Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tantangan Keberlanjutan Negara

22 November 2024   20:58 Diperbarui: 23 November 2024   14:24 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pekerja di negara-negara maju menanggung beban lebih berat, dikarenakan terjadinya penurunan populasi | Foto: Richard A. Brooks/AFP/Getty Images

Orang muda Jepang tidak yakin akan mampu membiayai kehidupan anaknya sesuai dengan standar kehidupan yang dimiliki sekarang. Bahkan, untuk dapat memenuhi standar kehidupan sekarang, seorang pekerja di Jepang harus bekerja sangat keras.

Saat ini, tingkat kelahiran bayi di Jepang sangat rendah. Pada tahun 2023, tercatat angka kelahiran di Jepang berada pada angka 1,2 (detikhealth, 08/06/2024). Artinya, seorang perempuan Jepang (15 -- 49) tahun, hanya akan melahirkan anak 1 saja. Tidak cukup menggantikan orang tuanya. Tidak memadai untuk penyediaan usia produktif yang menjadi modal negara untuk keberlanjutannya.

Idealnya, agar negara dapat memiliki generasi yang cukup untuk melanjutkan negaranya setidaknya memiliki tingkat kelahiran harus di atas 2,1. Jika hanya di angka tersebut, maka yang terjadi adalah pertumbuhan penduduk nol. Artinya, jumlah penduduk tidak berkurang atau tidak bertambah, dilihat dari tingkat kelahiran saja.  

Secara ideal, sebuah negara akan mengalami keberlanjutan jika tingkat kelahirannya (fertility rate) di angka 2,1. Artinya, setiap perempuan akan melahirkan 2 orang anak yang akan menggantikan orang tuanya. Angka ini, setidaknya tidak akan mengakibatkan penuruan jumlah penduduk, komposisi dan ketersediaan usia produktif.

China juga mengalami hal yang sama. Tingkat pertumbuhan penduduk China menurun dalam  tiga dekade terakhir. Pada tahun 2023, tingkat kelahiran di China berada di angka 1,7 (Macrotrends, 2024). Angka ini mengalami sedikit kenaikan dari tahun 2022 dan 2021. Namun, demikian tingkat kelahiran ini jelas tidak akan dapat menopang ketersediaan angkatan muda untuk meneruskan keberlanjutan negara. Angka ini masih jauh di angka ideal tingkat kelahiran 2,1.

Sama dengan di Jepang, penduduk muda China juga mengalami pesismisme terhadap keluarga dan keturunan. Biaya hidup yang semakin tinggi, pekerjaan yang semakin sulit kemungkinan karena terjadi otomatisasi, biaya-biaya sosial lainnya juga menukik. 

Pemerintah China menjalankan kebijakan untuk merayu anak-anak mudanya memiliki anak. Program ini yakni memberikan dukungan keuangan senilai Rp. 300 juta kepada keluarga untuk setiap anak yang lahir. Kebijakan satu anak juga dihapuskan. Namun, anak-anak muda China tetap tidak tertarik. 

Biaya ini dianggap cukup hanya untuk melahirkan dan membiayai masa bayi dan kanak-kanak. Kelak, mereka masih akan dihadapkan pada biaya sekolah, kuliah, asuransi, kesehatan dan biaya sosial lainnya. Ada juga kemungkinaan menanggung biaya sang anak jika lapangan pekerjaan menyempit dan anak belum mendapatkan pekerjaan.

Generasi Tua

Selain itu, negara-negara maju dengan tingkat kesejahteraan tinggi juga memiliki tingkat harapan hidup lebih baik. Tingginya tingkat harapan hidup ternyata menyimpan persoalan juga. 

Rata-rata di beberapa negara maju, tingkat harapan hidupnya mencapai 90 tahun. Di Jepang sendiri, dengan tingkat harapan hidup yang tinggi, bahkan hingga mencapai 100 tahun, memicu persoalan pelik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun