Dalam almanak atau penanggalan gereja seperti Katholik dan Protestan yang beraliran Lutheran, hari ini merupakan Minggu Adven IV yang ditandai dengan penyalaan 4 lilin di altar. Adven I atau penyalaan 1 lilin dimulai pada hari Minggu pertama bulan Desember.
Adven berasal dari bahasa Latin "Adventus" yang berarti kedatangan atau masa penantian kedatangan. Jadi Minggu Adven IV merupakan Minggu terakhir peringatan penantian kedatangan Yesus Kristus yang kelahirannya diyakini jatuh pada tanggal 25 Desember pada tahun 1 Masehi.
Tetapi kemudian ada pergeseran serius tentang pemahaman masa Minggu Adven (I - IV) yang berimbas pada pergeseran masa atau tanggal mulai dibolehkannya perayaan Natal. Hal itu khususnya terjadi di kalangan Gereja Protestan terutama aliran Kharismatik.
Jika dalam aturan Gereja Katholik baru dibolehkan merayakan Natal mulai tanggal 25 Desember, lain halnya dengan Gereja Protestan dan aliran Kharismatik. Mereka bahkan sudah ada yang merayakannya sejak 01 Desember hingga bulan Januari tahun berikutnya, dengan alasan seperti padatnya jadwal, ketersediaan gedung dan sebagainya.
Tetapi saya tidak mau berpolemik tentang hal itu. Kali ini yang ingin saya sorot adalah: Bagaimana umat Kristen memahami makna Natal dan bagaimana cara mereka merayakannya? Apakah hanya sebatas ritual-seremonial dalam kemewahan atau bahkan dengan pesta pora?
Apakah Natal itu?
Secara etimologi, natal berasal dari bahasa Latin "Dies Natalis" yang berarti hari kelahiran. Dalam bahasa Portugis Natal juga berarti kelahiran, yang menunjuk pada peringatan kelahiran Yesus Kristus sebagai juru selamat manusia. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut Christmas dari istilah Inggris kuno Cristes Maesse.
Dalam Injil Lukas Pasal 2, berita tentang Natal dimulai ketika Kaisar pertama Romawi: Oktavianus Agustus, mengeluarkan perintah agar seluruh penduduk dunia didaftarkan atau disensus. Dan ini menjadi sensus pertama kali yang pernah dilakukan di dunia, bertepatan ketika Kirenius menjadi wali negeri di Syria.
Berbeda dengan sensus zaman sekarang dimana petugas sensus yang mendatangi penduduk, tetapi sensus yang pertama mewajibkan agar semua penduduk mendatangi petugas sensus di kota asalnya masing-masing. Contohnya saya yang sekarang berada di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, harus pulang mendaftarkan diri ke Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Demikian halnya dengan Yusuf dan Maria, orang tua biologis Yesus Kristus. Mereka sebenarnya berdomisili di kota Nazareth, Galilea. Tetapi karena mereka berasal dari kota Betlehem, Yudea, maka mereka harus pulang kesana untuk mendaftarkan dirinya, padahal ketika itu Maria sudah dalam masa penantian untuk bersalin.
Karena banyaknya penduduk yang mudik ke Kota Betlehem, Yusuf dan Maria tidak mendapatkan tempat yang layak untuk menginap, semuanya sudah penuh. Dan satu-satunya tempat yang mereka dapatkan adalah kandang domba yang kotor dan berbau tak sedap.
Tetapi justru di tempat "hina" seperti itulah Yesus Kristus dilahirkan, dibungkus dengan lampin lalu dibaringkan di palungan yaitu tempat minum ternak. Seperti dicatat dalam Injil Lukas 2 : 6-7 "Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan".
***
Apakah Berita Natal itu?
Berita Natal pertama kali disampaikan malaikat yang kemudian diikuti bala tentara sorga, bukan kepada raja-raja atau pembesar-pembesar. Tetapi kepada gembala-gembala yang sedang menjaga kawanan ternak mereka pada malam hari di padang Betlehem.
Ketika malaikat Tuhan berdiri di dekat para gembala, kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan membuat mereka sangat ketakutan. Seperti dicatat dalam Injil Lukas 2 : 10-13Â
'Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."'
Itulah berita Natal yang pertama dan itulah juga berita Natal hingga sekarang dan seterusnya, yaitu:
Pertama, "berita kesukaan besar bagi seluruh bangsa" karena kelahiran Juriselamat dunia yaitu Yesus Kristus, yang dilahirkan dalam kesederhanaan di kandang domba dan sangat jauh dari kemewahan.
Kedua, agar manusia dan segala makhluk senantiasa "memuliakan Allah di tempat yang maha tinggi" dan manusia yang berkenan kepadaNya memperoleh damai sejahtera di bumi.
***
Bagaimana Anda Memaknai Natal dan Bagaimana Cara Anda Merayakannya?
Apakah Anda berpikir bahwa Natal adalah pesta tahunan yang dirayakan dengan meriah di gereja, gedung pertemuan atau di hotel-hotel berbintang dengan menghadirkan pendeta "beken" dan artis-artis ternama?
Atau apakah Anda Memaknai Natal hanya sebatas ritual-seremonial dengan rangkain acara menyanyikan lagu pujian secara bersama-sama, kemudian mendengarkan khotbah lalu dilanjutkan dengan penampilan koor, vokal grup, liturgi dan drama tentang kelahiran Yesus Kristus?
Atau apakah Anda mengidentikkan Natal dengan baju baru, kue-kue, makanan-makanan lezat, kado dan minuman mahal atau bahkan minuman yang memabukkan disertai pesta pora?
Tidak salah merayakan natal di gedung-gedung atau di hotel-hotel berbintang dengan mendatangkan artis terkenal dan pendeta hebat. Tidak salah merayakan natal dengan membeli baju baru dan menyediakan kue-kue dan makanan lezat.
Tetapi salah besar jika Natal dimaknai sebagai kemewahan dan dirayakan dengan glamor dan pesta pora.
Menjadi salah ketika semuanya itu kita lakukan dengan pemahaman bahwa seperti itulah Natal dan harus seperti itulah merayakannya dan jika tidak demikian berarti tidak sah.
Menjadi salah ketika kita merayakan natal dalam serba berlebihan tanpa memperhatikan orang-orang di sekitar kita yang bernasib kurang beruntung.
Menjadi salah ketika kita merasa sudah merayakan Natal hanya karena ambil bagian dalam acara Natal seperti menyanyikan lagu-lagu natal, ikut liturgi, vokal grup atau drama, dan itu sudah cukup.
***
Marilah kita kembali merenungkan makna Natal yang sesungguhnya dan marilah kita merayakannya dengan penuh kesederhanaan serta meninggalkan cara-cara yang salah.Â
Natal adalah berita kesukaan besar bagi seluruh manusia karena Juriselamat yaitu Yesus Kristus telah datang untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas dan untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. (Lukas 4 : 18-19).
Sudah seharusnya perayaan natal diarahkan pada hal-hal kontekstual yang lebih bermanfaat seperti menolong orang-orang yang kesusahan, menyantuni yatim-piatu dan janda-janda tua yang kekurangan, mengunjungi orang sakit, yang terkena bencana, dsb.
Dengan demikian perayaan Natal kita akan berkenan dan menjadi kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi. Dan kita pun akan mendapatkan damai sejahtera (RS).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H