Peristiwa Chernobyl menjadi salah satu dari sekian banyak faktor yang menjadikan Soviet bubar tahun 1991. Atas pengalaman emosional tersebut dunia belajar dari peristiwa Chernobyl, banyak negara yang menciptakan perbaikan- perbaikan sistem nuklir yang lebih aman.
Lebih jauh, konsekuensi logis atas kepopuleran series Chernobyl adalah hegemoni barat melalui TV series semakin kuat dan meluas. citra buruk negara sosialisme/komunisme semakin langgeng, stigma: kebohongan, semakin dipercaya bahwa Soviet adalah contoh negara yang "gagal", entah itu dalam detail maupun secara keseluruhan.
Proses hegemoni dalam miniseries Chernobyl tidak hanya mengubah tataran kognisi maupun persepsi penonton terhadap sosialisme/komunisme, melainkan hingga mempengaruhi tataran perilaku atas konstruksi menjadi realitas sosial.Â
Para penonton yang termediatisasi beramai-ramai mengunjungi daerah bencana dengan banyak motivasi, mulai dari solidaritas rasa duka cita, sampai hanya ingin terlihat kekinian dan mengikuti selera massa yang sedang tren.
Dari Chernobyl kita bisa belajar, pentingnya membangun masyarakat dunia modern berdasarkan kebenaran, keterbukaan, dan kebebasan pekerja untuk secara sadar menentukan nasib mereka sendiri tanpa penindasan, tanpa alienasi, tanpa rasisme, tanpa eksploitasi.
"The mass media serve as a system for communicating messages and symbols to the general populace. It is their function to amuse, entertain, and inform, and to inculcate individuals with the values, beliefs, and codes of behavior that will integrate them into the institutional structures of the larger society. In a world of concentrated wealth and major conflicts of class interest, to fulfill this role requires systematic propaganda." -- Noam Chomsky
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H