Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tergigit Dinginnya Udara Sibolangit

21 September 2017   22:29 Diperbarui: 22 September 2017   19:17 3259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang sama bisa terjadi di Medan jika hutan di Sibolangit ditebang dan dikurangi karena tuntutan pembangunan. Akan menjadi tidak masuk akal juga membiarkan masyarakat tidak bisa mendapatkan manfaat dari kekayaan yang dimiliki hutan.

Akan seperti apakah pengelolaan yang harus dilakukan untuk mendapatkan manfaat bagi penduduknya? Saat ini memang masih lestari, masih tebal hutannya. Penduduk masih bisa menjual air bersih dari mata air di lahannya ke perusahaan air isi ulang di Medan.

Tetapi, akankah itu bertahan lama? Penduduk semakin bertambah dan kebutuhan lahan mendesak. Masyarakat yang ingin menikmati sejuknya Sibolangit juga makin bertambah, karena Medan sudah sumpek di hari kerja.

Peningkatan ini menuntut pengembangan. Jika tidak diantisipasi, maka masyarakat tidak bisa mendapatkan manfaat dari hutan Sibolangit. Jika dieksploitasi, haruslah dengan cara yang lestari. Tetapi menjadi pertanyaan, di tengah dikotomi soal pelestarian hutan, seperti apakah hutan Sibolangit akan dikelola untuk mendapatkan manfaat, mungkin dari kayu, air dan lahan serta kesejukan udara dan pemandangan yang indah, tetapi tetap lestari?

Jangan biarkan juga hutan tidak memberikan manfaat bagi penduduk sekitarnya. Tetapi, jangan juga biarkan gigitan dingin udara Sibolangit hilang ditelan jaman yang semakin menuntut lahan yang lebih luas dan diperburuk oleh kerakusan manusia.

Sejenak terkenang akan perbukitan di Bandung Utara dan pepohonan yang habis di perbukitan di sekitar Danau Toba akibat eksploitasi besar-besaran oleh sebuah pabrik kertas. Lalu, tersadar akan dinginnya udara sejuk Sibolangit.

"Ayo, Mas. Kita tuntaskan perjalanan ini. Rapat telah menunggu saya di Kabanjahe," penulis mengajak Mas Prio untuk menuntaskan perjalanan sore itu di Rabu 13 September 2017. Kabut di perbukitan semakin menebal. Harap dalam hati, biarkan udara Sibolangit ini tetap mengigit kulit. Bisakah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun