhiasan para korban tsunami.
Nah, karena korbannya lebam akibat air, untuk cincin di jari sulut untuk dilepas. Jadi oleh pencuri ini, di potong jari-jari korban tsunami ini, untuk diambil cincinnya. Naudzubillah.