Apakah sebuah negara mungkin bisa bubar? Dalam pertanyaan lainnya, apakah satu negara bisa tidak berlanjut (sustain)? Jawabannya tentu bisa. Jika ditanya lebih lanjut, kira-kira apa faktor yang mengakibatkan satu negara tidak berlanjut? Beberapa di antaranya perang, lemahnya institusi negara yang mengakibatkan kekacauan, salah urus ekonomi negara, perpecahan sosial, kerusakan lingkungan hidup dan kegagalan pemimpin.
Dalam buku Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty, yang ditulis oleh Daron Acemoglu dan James A. Robinson (2012), disampaikan bahwa kegagalan suatu negara diakibatkan oleh politik ekonomi yang tidak tepat. Kegagalan negara dikibatkan oleh ketidakinginan pemimpin untuk menciptakan ruang partisipasi dan pendistribusian sumber daya yang merata. Dibutuhkan pemimpin yang memiliki political willingness yang menyediakan ruang partisipasi dan sumber daya yang dapat diakses masyarakat.
Selain faktor-faktor di atas, saat ini ada permasalahan yang dapat berkontribusi pada keberlanjutan suatu negara, yakni pertumbuhan penduduk negatif. Kondisi ini sudah sangat mengkhawatirkan beberapa negara yang sedang mengalaminya. Permasalahan ini melanda negara-negara maju, mapan dan berkembang juga.Â
Ternyata, dari permasalahan ini dapat ditarik satu kesimpulan bahwa kemajuan dan kesejahteraan tidak selalu baik.
Saat ini beberapa negara maju mengalami keresahan yang diakibatkan terjadinya pertumbuhan penduduk negatif. Artinya, jumlah penduduknya mengalami penurunan diakibatkan oleh jumlah kelahiran yang sangat rendah.Â
Negara-negara maju seperti Jepang, China, Singapura dan beberapa negara di Eropa dalam dekade terakhir ini mengalami pertumbuhan penduduk negatif alias berkurangnya kelahiran.Â
Apa dampaknya? Kelahiran yang negatif, akan menggangu ketersediaan tenaga kerja atau usia produktif untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan ekonomi suatu negara.
Orang muda Jepang, yang diharapkan menjadi penerus dan melahirkan anak-anak yang akan menjadi penggerak ekonomi bangsa, sangat enggan untuk memiliki anak. Mereka beralasan memiliki keluarga sekarang sangatlah susah dan kompleks.Â
Kemajuan dan kesejahteraan ternyata harus dibayar dengan harga-harga yang semakin mahal. Biaya hidup, kesehatan, pendidikan, transportasi, harganya semakin menjulang. Â