Adegan di dalam video itu sangat mengerikan. Sebuah tubuh yang sudah tidak berdaya, dengan darah yang masih mengalir dari lubang peluru yang menembus tubuhnya, dipeluk seorang wanita. Wanita itu memeluk suaminya yang baru saja dieksekusi. Tuduhannya dan nasibnya dibacakan lewat peluru yang menembus jantungnya. Lelaki dalam pelukan wanita itu dituduh terlibat dalam peredaran narkoba.
Video itu sedang menunjukkan brutalnya kebijakan Duterte yang dikenal dengan nama kecilnya Rody. Kebijakan pembunuhan extra judicial untuk mereka yang terlibat dalam bisnis narkoba. Bisnis narkoba yang dalam pandangan Tuan Rody, sudah pada tahap mengkhawatirkan.
Narasi Duterte sangat keras terkait narkoba. Tuan Rody penah meneriakkan jika dirinya rela masuk neraka asalkan para pengedar narkoba lenyap dari bumi Filipina. Wujud ucapannya itu telah terbukti dengan hilangnya nyawa lebih dari 5000 orang sejak presiden Filipina. Tuan Rody itu mengkampanyekan perang hebat dan brutal terhadap narkoba. Untuk ini, Times Magazine menggelarinya the Punisher.
Pembunuhan ala penempak misterius jaman dulu di Indonesia terjadi di Filipina. Para tersangka narkoba tidak hanya dari kalangan masyarakat jelata yang terjerat narkoba karena keterpaksaan, tetapi juga pejabat setingkat walikota. Pejabat yang menggunakan kekuasaannya untuk melanggengkan bisnis narkoba.
Duterte pernah bercerita, semasa menjadi walikota di Mindanao, dia pernah melemparkan seorang tersangka narkoba dari helikopter. Bahkan Rody mengaku pernah membunuh dengan tangannya sendiri. Seperti penah disampaikan ke media massa. Rody begitu geram dengan tidak pernah hilangnya peredaran narkoba dari Filipina. Narkoba yang merusak generasi muda dan juga generasi penerusnya.
Hukuman mati tanpa peradilan yang dilakukan Duterte merupakan sebuah tindakan yang menuai pro kontra. Ada yang mendukung dan tentu saja tidak sedikit yang menentang. Ada juga sebagian yang mengambil keuntungan. Kesempatan menghabisi lawan-lawan tanpa harus dituduh melakukan pembunuhan atas nama perlawanan terhadap narkoba. Hal ini dituding terjadi dari angka yang muncul dimana dari 5000 kematian yang ada pasca kebijakan Rody itu. Pihak pemerintah mengakui hanya melakukan pembunuhan kurang lebih 2000 tersangka. Sisanya tidak diketahui.
Tetapi, sebrutal-brutalnya tindakan yang dilakukan oleh Duterte ada hal yang kadang dalam hati kecil mendukung tindakan pembunuhan ini. Apa sebabnya?
Dampak Narkoba itu sangatlah luar biasa. Bisa mengakibatkan kerusakan otak dan tubuh dan kecanduan yang luar biasa. Tidak hanya merusak diri sendiri, tetapi juga mengakibatkan kerusakan pada orang-orang dekat. Anak, istri, keluarga, masyarakat dan juga bangsa akan rusak. Harga narkoba yang mahal tentu menguras kantong pemakai, sehingga ada kecenderungan pengguna aakan mencuri apa saja demi mendapatkan uang demi mendapatkan narkoba. Tidak kurang seramnya mendengar bahwa perempuan pecandu rela 'menjual' tubuhnya demi pemenuhan hasrat akan narkoba. Mengerikan!
Dalam jangka panjang, generasi muda akan menjadi generasi hilang. Generasi yang rusak dan tidak dapat diandalkan untuk bersaing. Para pengguna ini jika pun direhabilitasi, tidak akan bisa sehat seutuhnya. Karena narkoba merusak jaringan tubuh. Pada intinya, narkoba yang memasuki sebuah negara pasti akan membahayan bangsa itu sendiri dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Hukum yang Kewalahan  dan Inovasi Para Pelaku
Penyelesaian persoalan terkait narkoba dengan menggunakan jalur hukum, untuk memastikan bahwa terdakwa adalah bersalah apakah baik sebagai pengedar ataupun pengguna membutuhkan waktu yang sangat lama serta biaya yang besar. Ini menjadi masalah besar di hadapan kondisi jumlah sumber daya untuk mengatasinya sangat terbatas.