Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sebaiknya Ahok Jangan Dipasang di Ring 1

28 Juli 2018   15:37 Diperbarui: 15 September 2018   18:56 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang berharap agar setelah bebas nanti, Ahok menjadi tim sukses Jokowi. Bahkan tidak sedikit yang berharap agar Ahok menjadi cawapresnya Jokowi atau menjadi salah satu menteri di kabinetnya Jokowi atau menjadi ketua KPK.

Saya sebagai salah satu pengagum Ahok tidak sepenuhnya sependapat. Ahok tidak boleh ada di tim sukses Ahok. Apalagi di ring 1 sebagai orator? Hal itu sangat beresiko untuk dijadikan sebagai bumerang.

Kalau pun Ahok menjadi tim sukses Jokowi, Ahok tidak boleh berada di ring 1. Melainkan di belakang layar sebagai penulis skenario. Sangat beresiko menempatkan Ahok di garis depan. "Koalisi pendukung penista agama" akan dengan mudah dialamatkan kepada 6 partai politik koalisi pendukung Jokowi. Dan itu terlalu beresiko.

Stigma "penista agama" itu terlalu kuat melekat pada namanya, sehingga butuh waktu yang tidak sedikit untuk menghilangkannya. Butuh waktu dan pembuktian hingga rakyat dapat menerima kebenaran sejati atau upaya politisasi. 

Berada di pemerintahan pun sebagai menteri, Ketua KPK, Kepala Bulog atau Jaksa Agung, Ahok sangat beresiko membuat gaduh. Orang-orang yang terancam karena posisi Ahok akan bereaksi dengan segala cara untuk menggoyangnya supaya jatuh.

Demi kemenangan Jokowi dan demi menghindari resiko yang tidak diinginkan. Akan lebih baik dan sebaiknya Ahok tidak berada di ring 1 tim sukses Jokowi. Juga jika Jokowi pun menang nanti, sebaiknya Ahok beristirahat untuk beberapa waktu.

(RS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun