Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Aiman Unggul 2-0 di Babak Awal, Edy Rahmayadi Memilih "Walk Out"

25 September 2018   14:31 Diperbarui: 25 September 2018   14:53 1466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi : Tangkapan layar dari TribunSumsel.com)

Aiman Witjaksono bukanlah orang sembarangan. Beliau adalah seorang jurnalis senior, pembawa berita & dialog di KompasTV. Dan salah satu acaranya yang paling terkenal adalah program investigasi AIMAN, yang disiarkan di KompasTV, setiap Senin, Pukul 20.00 wib

Sebelum bergabung di KompasTV, Aiman sudah "dewasa" selama 10 tahun bersama RCTI dengan posisi terakhir sebagai wartawan senior-Produser Eksekutif pada program berita utama "Seputar Indonesia".

Dan sebagai informasi tambahan, Aiman adalah pemegang sabuk hitam Tae Kwon Do, dan merupakan LULUSAN TERBAIK pada Departemen Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, lulus dengan nilai paling tinggi dengan predikat SUMMA CUM LAUDE.

Edy Rahmayadi juga bukan orang sembarangan. Beliau adalah Gubernur terpilih Sumatera Utara yang ke-19 untuk masa jabatan 2018-2023. Disamping itu Edy Rahmayadi juga masih aktif sebagai Ketua Umum PSSI ke-16, menjabat sejak 10 November 2016 hingga sekarang.

Edy Rahmayadi adalah seorang purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal dan jabatan terakhir sebagai Panglima Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat (PANGKOSTRAD) untuk masa jabatan 25 Juli 2015--4 Januari 2018.

Kemudian kedua orang hebat ini terlibat dalam sebuah wawancara jarak jauh di Kompas Petang, Senin (24/9/2018) tekait kasus tewasnya suporter sepakbola Haringga Sirla yang dikeroyok oleh suporter sepakbola lainnya.

Dalam hal ini Aiman bertindak sebagai wartawan senior bukan sebagai pemegang sabuk hitam Tae Kwon Do. Sedangkan Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI bukan sebagai Gubernur Sumatera Utara atau mantan Pangkostrad, dan pertandingan pun dimulai.

Saya yakin wawancara ini pada dasarnya pasti tidak ditujukan untuk mencari kambing hitam"siapa yang salah" tetapi untuk mencari solusi bagaimana supaya kejadian tewasnya suporter sepakbola Indonesia tidak terulang kembali.

Seandainya saja Edy Rahmayadi menjawab semua pertanyaan Aiman dengan bijaksana dan kepala dingin, wawancara ini akan berakhir dengan pemberian informasi yang mencerahkan kepada pemirsa.

Tetapi karena Edy Rahmayadi merasa terganggu dengan pertanyaan Aiman, dan menanggapinya terlalu emosional dengan jawaban-jawaban yang arogan, akhirnya Edy Rahmayadi pun tersudut di "pojok ring".

Dan diluar dugaan di tengah-tengah sesi wawancara, Edy Rahmayadi sudah tertinggal 0-2 dan daripada malu disaksikan oleh jutaan pemirsa televisi di Indonesia, Edy Rahmayadi pun memilih jalan pintas yaitu Walk Out.

Dua pertanyaan Aiman yang sangat mengganggu Aiman adalah:

"Jadi apa sebenarnya permasalahan kalau ini sudah bisa diantisipasi, kemudian aparat keamanan sudaha memperkirakan tapi tetap terjadi kejadian yang-sekali lagi saya katakan-biadab?" kata Aiman.

Edy Rahmayadi tidak setuju dengan penggunaan kata "biadab" dan menganggapnya sebagai sebuah kata-kata provokatif dari Aiman sebagai operator KompasTV. Edy Rahmayadi meminta agar jurnalis tidak menghakimi karena kasus ini sudah ditangani oleh pihak yang berwajib.

"Kalau kita lihat videonya biadab, Pak. Luar biasa. Karena tidak ada satupun yang menolong. Tidak ada satupun yang bisa menghentikan. Tidak ada satupun yang bisa memisahkan.... Tidak ada satupun yang menolong," balas Aiman

Lagi-lagi Edy Rahmayadi tidak setuju dengan penggunaan kata "biadab" yang sebenarnya dialamatkan Aiman kepada oknum suporter yang melakukan pemukulan terhadap Haringga Sirila hingga tewas. Perkataan biadab itu bukan dialamatkan Aiman kepada masyarakat Indonesia, tetapi Edy Rahmayadi menanggapinya lain:

"Persepakbolaan kita mulai tumbuh positif. Ini nanti yang akan kita evaluasi lagi. Apa-apa yang harus kita lakukan. Kita tetap yakin bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab. Sehingga insyallah ke depan ini jadi kejadian yang terakhir. Insyaallah. Sama-sama kita doakan."

Pertanyaan kedua dari Aiman yang membuat Edy Rahmayadi emosi adalah:

"Anda kan sekarang menjadi gubernur sumatera utara. Apakah anda merasa terganggu ketika tugas anda tanggungjawab anda sebagai gubernur kemudian juga menjadi ketua umum PSSI?" tanya Aiman

Tetapi lagi-lagi Edy Rahmayadi merasa tersinggung dan seakan-akan kebakaran jenggot dengan pertanyaan ini. Seandainya Edy Rahmayadi menjawab: "Sampai saat ini belum," mungkin akan lebih dingin, tetapi Edy Rahmayadi justru bertanya dengan nada arogan:

"Apa urusannya anda menanyakan itu?" jawab Edy sambil menyunggingkan senyum yang dipaksakan.

Aiman menjawab:

"Wartawan punya hak untuk bertanya apa saja," balas Aiman.

Edy Rahmayadi tetap pada sikap arogansinya:

"Bukan hak anda juga bertanya kepada saya," kata Edy.

Kemudian Edy Rahmayadi menutup sesi wawancara dengan memilih mencukupkan wawancara sebelum berakhir:

"Suporter dibina oleh klub. Klubnya masing-masing yang kita hanya melakukan himbauan-himbaaun. Bahkan apabila suproter melakukan hal-hal yang berlebihan PSSI sudah melakukan memberikan hukuman kepada kesebelasan tersebut. Itu sudah cukup danitu dilakukan oleh seluruh negara. Saya tak perlu cerita panjang kepada operator kompas. Sepertinya terlalu berlebihan bertanya,"ucapnya.

Dan menurut saya sebagai pengamat, dalam wawancara yang sebenarnya ditujukan untuk mencari solusi masalah tewasnya suporter sepakbola agar tidak terulang kembali, Edy Rahmayadi kalah telak dengan skor 0-2 ditambah lagi meninggalkan arena sebelum pertandingan usai.

Hal ini sama sekali tidak perlu terjadi seandainya Edy Rahmayadi menanggapi semua pertanyaan Aiman KompasTV dengan bijaksana dan kepala dingin, tidak terpancing emosi dan tidak arogan.

Saya yakin, Aiman sama sekali tidak bermaksud mempermalukan Edy Rahmayadi di depan jutaan pemirsa KompasTV tetapi hanya ingin mendapatkan informasi yang jelas terkait kasus ini, langsung dari Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI.

Karena tewasnya Haringga Sirla adalah duka masyarakat Indonesia, duka kita bersama, duka Aiman, duka Edy Rahmayadi dan duka persepakbolaan Indonesia.

Dan semoga hal seperti ini tidak pernah terulang kembali.

Salam olahraga...!

(RS)

Sumber:

Wikipedia bahasa Indonesia

TribunSumsel.com (24/9/2018)

Kompas Petang, KompasTV (24/9/2018)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun