Mohon tunggu...
Rino Andreas
Rino Andreas Mohon Tunggu... Buruh - Penulis

Der Aufklärung

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Perang Wacana dalam TV Series Chernobyl

18 Juni 2019   10:29 Diperbarui: 20 Juni 2019   15:49 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sukses dengan Game of Thrones, HBO kembali menayangkan miniseri yang berjudul Chernobyl pada 6 Mei 2019. Chernobyl adalah miniseri televisi drama sejarah yang ditulis oleh Craig Mazin dan disutradarai oleh Johan Renck. 

Miniseri ini dibuat berdasarkan atas kerja sama televisi kabel AS HBO dan televisi kabel Britania Sky. Drama TV yang terdiri lima bagian ini merupakan film klasik yang memiliki berperingkat tertinggi sepanjang masa di IMDb, telah ditonton oleh jutaan orang di AS dan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Chernobyl menceritakan bencana pembangkit listrik tenaga nuklir yang bernama Chernobyl yang terjadi di Republik Sosialis Soviet Ukraina. Serial drama yang berdasarkan kisah nyata itu menggambaran rentetan peristiwa, sebelum bencana hingga pasca-bencana terjadi, dan persidangan terhadap pihak yang bertanggung jawab dalam peristiwa tersebut.

Bencana Chernobyl dimulai ketika dilakukan pengujian sistem nuklir pada tanggal 26 April 1986 di pembangkit reaktor nomor 4 yang letaknya di dekat daerah Pripyat. Pada waktu itu, terjadi lonjakan energi secara tiba-tiba. 

Para ahli mencoba mematikan reaktor melalui tombol darurat (AZ-5), namun yang terjadi lonjakan daya sangat tinggi yang menyebabkan tangki reaktor pecah diikuti serangkaian ledakan. 

Kejadian ini melepaskan moderator neutron grafit inti reaktor ke udara, sehingga terlihat menyala di kejauhan. Kebakaran yang terjadi karena ledakan berlangsung seminggu penuh, melepaskan debu partikel radioaktif ke atmosfer secara meluas dan mengancam sebagian besar Eropa. Chernobyl menjadi salah satu kecelakaan nuklir terburuk di dunia.

Kurang lebih tiga puluh orang tewas dalam ledakan itu atau meninggal setelah terkena paparan radiasi. Sementara ribuan orang dalam beberapa tahun kemudian, berisiko besar menderita penyakit seperti kanker, kerusakan sel tubuh, kerusakan kulit, maupun gangguan perkembangan anak karena efek jangka panjang kontaminasi. 

Angka tepat korban Chernobyl belum bisa dipastikan dan masih menjadi perdebatan. 

Pemerintah Soviet pun menetapkan zona ekslusi Chernobyl dengan radius 30 kilometer. Zona ekslusi dibuat untuk membatasi akses ke daerah berbahaya, serta mengurangi penyebaran dan pencemaran materi radioaktif.

Perang Wacana
Secara umum Uni Soviet dan AS memiliki kultur politik, ekonomi, sosial-budaya yang berbeda dan bertentangan. Uni Soviet merupakan negara yang berdiri berdasarkan prinsip Marxisme-Leninisme yang menentang penindasan, anti kapitalis, dan berusaha menciptakan masyarakat setara tanpa kelas. 

Sedangkan Amerika merupakan negara dengan faham liberalisme-kapitalisme, sistem yang menciptakan hierarki kelas proletar dan borjuis atau pemilik modal. 

Sistem kapitalisme adalah sistem yang memungkinkan adanya pasar bebas dan kepemilikan pribadi alat produksi. TV series Chernobyl menampilkan pertarungan wacana yang berusaha ditanamkan kepada penontonnya.

Michel Foucault, dalam Archaeology of Knowledge dan Power/Knowledge, menjelaskan bahwa wacana atau discourse merupakan cara tertentu dalam berbicara, menulis, berfikir dan bertindak yang dilandasi oleh pengetahuan, relasi kekuasaan yang melekat dalam praktik sosial, serta kesalingberkaitan di antara semua unsur tersebut. Wacana meliputi teks dan konteks. 

Teks merupakan semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra, termasuk dalam serial TV Chernobyl.

Peristiwa tersebut terjadi dalam konteks perang dingin antara Uni Soviet dan AS. Secara ideologi, keduanya memiliki sejarah yang panjang dan saling berkontradiksi. Setelah Perang Dunia II (1939-1945) berakhir, muncul dua kekuatan besar,  Blok Barat yang dipimpin AS dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet.  

Posisi geografis dan trauma perang menjadikan Uni Soviet maupun AS sama-sama merasa terancam dan selalu merasa tidak aman. Kedua pihak saling curiga dan berkehendak menjadi superior. 

Persaingan ideologi ini, makin meningkat dengan terbentuknya NATO dan Pakta Warsawa serta perlombaan senjata, sementara negara-negara dunia ketiga menjadi ajang perebutan, dengan memberikan bantuan dan memasok senjata, kepada pihak negara yang berkonflik. Melalui tayangan visual, series Chernobyl hadir sebagai instrumen yang menanamkan wacana dominan dari sudut pandang AS.

Series Chernobyl dikemas dengan penuh dramatisasi. Film Chernobyl merupakan bentuk konstruksi sosial melalui serial drama yang sengaja diciptakan dengan kepentingan produsen. 

Hal itu bukan dilihat sebagai reprensentasi yang alamiah, wajar, netral dan dianggap menggambarkan realitas apa adanya, tetapi merupakan instrumen dari pihak hegemon dengan sumber daya yang dimilikinya, untuk mengalahkan lawan, menjatuhkan citra atau melanggengkan stigma tertentu.

Melalui narasi, dialog, visual maupun pengambilan keputusan yang diperankan oleh para aktor/aktris. Soviet dikonstruksikan sebagai pihak yang bersalah. Hal itu dibuktikan dengan penggambaran elite politik yang "sengaja" menutup-nutupi peristiwa tersebut sebagai bencana biasa, dengan kedok cita-cita Lenin, sehingga tidak menimbulkan kepanikan publik. 

Soviet digambarkan hanya berusaha menjaga "citra baik" dari pandangan dunia yang menjadi salah satu negara adidaya sebagai pemimpin industri nuklir yang maju pada masanya, tanpa mempedulikan acaman radiasi bagi penduduk sekitar.

Salah satu strategi untuk menggiring opini publik melalui film Chernobyl adalah dengan menampilkan (inklusi) atau menyembunyikan (eksklusi) bagian tertentu. Chernobyl yang dikemas hanya dalam 5 seri, menambahkan scene-scene yang dianggap berlebihan. 

Misalnya adegan kamerad Dyatlov yang digambarkan sebagai yang emosional dan pembohong, serta para pekerja yang tidak berkompeten dengan menyalahi prosedur. Sementara bagian yang tidak ditampilkan salah satunya adalah solidaritas bantuan negara sosialis Kuba pasca-bencana.

Penonton Amerika sangat memuji film Chernobyl sebagai gambaran nyata bencana yang dibuat manusia atas ketidakmampuannya mengendalikan teknologi ciptaannya sendiri. 

Bencana tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga dapat "dinikmati" melalui program HBO di rumah dengan nyaman sebagai hiburan. Sedangkan respons penonton dan media di Rusia terpecah menjadi dua kubu yang pro dan kontra. 

Sebagian mengganggap bahwa TV series tersebut merupakan propaganda barat yang berusaha mengambil keuntungan dari bencana. Sedangkan sebagian lagi percaya bahwa hal itu adalah "the cost of lies". 

Stigma sosialisme/komunisme digambarkan sebagai negara yang gagal. kegagalan Marxisme-Leninisme dalam permasalahan politik maupun ekologi dikonstruksikan dalam series Chernobyl dengan tidak ada transparansi, maupun keputusan yang demokratis berdasarkan prinsip sosialis. 

Kebohongan seolah diperlukan demi kondisi yang stabil dan terkendali, bahkan untuk persaingan kenaikan jabatan yang sangat kental dalam kultur kapitalisme. 

Peran KGB (agen Soviet) juga digambarkan ada di mana-mana, sebagai watchdog yang mengerikan dan membatasi kebebasan informasi para ilmuan yang ingin menyuarakan kebenaran. 

Lebih jauh, atas terhadirnya Chernobyl perinsip Marxisme-Leninisme dipertanyakan mengenai permasalahan ekologis pasca-bencana. Film yang dibintangi oleh Jared Harris, Stellan Skarsgard, dan Emily Watson menjadi gambaran terkait dengan perang teknologi dan persaingan ideologi antara Soviet dan AS.

Meskipun beberapa hal merupakan bentuk dramatisasi, namun Chernobyl mengambarkan bagaimana perjuangan para pekerja tambang yang berani dan rela berkorban demi keselamatan jutaan orang. 

Para pekerja yang menguasai alat produksi: dalam hal ini tambang, digambarkan tidak ingin diperintah oleh birokrat namun dijalankan berdasarakan keputusan bersama. Pengorbanan para pekerja untuk mencegah inti reaktor mencemari air tanah dengan risiko paparan radiasi perlu dihormati. Mereka bekerja secara kolektif demi tujuan bersama.

Implikasi
Pada akhirnya bencana Chernobyl tahun 1986 memengaruhi perekonomian dan stabilitas politik Soviet yang dipimpin olah Mikhail Gorbachev dengan kebijakan glasnost (keterbukaan) dan perestroika (restrukturisasi). 

Peristiwa Chernobyl menjadi salah satu dari sekian banyak faktor yang menjadikan Soviet bubar tahun 1991. Atas pengalaman emosional tersebut dunia belajar dari peristiwa Chernobyl, banyak negara yang menciptakan perbaikan- perbaikan sistem nuklir yang lebih aman.

Lebih jauh, konsekuensi logis atas kepopuleran series Chernobyl adalah hegemoni barat melalui TV series semakin kuat dan meluas. citra buruk negara sosialisme/komunisme semakin langgeng, stigma: kebohongan, semakin dipercaya bahwa Soviet adalah contoh negara yang "gagal", entah itu dalam detail maupun secara keseluruhan.

Proses hegemoni dalam miniseries Chernobyl tidak hanya mengubah tataran kognisi maupun persepsi penonton terhadap sosialisme/komunisme, melainkan hingga mempengaruhi tataran perilaku atas konstruksi menjadi realitas sosial. 

Para penonton yang termediatisasi beramai-ramai mengunjungi daerah bencana dengan banyak motivasi, mulai dari solidaritas rasa duka cita, sampai hanya ingin terlihat kekinian dan mengikuti selera massa yang sedang tren.

Dari Chernobyl kita bisa belajar, pentingnya membangun masyarakat dunia modern berdasarkan kebenaran, keterbukaan, dan kebebasan pekerja untuk secara sadar menentukan nasib mereka sendiri tanpa penindasan, tanpa alienasi, tanpa rasisme, tanpa eksploitasi.

"The mass media serve as a system for communicating messages and symbols to the general populace. It is their function to amuse, entertain, and inform, and to inculcate individuals with the values, beliefs, and codes of behavior that will integrate them into the institutional structures of the larger society. In a world of concentrated wealth and major conflicts of class interest, to fulfill this role requires systematic propaganda." -- Noam Chomsky

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun