Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Laku Sang Terhormat

13 Desember 2024   20:23 Diperbarui: 13 Desember 2024   20:23 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang-orang di penjara, menjalani hukuman yang tidak semestinya. (Sumber: Amnesty International) 

Tubuh-tubuh itu, bercerita

Di malam-malam yang riuh dan benderang

Sembilu tajam menyayati tubuh-tubuh kurus tertuduh

Menyeret kata dari mulut-mulut merah berdarah, pecah

Untuk duka, yang mereka tak pahami

Wajah-wajah itu, melukis

Amarah dan murka manusia berwajah iblis, memaksa

Tetas asin air seni yang tertelan lewat kerongkongan, tertahan

Menyorongkan dongeng yang harus mereka ingat kuat

Untuk durjana, yang mereka tak temui

Mata-mata itu, berkisah

Ayunan kayu berkelir coklat kusam, tak rata

Mengelus kasar tengkorak muda, yang masih hijau, retak

Menyedot gambar dari ingatan yang mendadak hitam

Untuk petaka, yang mereka tak jalani

Suara-suara itu, mengalun

Derita tak terpermai, hina tak termaknai, menjelajahi jiwa dan raganya

Meremuk seluruhnya, memaksa kata yang menancap dusta

Merongong sadar, lalu dalam nanar berkata, akulah

Untuk kebusukan terkejam, yang mereka tak tempa

Akhirnya...

Tubuh-tubuh itu melebam, menerima, kalah, ternista

Terusnya, mengering di penjara busuk peradaban negeri

Untuk cerita berlapis noda dan palsu sang terhormat

yang bahkan dalam imajinasi liar mereka, tidak tertera

Lalu...

Tubuh-tubuh itu membiru, membisu, menyesap dalam pekik tertahan

Terusnya, mengelupas di kerangkeng lusuh kejayaan negeri

Untuk dongeng berkelir hitam liur sang termulia

Yang bahkan dalam mimpi terburuk mereka, tiada kan singgah

 

 

Tapos, 04 Agustus 2024

Malam-malam  Waktu Tapos, dan gerimis menggumuli bumi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun