Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Apakah Kurikulum Merdeka Masih Ada Setelah 2024?

22 Februari 2022   02:00 Diperbarui: 25 Februari 2022   08:56 2897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pada penerapan Kurikulum Merdeka, refleksi menjadi bagian penting yang tidak boleh ditinggalkan, baik oleh siswa, guru, maupun kepala sekolah. Berdasarkan refleksi ini, sekolah dapat merancang program, pelaksanaan, serta tindak lanjut supervisi.(DOK. TANOTO FOUNDATION)

Apakah Perubahan Kurikulum Memberikan Dampak yang Positif Terhadap Kualitas Pendidikan Kita?

Jika hasil tes The Program for International Student Assessment (PISA) dijadikan sebagai acuan maka kualitas pendidikan Indonesia sesungguhnya berada dalam situasi dan kondisi yang sangat mengkuatirkan.

Berikut peringkat Indonesia selama berpartisipasi dalam PISA yang saya rangkum dari Wikipedia:

(Reading)

  • Tahun 2000, ranking 38 dari 40 negara dengan nilai 371 dari rata-rata 493
  • Tahun 2003, ranking 38 dari 39 negara dengan nilai 382 dari rata-rata 494
  • Tahun 2006, ranking 46 dari 51 negara dengan nilai 393 dari rata-rata 489
  • Tahun 2009, ranking 53 dari 57 negara dengan nilai 402 dari rata-rata 493
  • Tahun 2012, ranking 57 dari 61 negara dengan nilai 396 dari rata-rata 496
  • Tahun 2015, ranking 67 dari 73 negara dengan nilai 397 dari rata-rata 493
  • Tahun 2018, ranking 73 dari 78 negara dengan nilai 371 dari rata-rata 454

(Matematika)

  • Tahun 2003, ranking 37 dari 39 negara dengan nilai 360 dari rata-rata 499
  • Tahun 2006, ranking 47 dari 52 negara dengan nilai 391 dari rata-rata 494
  • Tahun 2009, ranking 55 dari 57 negara dengan nilai 371 dari rata-rata 495
  • Tahun 2012, ranking 60 dari 61 negara dengan nilai 375 dari rata-rata 494
  • Tahun 2015, ranking 66 dari 73 negara dengan nilai 386 dari rata-rata 490
  • Tahun 2018, ranking 73 dari 79 negara dengan nilai 379 dari rata-rata 459

(Sains)

  • Tahun 2006, ranking 48 dari 52 negara dengan nilai 393 dari rata-rata 498
  • Tahun 2009, ranking 55 dari 57 negara dengan nilai 483 dari rata-rata 501
  • Tahun 2012, ranking 60 dari 61 negara dengan nilai 382 dari rata-rata 501
  • Tahun 2015, ranking 65 dari 73 negara dengan nilai 403 dari rata-rata 493
  • Tahun 2018, ranking 71 dari 79 negara dengan nilai 396 dari rata-rata 459

Perlu diketahui PISA adalah studi di seluruh dunia oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) di negara-negara anggota dan non-anggota dimaksudkan untuk mengevaluasi sistem pendidikan dengan mengukur kinerja skolastik murid sekolah 15 tahun tentang matematika, sains, dan membaca.

Hal itu menunjukkan bahwa kualitas pendidikan kita masih sangat rendah dan perubahan kurikulum ternyata belum memberikan dampak yang positif untuk perkembangan pendidikan kita.

Bagaimana Tanggapan Saya Terhadap Kurikulum Merdeka Belajar?

Saya baru mendengar sekilas dan belum pernah mengikuti sosialisasi Kurikulum Merdeka Belajar. Tetapi 3 hal yang saya ketahui dari kerikulum ini seperti saya kutip dari kurikulum.kemdikbud.go.id, adalah:

  1. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila
  2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi
  3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal

Menurut saya ada tiga buah kata yang sangat menarik dari kurikulum merdeka belajar: projek, esensial, dan diferensiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun