Tubuh-tubuh itu, bercerita
Di malam-malam yang riuh dan benderang
Sembilu tajam menyayati tubuh-tubuh kurus tertuduh
Menyeret kata dari mulut-mulut merah berdarah, pecah
Untuk duka, yang mereka tak pahami
Wajah-wajah itu, melukis
Amarah dan murka manusia berwajah iblis, memaksa
Tetas asin air seni yang tertelan lewat kerongkongan, tertahan
Menyorongkan dongeng yang harus mereka ingat kuat
Untuk durjana, yang mereka tak temui
Mata-mata itu, berkisah
Ayunan kayu berkelir coklat kusam, tak rata
Mengelus kasar tengkorak muda, yang masih hijau, retak
Menyedot gambar dari ingatan yang mendadak hitam
Untuk petaka, yang mereka tak jalani
Suara-suara itu, mengalun
Derita tak terpermai, hina tak termaknai, menjelajahi jiwa dan raganya
Meremuk seluruhnya, memaksa kata yang menancap dusta
Merongong sadar, lalu dalam nanar berkata, akulah
Untuk kebusukan terkejam, yang mereka tak tempa
Akhirnya...
Tubuh-tubuh itu melebam, menerima, kalah, ternista
Terusnya, mengering di penjara busuk peradaban negeri
Untuk cerita berlapis noda dan palsu sang terhormat
yang bahkan dalam imajinasi liar mereka, tidak tertera
Lalu...
Tubuh-tubuh itu membiru, membisu, menyesap dalam pekik tertahan
Terusnya, mengelupas di kerangkeng lusuh kejayaan negeri
Untuk dongeng berkelir hitam liur sang termulia
Yang bahkan dalam mimpi terburuk mereka, tiada kan singgah
Â
Â
Tapos, 04 Agustus 2024
Malam-malam  Waktu Tapos, dan gerimis menggumuli bumi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H