Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tergigit Dinginnya Udara Sibolangit

21 September 2017   22:29 Diperbarui: 22 September 2017   19:17 3259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang saja setiap akhir pekan sangat banyak masyarakat Medan dan sekitarnya yang mengunjungi Sibolangit. Wisata yang ada termasuk menikmati air terjun di Sembahe, udara sejuknya, dan beberapa taman bermain yang di sediakan.

Pertanian yang dilakukan masyarakat di Sibolangit belum bisa dikatakan sebagai pertanian skala industri. Penduduk memiliki lahan yang sempit. Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi diyakini ini tidak akan bertahan lama. Semakin banyak jumlah penduduk, semakin luas lahan yang diperlukan.

Menurut Indah (18) yang bekerja sebagai waiterdi restoran di daerah Green Hill, demikian disebut, tempat penulis makan, mengaku sejak lahir tinggal di Sibolangit. Dalam 10 tahun terakhir tidak banyak perubahan yang ada. Udara masih sejuk. Pepohonan masih saja lebat.

Tetapi, semakin kesini, orang-orang yang datang semakin banyak. Jalanan menjadi macet pada akhir pekan. Jalur Medan-Sibolangit yang bisa ditempuh sekitar 1 jam hingga 1 setengah jam, bisa melar hingga 4 jam. Ini menuntut peningkatan dan pelebaran jalan. Tetapi, jika dilakukan pelebaran jalan, maka bukit-bukit akan ditebas dan pohon-pohon akan di tebang.

Jika jalan semakin lebar, maka akan muncul penginapan dan mungkin hotel. Ini membutuhkan tempat yang lebih luas. Kios-kios akan menyusul dan perumahan untuk yang bekerja di wilayah tersebut akan dibangun. Lahan yang dirambah makin banyak. Bisa jadi, rumah bagi monyet babon yang lucu dan menggemaskan, binatang mamalia khas Sibolangit itu, akan hilang.

Sekarang ini saja sudah ada perusahaan besar yang masuk ke wilayah Sibolangit. Perusahaan air mineral aqua. Pabriknya cukup besar untuk ukuran Sibolangit. Lalu, kemana limbahnya akan dibuang? Lalu, dimana karyawannya akan tinggal? Butuh lahan untuk dibangun.

Gunung Sibayak, dan bukit-bukit yang masih tebal saat ini memang menghasilkan air sebagai sumber penghidupan masyarakat.

Masyarakat yang memiliki tanah dan mata air, menjual air gunung itu ke perusahaan-perusahaan air isi ulang di Medan dan sekitarnya.Tampak di jalan menuju Berastagi, di depan rumah-rumah yang langsung berbatasan dengan jurang dengan pohon yang masih lebat dan bukit yang masih sangat hijau, tersedia pipa-pipa berukuran cukup besar dengan bentuk huruf L terbalik. Tingginya diseusaikan dengan tinggi mobil tangki berkapasitas 5000 meter kubik. Mereka memanfaatkan mata air yang ada di lahan mereka sebagai sumber penghidupan.

Tetapi, kembali ke pertanyaan awal, apakah benar melestarikan alam tanpa menyentuhnya tetapi masyarakatnya di sekitarnya tidak sejahtera. Apakah alam bisa dieksploitasi dengan lestari? Menjadikannya kawasan hutan konservasi memang salah satu cara mempertahankan kelestarian hutan di Sibolangit? Tetapi semakin ke depan tuntuan akan semakin besar untuk merambah hutan.

Perusahaan yang masuk untuk mengelola air minum pastinya akan bertambah. Bisa jadi, sumber air baku untuk PDAM Tirtonadi Medan ini akan hilang jika tidak dikelola dengan baik. Hal yang sama telah terjadi di kota Bandung. Perbukitan di wilayah Utaranya yang merupakan daerah tangkapan air sudah bisa dikatakan gundul.

Air baku PDAM Kota Bandung telah menjadi masalah, setidaknya debitnya sudah sangat berkurang dibandingkan 25 tahun yang lalu. Hujan yang turun akan langsung menghantam kota Bandung tanpa sempat masuk dan mengisi rongga-rongga bumi Priangan itu. Banjir sudah menjadi gejala yang rutin di Bandung pada musim hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun