Untuk itu, berbagai pengamanan sistem jaringan harus terus menerus diupayakan. Jika gagal, maka lender tidak akan mau lagi menanamkan uangnya. UMKM tidak mendapatkan fasilitas dananya.
Faktanya teknologi finansial mempermudah, mempercepat dan juga menghemat. Masih di acara yang sama, Marshal memaparkan bahwa salah satu kliennya, perusahaan pembiayaan kredit kendaraan, menghemat biaya transaksi yang sangat besar dengan penggunaan tekfin dimana digital signature dari PrivyID diterapkan.
Jika sebelum penerapan tekfin, perusahaan itu mengeluarkan biaya hingga Rp. 2 milyar untuk proses dokumen pengajuan kredit. Belum lagi penyimpanan dokumen yang beratnya mencapai 42 ton setahunnya. Sekarang, biaya yang dikeluarkan tidak lebih dari 200 juta. Biaya gudang tidak ada lagi. Pemotongan biaya hingga 90%.
Penghematan ini menjanjikan, tetapi menyimpan ancaman. Â Masyarakat Indonesia tentunya harus siap. Siap dalam pengertian kesadaran dalam penggunaan teknologi finansial. Siap juga, bakal terjadi pengurangan tenaga kerja yang signifikan. Ini yang juga perlu dimitigasi.
Untuk ini, pemerintah harus menyiapkan strategi untuk mengantisipasi. Terutama bonus demografi sudah didepan mata. Dimana, generasi milenial akan menjadi yang terbanyak dalam komposisi penduduk Indonesia di tahun 2030-2045.
Jika masih diam dan tidak bertindak, bangsa ini akan kalah dalam banyak hal. Slogannya adalah berubah atau mati. Tidak hanya untuk entitas bisnis, tetapi juga bangsa tercinta ini. Lalu dengan adanya tekfin, wesel pun hanya akan menjadi bagian dari cerita romantisme generasi digital migrant dan digital refugee.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H