Tetapi, Ahok ternyata tidak sadar atau pura-pura tidak sadar dengan keinginan para elit itu. Ahok pernah mengatakan kalau memimpin Jakarta ya harus ‘gila’. Mungkin kegilaan ini mengakibatkan kesalahan Ahok dalam memahami keinginan para elit ini.
Bahwa mereka sudah nyaman dengan praktek what’s in it for me, tiba-tiba kehilangan ruang untuk berakrobat. Mereka pasti mengamuk. Ahok tidak benar-benar mengerti dan nggamau mengerti dengan keingianan itu.
Ternyata, Ahok hanya salah memahami keinginan para elit ini. Karena Ahok hanya memahami bahwa menjadi pemimpin Jakarta adalah menjadi pelayan Jakarta. Menjadi pemimpin Jakarta adalah pihak yang harus ada selalu paling depan dalam menjaga pajak rakyat Jakarta.
Segala daya akan digunakan Ahok untuk mengamankan uang masyarakat Jakarta ini. Alat-alat diciptakan, keamanan ditingkatkan, petugasnya dibersihkan. Celah tidak ada bagi mereka.
Ahok benar-benar dengan kepolosannya salah memaknai keinginan-keinginan itu. Seandainya Ahok ‘memahami’nya, keributan ini tidak akan pernah terjadi.
Seandainya Ahok paham kebutuhan makan lobster anggota dewan yang itu-itu-saja itu, tidaklah terjadi boikot rapat. Kalau Ahok mengerti perlunya keinginan akan tahta, wanita dan harta itu, tidaklah dia akan duduk sebagai pesakitan. Salahmu, Ahok, kamu gagal paham tentang mereka. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H