Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Alam, Hukum Alam, dan Bencana Alam (Bagian 1)

23 Januari 2021   19:21 Diperbarui: 23 Januari 2021   19:40 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar dari : dailynewsservice.co.uk

Saya tidak ingin berpolemik mengenai atheisme termasuk pendapat Stephen Hawking tentang "Tuhan". Tetapi saya hanya ingin melihat bagaimana hubungan "alam, hukum alam dan bencana alam" bisa terjadi. 

Jika akhir-akhir ini bencana alam terus datang silih berganti: tanah longsor, banjir, letusan gunung berapi, gempa tektonik bahkan virus corona. Jika Tuhan menciptakan alam semesta dengan serius, apakah Tuhan telah membuat "kesalahan"?

***

Sebelum memutuskan menjadi atheis pada tahun 2014, beberapa tahun sebelumnya Stephen Hawking dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, mengatakan:

"Alam semesta diatur oleh hukum ilmu pengetahuan (hukum sains). Hukum-hukum itu bisa jadi ditetapkan oleh Tuhan, tetapi Tuhan tidak campur tangan untuk melanggarnya". 

Secara tidak langsung Stephen Hawking ingin mengatakan, tidak ada yang salah dengan alam semesta dan tidak ada yang salah dengan hukum alam (hukum sains) dan Tuhan pun tidak pernah campur tangan melanggar atau merusak alam ataupun hukum alam.

Artinya ketika bencana alam terjadi, itu terjadi karena 'hukum'an alam. Ada hukum aksi dan reaksi. Ketika manusia beraksi merusak alam, alam juga bereaksi "menghukum" manusia sesuai dengan hukum alam.

Hukum alam berjalan dengan otomatisasi. Ada aksi ada reaksi. Ada pelanggaran, ada ketidakseimbangan dan akan ada hukuman sebagai konsekuensi dari hukum alam.

Tetapi terhadap semuanya itu, Tuhan tidak pernah campur tangan dalam merusak alam, termasuk menghukum manusia. Manusialah yang menghukum dirinya sendiri karena kerakusan dan ketamakannya sendiri merusak keteraturan hukum alam.

Hutan dibabat, ekosistem terganggu dan kemudian bencana datang. Tetapi yang sering menjadi pertanyaan: "Mengapa bukan orang yang membabat itu yang tertimpa bencana. Mengapa terkena justru orang lain yang tidak tahu menikmatinya, apakah Tuhan telah bertindak tidak adil?"

Tuhan tidak pernah berbuat "kesalahan" dan tidak pernah berbuat "tidak adil".

(bersambung...)

Sumber: Wikipedia dan sumber lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun