Kata bagongdalam bahasa Filipina berarti “baru”, namun dalam bahasa Indonesia kata bagongberarti “babi”.
Kata tewasdalam bahasa Malaysia berarti “kalah”, namun dalam bahasa Indonesia kata tewasberarti “mati”.
Kata taidalam bahasa Jepang berarti “kelompok atau kesatuan, namun dalam bahasa Indonesia kata taiberarti “kotoran manusia atau binatang”.
Bahasa Gaul dan Bahasa dalam Kelompok Tertentu
Setiap orang yang mempunyai latar belakang sosial budaya berbeda lazimnya berbicara dengan cara yang berbeda. perbedaan ini boleh jadi menyangkut dialek, intonasi, kecepatan, volume,, dan yang pasti adlah kosakatanya. Dalam phenomena bahasa yang ada, terutama di Indonesia, sering kali kita mendengar dengan istilah bahasa gaul yang digunakan oleh kebanyakan remaja. Mengetahui hal itu, orang-orang yang menggunakan bahasa gaul sebagai salah satu cara mereka untuk berkomunikasi anar satu sama lain, sehingga biasanya dnegan hal itu dapat meningkatkan hubungan yang baik diantara mereka.
Tidak hanya bahasa gaul, akan tetapi ada beberapa kelompok yang menciptakan cara mereka sendiri uuntuk berkomunikasi dengan cara bahasa yang mereka sepakati.
BAHASA DALAM KONTEKS BUDAYA TINGGI DAN RENDAH
Setiap orang mempunyai gaya khas tersendiri dalam berbicara, bukan ganya caranya tetapi juga topik-topik yang dibicarakan. Kekhasan tersebut umumya diwarisi seseorang dari budayanya. Edward T.Hall membedakan budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah.
Budaya konteks rendah ditandai dengan kounikasi konteks-rendah: pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas, dan yang berterus terang. Mereka mengatakan apa yang mereka maksudkan dan memaksuudkan apa yang mereka katakan.
Sebaliknya, budaya konteks tinggi ditandai dengan komunikasi konteks-tinggi: kebanyakan pesan bersifat implisit, tidak langsung, dan tidak terus terang. Pesan sebenarnya mungkin tersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara: intonasi suara, gerakan tangan, postur badan, ekspreis wajah, tatapan muka, atau bahkan konteks fisik. Pernyataan verbalnya bisa berbeda atau bertentangan dengan pesan nonverbalnya. Maka, anggota-anggota budaya konteks-tinggi lebih terampil membaca perilaku nonverbal dan dalam membaca lingkungan. Mereka menganggap bahwa ornag lain juga akan mampu melakukan hal yang sama.
PENTINGNYA NAMA DAN PENAMAAN