"God does not play dice with the universe" (Albert Einstein)
"Tuhan tidak bermain dadu dengan alam semesta," kata Albert Einstein.
Kalimat ini diungkapkan Einstein untuk menyanggah "Teori ketidakpastian Heisenberg" oleh Niels Bohr yang menyebutkan bahwa elektron dan segala sesuatu di bumi adalah acak dan tidak bisa dipastikan.
Einstein tidak setuju dengan kata "acak" dan "ketidakpastian". Dia yakin alam semesta diciptakan dengan "keteraturan" dan penuh "kepastian" oleh sang perancang, yaitu Sang Maha Pencipta sekaligus Pemilik alam semesta.
Quote Einstein ini  kemudian menjadi bahan yang selalu relevan untuk dibahas hingga saat ini, terutama untuk menyanggah para kelompok skeptis seperti fisikawan Stephen Hawking yang menyebutkan bahwa "Tuhan tidak ada".
"Kita bebas percaya apapun, dan saya memandang bahwa penjelasan paling sederhananya adalah Tuhan itu tidak ada. Tidak ada sosok yang menciptakan alam semesta dan tidak ada pula yang menentukan nasib kita..."Â (Stephen Hawking-fisikawan)
Jauh sebelumnya Einstein ingin membantah Stephen Hawking dengan menegaskan bahwa:Â
Pertama, alam semesta terjadi karena disebabkan (diciptakan), bukan seperti pendapat atheis yang menyebutkan bahwa segala sesuatu termasuk alam, terjadi dan berproses dengan sendirinya tanpa ada yang menyebabkan.
Kedua, itu berarti bahwa Einstein mengakui keber-ada-an Tuhan. Tidak seperti atheis yang sama sekali tidak mengakui keber-ada-an Tuhan. Atheis selalu mengandalkan rasionalitas dan tidak mengakui otoritas atas apapun. Menurutnya "ketidaktahuan"lah yang membuat manusia percaya kepada hal mistis termasuk kepada Tuhan.
Ketiga, Einstein yakin bahwa Tuhan sangat serius ketika menciptakan alam semesta. Tidak sedang main-main atau bereksperimen dan juga tidak sedang berjudi. Menurutnya Tuhan menciptakan alam semesta dengan penuh perencanaan dan keteraturan sesuai dengan hukum-hukum alam yang menakjubkan.
***
Saya tidak ingin berpolemik mengenai atheisme termasuk pendapat Stephen Hawking tentang "Tuhan". Tetapi saya hanya ingin melihat bagaimana hubungan "alam, hukum alam dan bencana alam" bisa terjadi.Â
Jika akhir-akhir ini bencana alam terus datang silih berganti: tanah longsor, banjir, letusan gunung berapi, gempa tektonik bahkan virus corona. Jika Tuhan menciptakan alam semesta dengan serius, apakah Tuhan telah membuat "kesalahan"?
***
Sebelum memutuskan menjadi atheis pada tahun 2014, beberapa tahun sebelumnya Stephen Hawking dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, mengatakan:
"Alam semesta diatur oleh hukum ilmu pengetahuan (hukum sains). Hukum-hukum itu bisa jadi ditetapkan oleh Tuhan, tetapi Tuhan tidak campur tangan untuk melanggarnya".Â
Secara tidak langsung Stephen Hawking ingin mengatakan, tidak ada yang salah dengan alam semesta dan tidak ada yang salah dengan hukum alam (hukum sains) dan Tuhan pun tidak pernah campur tangan melanggar atau merusak alam ataupun hukum alam.
Artinya ketika bencana alam terjadi, itu terjadi karena 'hukum'an alam. Ada hukum aksi dan reaksi. Ketika manusia beraksi merusak alam, alam juga bereaksi "menghukum" manusia sesuai dengan hukum alam.
Hukum alam berjalan dengan otomatisasi. Ada aksi ada reaksi. Ada pelanggaran, ada ketidakseimbangan dan akan ada hukuman sebagai konsekuensi dari hukum alam.
Tetapi terhadap semuanya itu, Tuhan tidak pernah campur tangan dalam merusak alam, termasuk menghukum manusia. Manusialah yang menghukum dirinya sendiri karena kerakusan dan ketamakannya sendiri merusak keteraturan hukum alam.
Hutan dibabat, ekosistem terganggu dan kemudian bencana datang. Tetapi yang sering menjadi pertanyaan: "Mengapa bukan orang yang membabat itu yang tertimpa bencana. Mengapa terkena justru orang lain yang tidak tahu menikmatinya, apakah Tuhan telah bertindak tidak adil?"
Tuhan tidak pernah berbuat "kesalahan" dan tidak pernah berbuat "tidak adil".
(bersambung...)
Sumber: Wikipedia dan sumber lainnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H