Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sulit Sepenuhnya Menyalahkan Tuan Rody

11 September 2017   22:04 Diperbarui: 11 September 2017   22:12 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adegan di dalam video itu sangat mengerikan. Sebuah tubuh yang sudah tidak berdaya, dengan darah yang masih mengalir dari lubang peluru yang menembus tubuhnya, dipeluk seorang wanita. Wanita itu memeluk suaminya yang baru saja dieksekusi. Tuduhannya dan nasibnya dibacakan lewat peluru yang menembus jantungnya. Lelaki dalam pelukan wanita itu dituduh terlibat dalam peredaran narkoba.

Video itu sedang menunjukkan brutalnya kebijakan Duterte yang dikenal dengan nama kecilnya Rody. Kebijakan pembunuhan extra judicial untuk mereka yang terlibat dalam bisnis narkoba. Bisnis narkoba yang dalam pandangan Tuan Rody, sudah pada tahap mengkhawatirkan.

Narasi Duterte sangat keras terkait narkoba. Tuan Rody penah meneriakkan jika dirinya rela masuk neraka asalkan para pengedar narkoba lenyap dari bumi Filipina. Wujud ucapannya itu telah terbukti dengan hilangnya nyawa lebih dari 5000 orang sejak presiden Filipina. Tuan Rody itu mengkampanyekan perang hebat dan brutal terhadap narkoba. Untuk ini, Times Magazine menggelarinya the Punisher.

Pembunuhan ala penempak misterius jaman dulu di Indonesia terjadi di Filipina. Para tersangka narkoba tidak hanya dari kalangan masyarakat jelata yang terjerat narkoba karena keterpaksaan, tetapi juga pejabat setingkat walikota. Pejabat yang menggunakan kekuasaannya untuk melanggengkan bisnis narkoba.

Duterte pernah bercerita, semasa menjadi walikota di Mindanao, dia pernah melemparkan seorang tersangka narkoba dari helikopter. Bahkan Rody mengaku pernah membunuh dengan tangannya sendiri. Seperti penah disampaikan ke media massa. Rody begitu geram dengan tidak pernah hilangnya peredaran narkoba dari Filipina. Narkoba yang merusak generasi muda dan juga generasi penerusnya.

Hukuman mati tanpa peradilan yang dilakukan Duterte merupakan sebuah tindakan yang menuai pro kontra. Ada yang mendukung dan tentu saja tidak sedikit yang menentang. Ada juga sebagian yang mengambil keuntungan. Kesempatan menghabisi lawan-lawan tanpa harus dituduh melakukan pembunuhan atas nama perlawanan terhadap narkoba. Hal ini dituding terjadi dari angka yang muncul dimana dari 5000 kematian yang ada pasca kebijakan Rody itu. Pihak pemerintah mengakui hanya melakukan pembunuhan kurang lebih 2000 tersangka. Sisanya tidak diketahui.

Tetapi, sebrutal-brutalnya tindakan yang dilakukan oleh Duterte ada hal yang kadang dalam hati kecil mendukung tindakan pembunuhan ini. Apa sebabnya?

Dampak Narkoba itu sangatlah luar biasa. Bisa mengakibatkan kerusakan otak dan tubuh dan kecanduan yang luar biasa. Tidak hanya merusak diri sendiri, tetapi juga mengakibatkan kerusakan pada orang-orang dekat. Anak, istri, keluarga, masyarakat dan juga bangsa akan rusak. Harga narkoba yang mahal tentu menguras kantong pemakai, sehingga ada kecenderungan pengguna aakan mencuri apa saja demi mendapatkan uang demi mendapatkan narkoba. Tidak kurang seramnya mendengar bahwa perempuan pecandu rela 'menjual' tubuhnya demi pemenuhan hasrat akan narkoba. Mengerikan!

Dalam jangka panjang, generasi muda akan menjadi generasi hilang. Generasi yang rusak dan tidak dapat diandalkan untuk bersaing. Para pengguna ini jika pun direhabilitasi, tidak akan bisa sehat seutuhnya. Karena narkoba merusak jaringan tubuh. Pada intinya, narkoba yang memasuki sebuah negara pasti akan membahayan bangsa itu sendiri dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Hukum yang Kewalahan  dan Inovasi Para Pelaku

Penyelesaian persoalan terkait narkoba dengan menggunakan jalur hukum, untuk memastikan bahwa terdakwa adalah bersalah apakah baik sebagai pengedar ataupun pengguna membutuhkan waktu yang sangat lama serta biaya yang besar. Ini menjadi masalah besar di hadapan kondisi jumlah sumber daya untuk mengatasinya sangat terbatas.

Penyelesaian persoalan itu tidak sebanding kecepatannya dengan inovasi-inovasi yang dilakukan para pengedar. Hal ini sejalan dengan pendapat Chatib Bisri dalam artikelnya Inovasi Disruptif dan Disparitas di Kompas Cetak edisi Rabu 6 September 20017. Disebutkan bahwa Peraturan akan cenderung kalah cepat dengan inovasi yang terjadi.

Masih segar di dalam ingatan soal transportasi online. Pemerintah juga masih bertarung untuk memajaki bisnis-bisnis OTT atau Over the Top semisal Facebook, Whatsapp, Google dan masih banyak lagi. Inovasi tidak dapat berhenti dan akan terus terjadi. Peraturan tidak agile dalam mengadaptasinya. Hal yang sama juga berlaku dalam bisnis kotor narkoba ini.

Para 'pebisnis' narkoba pastinya akan memanfaatkan segala kemungkinan yang ada demi memastikan bisnisnya berlangsung. Teknologi digunakan. Pendekatan-pendekatan lain juga disertakan dan diupayakan. Bahkan, tidak sungkan-sungkan pebisnis narkoba ini menyusupkan makanan ke jajanan anak di sekolah. Tujuannya menciptakan rentang pasar yang lebih luas dan mungkin pasar yang lebih lama. Setidaknya industri rokok dengan segala upayanya telah berhasil memperluas pasar dengan menyasar anak muda bahkan mulai dari SMP dan perempuan. Hebat bukan?

Hasil inovasi para penjahat itu sering sekali belum diatur dalam peraturan yang ada. Bisa kita lihat beberapa jenis narkoba baru yang pengguna dan pelakunya tidak dapat ditangkap karena belum termasuk dalam daftar obat terlarang pemerintah.

Di bagian lain juga dilakukan upaya penyogokan, ancaman serta jebakan-jebakan. Tidak ada nilai-nilai baik yang diikuti dalam bisnis kotor dan brutal ini.  Sehingga upaya-upaya pemberantasan yang dilakukan secara legal dan formal tidak akan mampu menumpas peredaran narkoba di negara manapun. Bahkan, hukuman mati legal rasanya tidak juga mampu menghentikan laju peredaran narkoba.

Dengan janji uang yang sangat besar, banyak pihak baik masyarakat bahkan aparat hukum, dan pejabat yang terjerat dengan kenikmatan yang dihadirkan bisnis narkoba ini. Sehingga tidak segan-segan bandar narkoba menggunakan cara-cara lembut tersebut untuk memuluskan bisnisnya. Menggunakan sistem tertutup juga menjadi cara yang digunakan untuk menghindari penangkapan bandar besar. Sistem tertutup yang terdiri dari sel-sel yang saling terhubung tetapi tidak saling mengenal.

Bahkan saat ini, bisnis narkoba telah menjadi bisnis skala global. Dilaporkan oleh BNN bahwa narkoba yang masuk ke Indonesia berasal dari Cina yang masuk lewat dari berbagai negara seperti Hongkong, Malaysia, Thailand, Kamboja dan bahkan Filipina. Segala jalur digunakan dan segala cara dipakai. BNN juga menyatakan bahwa ada kemungkinan peningkatan narkoba di Indonesia merupakan rembesan dari Filipina.

Pengiriman dalam jumlah sangat besar dan frekuensi tinggi dilakukan dengan perhitungan bakal ada yang lolos. Bisnis yang luar biasa besar ini tidak akan berhenti karena keuntungannya yang luar biasa. Nilai-nilai tangkapan yang fantastis menunjukkan betapa bisnis ini bisa menggoda siapa pun.

Di Indonesia sendiri, bisnis narkoba ini bisa dijalankan dari dalam penjara. Sesuatu yang seharusnya tidak terjadi. Tetapi, justru dengan kekuatan modalnya, para bandar bahkan yang sudah menjadi narapidana pun masih leluasa berbisnis narkoba.

Lalu, jika tidak dilakukan dengan kekerasan yang luar biasa, akankah para pelaku termasuk bandarnya akan berhenti berbisnis. Penjara tidak akan menghentikan bisnis ini. Sebabnya yang ditangkap adalah ujung dari rantai perdagangan. Jika ujungnya ditangkap, dalam sebuah sistem sel tertutup, maka bandar tidak dapat ditangkap. Banda tidak diketahui keberadaannya. Bandar akan dengan mudah mempengaruhi orang lain untuk menjadi ujung tombak peredarannya barang dagangannya. Upaya lembek dan tidak luar biasa, tidak akan menghentikan bisnis ini.

Rody Benar?

Bisnis kejahatan ini tentunya harus dibasmi dengan cara sangat keras. Jangan sampai para pengedar ini mampu memiliki kekuatan bahkan kekuatan setara militer yang pada gilirannya akan memiliki kekuatan yang akan menguasai wilayah bahkan negara. Apa yang terjadi di Mexico hingga saat ini karena bisnisnya telah mampu mempersenjatai pasukan. Dalam rentang waktu yang sangat lama, FARC-Revolutionary Armed Forces of Columbia - di Kolombia mampu mempertahankan perjuangannya yang dibiayai dari bisnis narkoba.

Di Filipina kemungkinan seperti ini juga membuat Duterte gundah gulana bahkan murka. Kemarahan karena sistem yang berlaku tidak mampu mengatasi persoalan narkoba ini mendorong Duterte untuk melakuan extra judicial effort. Membunuhi secara brutal berbagai pihak yang dicurigai terlibat dengan bisnis kotor ini.

Pembentukan death squad untuk melakukan eksekusi di lapangan tanpa peradilan menjadi langkah yang dilakukan Duterte. Para penentangnya baik dari dalam negeri dan luar negeri juga tidak diperdulikannya. Bahkan Obama pun kena semprot pria yang sudah berusia 70 tahun ini. Duterte meminta mereka untuk memberikan cara yang lebih efektif untuk mengatasi masalah narkoba ini dengan segala kompleksitasnya. Tetapi, tidak ada jawaban. Apa gunanya menentang tetapi tidak memberikan solusi?

Sambil para penentang mencari jalan keluar,  Duterte terus memburu dan membunuhi para pelaku kejahatan akibat narkoba. Setiap orang yang berurusan dengan narkoba sepertinya wajib nyawanya dicabut.

Sementara para penentang merasa layak membela hak hidup para tersangka yang dieksekusi. Lalu, bagaimana dengan hak hidup orang-orang yang mati dan menderita karena narkoba yang diedarkan. Bagaimana dengan keluarga, lingkungan serta masa depan bangsa yang dipertaruhkan? Apakah tidak penting dibandingkan nyawa para penjahat itu? Apakah semata-mata nyawa mereka lebih berharga dari pada nyawa para korban narkoba, masa depan anak-anak bangsa dan masa depan bangsa itu sendiri? Jangan-jangan gerakan-gerakan pembela nyawa para pengedar narkoba ini juga dibiayai oleh para bandar yang lebih besar? Para bandar ini kan sangat agile dan inovatif.

Dengan segala kerugian besar yang diakibatkan narkoba, sudah selayaknya para pengedar narkoba tersebut dilenyapkan dari muka bumi sepeti yang dilakukan oleh Duterte. Duterte tidak memiliki kesabaran dan juga dana yang cukup besar untuk menangkapi mereka, memenjarakan, mengurus kasusnya dan memberikan makan dipenjara. Ibarat bagian tubuh yang kena kanker yang harus diamputasi.

Sumber daya yang dibutuhkan dan lambatnya proses pembuktian yang tidak sebanding dengan percepatan perkembangan dan inovasi bisnis narkoba, menjadikan pembunuhan di luar persidangan menjadi pilihan terakhir Duterte.

Meskipun tidak setuju dengan pembunuhan dalam rangka extra judicial, tetapi rasanya tidak ada jalan keluar yang bisa ditawarkan oleh siapa pun untuk mengakhiri bisnis narkoba ini. Hukuman mati yang dilakukan di Indonesai pun  tidak menghentikan bisnis narkoba ini. Karena dari sisi bandar, kematian 10-20 orang ujung tombak pemasarannya tidak menjadi masalah besar. Baginya akan mudah mencarikan penggantinya.

Akan tetapi, diyakini, dengan proses 'pembasmian' yang dilakukan Duterte, seseorang akan berfikir ratusan kali untuk menjadi pengedar dan penggunanya. Tidak hanya mematikan mata rantainya, tetapi juga memusnahkan pasarnya. Setidaknya, tindakan brutal Duterte dalam membasmi narkoba sedikit menenangkan.

Dalam konteks seperti itu, rasanya di dalam hati kecil ada kesulitan untuk sepenuhnya menolak tindakan brutal yang dilakukan Rody untuk menyelamatkan anak-anak bangsa dan masa depan negerinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun