Beberapa orang siswa masih terlibat dalam perdebatan serius ketika pak Togar guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memasuki ruang kelas. Kemudian kelas hening sesaat.
Setelah pak Togar duduk di kursinya, pandangannya yang tajam menyisir semua siswa. Mulai dari yang paling depan, kiri, kanan, tengah hingga yang paling belakang. Lalu pandangannya berhenti pada anak yang berdebat tadi.Â
"Topik apa yang kalian perdebatkan tadi," kata pak Togar kepo.
"Itu, pak. Kami tadi sedang memperdebatkan agama Tuhan," kata Andi malu-malu.
"Oh, maksudnya agama-Nya Tuhan, saya pikir itu sebuah topik yang sangat menarik," sahut pak Togar sambil manggut-manggut.Â
"Terus menurut kalian?" tanya pak Togar melemparkan pertanyaan ke semua siswa.
"Pastilah Tuhan itu beragama Kristen, pak," kata Kristian, siswa yang duduk di sudut kanan paling belakang.
"Kenapa kamu sebut demikian, apa alasannya?" kata pak Togar sambil senyum-senyum.
"Karena agama Kristen itu agama yang paling benar, pak, dan sudah barang tentulah agama-Nya Tuhan itu Kristen," lanjut Kristian.
"Oh, Kristen, agama yang paling benar," sahut pak Togar masih dengan senyum bersahabat.
"Setahu bapak, agama Kristen itu ada setelah tahun Masehi, jadi maksudmu Tuhan itu baru beragama sesudah Masehi dan sebelumnya tidak?" lanjut pak Togar masih dengan senyum sambil manggut-manggut.
"Makanya tadi saya bilang, pak, Tuhan itu beragama Buddha, karena agama Buddha adalah agama yang paling tua dari semua agama," kata Shuken menyela.
"Pertanyaan bapak sama, setahu bapak agama Buddha lahir sekitar tahun 560 sebelum Masehi, jadi maksudmu sebelum itu Tuhan belum beragama?" jawab pak Togar tetap dengan bahasa yang datar.
"Yang benar, pak, Tuhan itu beragama Islam, karena Islam adalah agama yang terakhir, paling benar dan paling sempurna dari semua agama," kata Amir, siswa yang dari tadi mengikuti pembicaraan dengan serius.
"Agama terakhir, paling benar dan paling sempurna, jadi apakah sebelum Islam ada, Tuhan memeluk agama yang tidak sempurna atau tidak beragama, begitu?" pak Togar balik bertanya.
"Jadi kalau menurut bapak agama Tuhan itu agama apa?" kata Santi tak sabaran ingin mengetahui agama Tuhan yang sebenarnya.
"Bapak tidak bermaksud menggurui atau mencampuri ajaran agama orang lain, dan nanti boleh kamu tanyakan kepada guru agamamu masing-masing, tetapi kalau menurut bapak, Tuhan itu tidak beragama," kata pak Togar.
"Maksud bapak, Tuhan itu atheis?" kata Sherly menunjukkan rasa tak setuju.
"Bukan... bukan atheis. Atheis itu kan berarti tak percaya Tuhan tetapi istilah itu hanya digunakan untuk manusia yang tidak mengakui adanya Tuhan. Istilah itu tidak berlaku untuk Tuhan," kata pak Togar.
"Tuhan tak perlu mengakui adanya Tuhan karena pribadiNya sendiri adalah Tuhan. Tuhan tidak perlu menyembah yang lain karena tidak ada lagi Tuhan selain Dia. Ingat, Tuhan itu Esa," kata pak Togar melanjutkan.
"Tuhan maha pencipta yang tidak diciptakan, penyebab yang tidak disebabkan, tak berawal dan tidak berakhir, kekal untuk selama-lama dan selamanya,"
"Karena menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya."
"Setiap agama memiliki Kitab Suci yang diyakini pemeluknya sebagai wahyu dari Tuhan, berisi ajaran tata cara beribadah kepada Tuhan dan mengatur hubungan manusia dengan manusia dan dengan alam, jadi manusialah yang perlu beragama sedangkan Tuhan, tidak."
"Dan jika ada yang bertanya agama apakah yang paling benar? Jawabannya adalah agama yang kamu anut. Apapun agama yang kamu anut sudah pasti itulah yang paling benar menurut kamu, dan mengenai hal itu tak perlu lagi diperdebatkan,"
"Dan pesan bapak, apapun agama yang kamu anut maka jalankan ajaran agamamu sebaik-baiknya. Bapak yakin dengan mempelajari agamamu masing-masing dengan sebaik-baiknya dan menjalankannya dengan penuh taqwa maka kamu akan menjadi anak yang berakhlak, bermoral dan mestinya juga menjadi anak yang pintar," kata pak Togar mengakhiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H