"Jadi kalau waktu itu dia jadi gubernur, dia gampang jadi presiden. Sekarang dia jadi presiden incumbent (petahana), lawannya kan lebih susah. Karena itu, kalau oposisi ini tidak memadai tenaganya, ya kalah lah, orang itu kuat sekali kok. Dia sekarang mengontrol semua partai dengan segala macam caranya,".  Fahri kemudian mengungkapkan, saat ini, hampir semua partai politik telah merapat kepada pemerintah.
Apakah ini juga menjadi sebuah sinyal bahwa Fahri ingin merapat? Tentu. Walaupun di bagian akhir statementnya Fahri menegaskan: "Saya nggak akan merapat ke Jokowi, karena saya menganggap Jokowi adalah masalah yang belum dia selesaikan, postur arah bangsa kita terjadi pembelokan, karena itu, saya susah memaafkan Pak Jokowi."
"Ini posisi saya. Karena itu, saya tidak akan mendukung Pak Jokowi. Kalau terpaksa tidak ada yang didukung ya nggak apa-apa, saya sendiri aja," tegas Fahri Hamzah seperti dikutip dari TRIBUNLAMPUNG.CO.ID.
Tapi menurut saya ini adalah bagian dari upaya Fahri mendekatkan diri ke kubu Jokowi dengan cara-cara yang lebih "bermartabat" untuk alasan harga dirinya.
Siapakah sebenarnya yang dipentingkan Fahri? Rakyatkah, negarakah atau kepentingan dirinya sendiri? Hanya Tuhan dan Fahri yang tahu. Manusia hanya bisa menebak secara subjektif tetapi Tuhan tidak mungkin dibohongi.
Ketika Fahri benar-benar ingin merapat mengikuti jejak Ngabalin, apakah kubu Jokowi akan menerimanya? Saya pikir tidak akan.
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H